Sunday 29 May 2016

Potret Kompleks Megalit Kalimbuang Bori', Toraja Utara

 Kompleks Megalit Kalimbuang Bori', Toraja Utara
Setelah mampir di warung kopi Panorama Lempo Tinimbayo, perjalanan dilanjutkan dengan terus menuruni jalanan aspal lereng Gunung Sesean. Tujuan selanjutnya adalah mengunjungi situs megalit (batu besar) Bori’. Lokasi situs ini berada di kaki Gunung Sesean. Kalau bukan orang yang tinggal Toraja tentu tak mudah menemukan lokasi situs batu ini. Banyak persimpangan jalan yang terlewati tetapi tidak ada penanda arah jalan menuju Bori’. Bertanyalah kepada penduduk lokal jika tak ingin tersesat. Kira-kira setelah 11 km atau sekitar 30 menit berkendara dari Lempo Tinimbayo, sampailah kita di Bori’ Kalimbuang. Tandanya ada plang nama bertuliskan “KOMPLEKS MEGALIT KALIMBUANG BORI’ KECAMATAN SESEAN KABUPATEN TORAJA UTARA” di sisi kiri jalan, menghadap ke persawahan.

Saturday 28 May 2016

Segelas Kopi Toraja Berlatar Panorama Lempo Tinimbayo


Kopi menjadi minuman wajib yang pasti ada di setiap warung atau restoran yang ada di Toraja. Karena itu tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Toraja belum minum kopi Toraja langsung di daerah asalnya ini. Kepopuleran cita rasa kopi Toraja tak perlu diragukan lagi, primadona di kalangan pecinta kopi. Kopi spesial berkualitas yang bahkan telah dijual di gerai kopi berjaringan internasional.

Salah satu tempat mencicipi cita rasa kopi Toraja yang menurut saya recomended yaitu sebuah warung kopi di Lempo Tinimbayo. Yang spesial dari warung kopi ini bukan hanya sekedar menikmati rasa yang khas dari kopi Toraja tetapi panorama alam yang dimiliki warung kopi ini yang sangat memanjakan mata. Warung kopi ini berdiri di sebelah kiri jalan jika kita menuruni jalan raya dari Batutumonga menuju arah Lempo. Nah, ketika perjalanan pulang dari Batutumonga tak ada salahnya mampir minum kopi di warung ini. Selain bisa merasakan nikmatnya kopi Toraja, bonusnya kita bisa melihat keindahan panorama Lempo Tinimbayo.

Potret Batutumonga (Desa di Atas Awan), Toraja Utara


Dari Kete Kesu perjalanan dilanjutkan menuju Jalan Pongtiku, pusat Kota Rantepao, ibukota kabupaten Toraja Utara. Terus ke utara melewati jembatan Sungai Sa’dan, mengambil arah kanan menyusuri Jalan Sadan. Jalan ini akan membawa kita menuju dataran yang lebih tinggi. Menyusuri jalanan lereng pegunungan yang berliku, melewati perkampungan sepi dan udara pun semakin dingin pada sore hari. Perjalanan sejauh kurang lebih 23 km atau sekitar 1 jam berkendara dari Kete Kesu mengantarkan kita ke Batutumonga.

Friday 27 May 2016

Khairani, Sebuah Desa Nun Jauh di Anak Benua India

Entah mengapa hari ini saya begitu iseng. Iseng mengetik nama saya "khairani" di situs pencarian google. Halaman pertama terbuka, muncul lah berbagai link dari berbagai media sosial (facebook, twitter, dll) yang ada kaitannya dengan nama orang "khairani". Lajut halaman 2 lalu 3, hasilnya masih sama. Kemudian pada halaman 4, mata saya tertuju pada link artikel yang berjudul Khairani Map | India Google Satellite Maps. Penasaran... karena inilah pertama kali saya mengetahui bahwa khairani merujuk kepada nama sebuah daerah di negara India sana.

Khairani, India Map

Thursday 26 May 2016

Potret Perkampungan Tua Kete Kesu, Toraja Utara

Dari Lemo perjalanan dilanjutkan menyusuri Jalan Poros Makale - Rantepao sejauh 12 km ke arah utara. Masuk ke Kabupaten Toraja Utara kemudian beloklah ke kanan mengikuti plang penunjuk jalan menuju Kete Kesu, sejauh 2 km lagi. Perjalanan menuju ke Kete Kesu tersuguh panorama persawahan dan perbukitan hijau yang sangat meneduhkan pandangan.

Sejak lama Kete Kesu menjadi destinasi wisata primadona Toraja. Kete Kesu adalah representatif perkampungan adat tertua di Toraja. Konon katanya usia perkampungan Kete Kesu lebih dari 500 tahun. Di dalam perkampungan adat Toraja ini terdiri dari area pemukiman (beberapa tongkonan berdiri berjajar dilengkapi dengan lumbung padi), lapangan/tempat acara adat dan area pekuburan di lereng bukit karst yg lokasinya sekitar 100 meter di belakang dari area pemukiman. Untuk masuk ke Kete Kesu, pengunjung wajib membayar tiket sebesar 10.000 IDR per orang.

Berikut ini Potret Perkampungan Tua Kete Kesu, Toraja Utara ;

Ketekesu berlatar bukit karst dan persawahan hijau di sekitarnya

Potret Lemo (Pekuburan Adat di Tebing Batu), Tana Toraja

Potret Lemo (Pekuburan Adat di Tebing Batu), Tana Toraja 
Perjalanan wisata tidak selalu ke tempat-tempat yang indah. Seperti di Toraja yang tak hanya menyajikan keindahan panorama alam tetapi juga kekayaan budaya dan adat istiadat masyarakatnya. Rumah adat Tongkonan dan pekuburan adat Toraja selalu menjadi magnet yang menarik para wisatawan untuk berkunjung. Salah satu lokasi pekuburan adat yang terkenal di Tana Toraja yaitu Lemo. Nah, Lemo adalah tujuan perjalanan selanjutnya setelah mengunjungi Buntu Burake.

Berlokasi di Desa Lemo, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja. Atau berjarak 11 km di utara Kota Makale (15 km di selatan Kota Rantepao). Akses jalan hingga ke Desa Lemo terbilang bagus.  

Wednesday 25 May 2016

Panorama Kota Makale dari Puncak Bukit Burake, Rio de Janeiro van Tana Toraja

Jika kita googling gambar Rio de Janeiro, hasilnya akan muncul dominasi panorama landmark (ikon) dari kota metropolitan negara Brazil ini yaitu patung Christ the Redeemer berdiri megah di puncak Corcovado Mountain menghadap Rio de Janeiro. Kota yang dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit berlatar keindahan Guanabara Bay & Sugarloaf Mountain, menjorok ke Samudera Atlantik. Di sini, saya bukan mau bercerita tentang potret keindahan landmark Rio de Janeiro tersebut. Boro-boro mau cerita, bisa traveling ke Brazil saja sepertinya masih dalam angan-angan, lol. Di sini, masih bercerita tentang perjalanan saya di Provinsi Sulawesi Selatan. Hari pertama di Tana Toraja, destinasi pertama yang dikunjungi adalah Bukit Burake. Masyarakat lokal Toraja menyebut Bukit Burake dengan nama Buntu Burake. Menggapai puncak Bukit Burake kemudian melongok panorama Kota Makale di bawahnya. Bangunan ikonik yang berada di puncak Bukit Burake yakni patung Christ the Redeemer raksasa sekilas mirip dengan landmark yang ada di Kota Rio de Janeiro. 

Makassar : Drama Ojek Mencari Metro Permai

Makassar, 09 Mei 2016…. Setelah setengah hari ini bersenang-senang di Pulau Lae-Lae dan Samalona, saya akan melanjutkan perjalanan menuju Toraja. Pesan bbm Agung kepada saya “Ran, nanti malam ketemuan di perwakilan bus Metro Permai jam 8 ya! Kalau naik taksi atau ojek bilang saja perwakilan bus Metro Permai jurusan Toraja di Jalan Perintis!”. Oke...Sekarang tinggal memutuskan bagaimana caranya menuju perwakilan bus Metro Permai dari tempat saya menginap. Mengingat Makassar sebagai kota besar yang ternyata juga kota macet, saya butuh transportasi umum yang cepat sampai lokasi, nyaman dan tentunya terjangkau. Pilihan jatuh pada gojek!. Semenjak tenarnya layanan antar jemput ojek online ini, saya memang penasaran menggunakannya untuk pertama kali.

Tuesday 24 May 2016

Sore di Selat Makassar #09Mei2016

Makassar dikenal sebagai kota pelabuhan penting di kawasan Indonesia Timur. Tak heran bila suasana perairan Selat Makassar begitu ramai terutama oleh lalu lintas kapal-kapal ukuran besar yang akan bersandar ataupun berlayar menuju/dari Pelabuhan Soekarno-Hatta. Dan beginilah potret Sore di Selat Makassar yang saya abadikan dari atas perahu motor ketika dalam perjalanan pulang dari Pulau Samalona kembali ke Kota Makassar.

Kapal Temas Line

Sunday 22 May 2016

Secuil Panorama Pulau Samalona, Makassar

Masih tentang pulau-pulau kecil yang secara administratif masuk dalam wilayah Kota Makassar...Sekitar 3.5 mil (5.6 km) ke arah barat laut dari Pulau Lae-Lae, semakin jauh meninggalkan daratan Makassar, terdapat sebuah pulau kecil nan cantik. Namanya Pulau Samalona. Perairan pantainya tenang, berwarna biru muda dan sangat jernih. Saking jernihnya, indahnya terumbu karang dan ikan-ikan di dalam perairan terlihat jelas dari permukaan laut. Pantai dan suasananya lebih tenang dan sepi dibandingkan Pulau Lae-Lae.

Pulau Samalona, Makassar
09 Mei 2016

Saturday 21 May 2016

Secuil Panorama Pulau Lae-Lae, Makassar

Awalnya saya mengira Makassar hanya memiliki Pantai Losari saja sebagai pantai dengan panorama tercantik yang tak boleh dilewatkan untuk dikunjungi. Saya salah!. Ternyata tak jauh dari Kota Daeng tersebar gugusan pulau-pulau kecil yang memiliki keindahan panorama tak kalah mempesona.

Pulau Lae-Lae, Makassar
Saya pun berkesempatan menyambangi 2 pulau di antara banyaknya pulau kecil nan indah tersebut yaitu Pulau Lae-Lae dan Pulau Samalona. Perkenalannya pun secara tak sengaja. Ketika dalam perjalanan berjalan kaki dari Losari ke Fort Rotterdam, saya dihampiri oleh seorang bapak dan beliau menawarkan sewa perahu motor keliling pulau. “Mau kemana mbak Pulau Lae-Lae atau Samalona?” begitu penawaran si bapak. Karena tak masuk ke dalam list destinasi yang ingin saya kunjungi, saya pun menolak tawaran bapak tersebut. Tapi….kemudian saya penasaran dengan pulau tersebut. Di sela-sela menjelajah Fort Rotterdam, saya pun iseng melihat di google map dan mencari informasi tentang pulau ini. Sahhh!! Ingin rasanya berkunjung ke sana. Oke! Saya pun memutuskan setelah menjelajah Fort Rotterdam, saya akan langsung bertandang ke pulau terdekat, Pulau Lae-Lae dahulu, baru kemudian Pulau Samalona.

Thursday 19 May 2016

Sejarah di Museum La Galigo, Fort Rotterdam

Fort Rotterdam, Makassar, Indonesia
09 Mei 2016
Puas menikmati kesyahduan Pantai Losari, saya pun beranjak dari tempat duduk. Melangkahkan kaki menyusuri Jalan Penghibur ke arah utara. Melewati teras barisan ruko, hotel, dan kadang bersaing dengan kendaraan bermotor yang searah memperebutkan tepian Jalan Penghibur yang tanpa trotoar pejalan kaki. “Jangan hiraukan persimpangan jalan, teruslah berjalan lurus, hingga menemukan beton kata berwana merah “fort rotterdam” di sisi kanan jalan!”. Inilah tujuan saya : Fort Rotterdam!. Salah satu objek wisata  sejarah di Kota Makassar. Terletak di Jalan Ujung Pandang, hanya berjarak sekitar kurang lebih 1 km dari Pantai Losari.

Wednesday 18 May 2016

Kesyahduan Pagi di Pantai Losari, Makassar

Kesyahduan di Pantai Losari
Senin, 9 Mei 2016…Suasana pagi di Pantai Losari begitu berbeda dengan suasana tadi malam. Kemarin begitu meriah sedangkan pagi ini begitu lengang. Hanya ada beberapa orang berolahraga santai atau sekedar jalan-jalan menikmati segarnya udara pagi. Hembusan angin sepoi-sepoi dari arah Selat Makassar berpadu dengan suara debur ombak yang menerpa lembut tanggul pantai bagaikan irama syahdu yang membawa suasana hati terasa kian teduh. Saya suka Pantai Losari yang syahdu. Karena itu saya kembali berjalan menyusuri pelataran beton dari utara menuju ke selatan. Kesyahduan pagi hari membuat saya lebih fokus mengenal sudut-sudut di Pantai Losari yang mungkin terlewatkan oleh saya kemarin.

Tuesday 17 May 2016

Kemeriahan Malam di Pantai Losari, Makassar

Kemeriahan di Pantai Losari
Ahad, 8 Mei 2016Ketika dalam penerbangan dari Jakarta menuju Makassar, saya membaca informasi berjudul “Kalender Event Pariwisata 2016 Sulawesi Selatan” di sebuah halaman majalah LionMag. Kebetulan sekali, saya pun langsung memeriksa apakah ada event tepat pada waktu kedatangan saya di Makassar. Beruntungnya saya, menurut informasi hari ini adalah hari terakhir terakhir event bertajuk Pasar Seni Makassar. Pikiran saya menerawang, membayangkan keramaian di Pantai Losari. Pelataran pantai ini memang sering menjadi lokasi perhelatan akbar Kota Makassar. Saya semakin bersemangat untuk segera menginjakkan kaki di Pantai Losari, ikon paling terkenal dari kota Makassar.

Delapan jam kemudian…Ketika untuk pertama kalinya saya memasuki kamar Pod House, saya sempat mengintip keramaian dan kemeriahan suasana Pantai Losari dari lantai 2 kamar saya. "Tunggu sebentar lagi yaa!". Terlebih dulu saya membersihkan peluh keringat perjalanan dari Rammang-Rammang dan menunaikan shalat jamak ta’khir dzuhur ashar. Beruntungnya kamar yang seharusnya ditempati 16 orang, hanya ada saya seorang di dalamnya. Jadi lah saya berasa seperti kamar sendiri.

Empat puluh menit menjelang pukul 18.00 WITA barulah saya melangkahkan kaki keluar gedung Pod House. Hanya berjalan beberapa belas langkah, menyebrang Jalan Penghibur, menyusup di antara warung tenda pedagang kuliner pisang epe dan melangkah di pelataran beton. Tak seperti pantai pada umumnya, pantai yang terletak di sebelah barat kota Makassar ini sama sekali tak memiliki pasir, bibir pantai dibangun tanggul pembatas beton permanen. Saya pun akhirnya memilih duduk di salah satu sudut beton kata paling utara di pelataran ini Toraja. Memotret panorama ke arah laut dan bersantai melihat sekelilingnya.

Menginap di Pod House, Makassar

Pemandangan laut dari rooftop Pod House
Sedang mencari pilihan penginapan murah ala backpacker di Makassar yang memiliki review oke punya dan lokasinya dekat dengan Pantai Losari, Pod House menurut saya layak untuk dipertimbangkan. Apa itu Pod House?. Penginapan ini sama seperti hostel yang mengusung konsep dorm dimana 1 ruangan kamar berisi sejumlah bed (tempat tidur). Keunikan pod terletak pada tempat tidurnya nya yang berbentuk kapsul (inilah mengapa dinamakan pod). Setahu saya konsep penginapan pod masih langka di Indonesia. Dan Pod House Makassar ini mungkin menjadi yang pertama di Indonesia bagian timur.

Monday 16 May 2016

Penasaran dengan Rammang-Rammang

Setahun yang lalu,,,sebelum traveling ke Provinsi Yunnan China, saya sempat ragu untuk memasukkan Stone Forest ke dalam list destinasi yang harus dikunjungi. Dikarenakan sangat mahalnya tiket masuk ke situs ini dan sempat berpikir buat apa saya jauh-jauh ke China hanya untuk melihat pilar-pilar batu karst raksasa toh di negeri sendiri kita punya yaitu Rammang-Rammang di Maros, Sulawesi Selatan. Tetapi begitu melihat langsung panorama stone forest versi negara subtropis China, jujur saya sendiri malah ingin berkunjung ke sana lagi bila ada kesempatan. Segala fasilitas, sarana, dan transportasi yang ada di Stone Forest, Shilin sangat membuat nyaman para wisatawan yang datang berkunjung. Di sana terlihat betapa keseriusan pemerintah China dalam mengelola potensi wisata alamnya sehingga statusnya layak disematkan sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites) UNESCO. "Tapi tunggu dulu, sebelum kembali lagi ke Shilin, tak afdol bila saya sendiri malah belum pernah berkujung ke stone forest versi negara kita."

Dan untuk menjawab rasa penasaran saya dengan Rammang-Rammang, saya pun menjadikannya menjadi destinasi impian yang pertama saya kunjungi begitu tiba di Sulawesi Selatan.


Rammang-Rammang…Namanya berasal dari Bahasa Makassar, di mana kata rammang berarti awan atau kabut. Jadi artinya sekumpulan awan atau kabut. Menurut cerita penduduk setempat, tempat ini diberi nama Rammang-Rammang karena awan atau kabut yang selalu turun, terutama di pagi hari atau ketika hujan.

Perjalanan dari Bandara Sultan Hasanuddin ke Rammang-Rammang

08 Mei 2016 sekitar pukul 09.00 WITA…Seorang wanita mengenakan celana jeans biru berpadu baju blus kotak – kotak hijau, berhijab merah orange, bersandal gunung jepit, memundak tas ransel dan menyelempangkan sebuah tas rajutan di sisi kiri tubuhnya, berjalan super santai menuju pintu keluar terminal kedatangan Bandara Sultan Hasanuddin. Ya, it’s me!!. Seorang diri datang ke Kota Daeng. Tak ada teman ataupun kenalan yang datang menjemput. Begitulah saya jika sudah sakau ingin solo traveling, kemanapun pasti dijabani. Layaknya orang yang baru pertama kali ke suatu tempat, sudah tentu ada perasaan  bingung dalam hati. Tetapi saya harus terlihat percaya diri karena itulah kunci penting traveling sendirian.

Rammang-Rammang! Begitulah namanya terkenal di kalangan traveler. Sejak lama saya penasaran dengan panorama Rammang-Rammang yang digadang-gadang memiliki kemiripan dengan Stone Forest, Shilin yang berada di Provinsi Yunnan, China. Tahun lalu, saya bertandang ke Stone Forest, Shilin dan akhirnya tahun ini saya berkesempatan melihat hutan batu Rammang-Rammang versi negara kita Indonesia. 

Serupa tapi tak sama
Secara administratif Rammang-Rammang berada di Kabupaten Maros. Atau berjarak 24 km ke arah utara dari Bandara Sultan Hasanuddin. Alasan mengapa saya menjadikan Rammang-Rammang menjadi tujuan pertama yang saya kunjungi begitu tiba di Bandara Sultan Hasanuddin karena jaraknya lebih dekat dibanding bila harus berangkat dari pusat kota Makassar (Lihat peta di bawah ini!).

Sunday 15 May 2016

4 Hari Bertandang ke Sulawesi Selatan


Assalamualaikum…Apa kareba kak?

Di postingan ini saya mau bercerita tentang cerita perjalanan ke Sulawesi Selatan seminggu yang lalu. “Ciee ada yang baru dari Sulawesi toh?”. Iya kak, setelah sekian lama punya keinginan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Pulau Sulawesi, akhirnya kesampaian juga. Semakin mupeng apalagi ketika melihat foto-foto liburan teman kerja se-engineering site Krassi yang juga baru saja dari Toraja, sebut saja namanya bapak Mumun ( ini mah nama asli). Membuat saya teracuni untuk segera mengangkat ransel ke Sulawesi Selatan, terutama ke Toraja. “Panorama alam Toraja tak kalah indahnya dibanding pegunungan di negara Myanmar sana”  Hahabegitulah captionnya pak Mumun di medsos

Sunday 8 May 2016

From The Plane Window, Jakarta - Makassar #JT792

08 Mei 2016 sekitar pukul 08.00 WITA. Dari balik jendela Lion Air JT792, menjadi one of my special moment travel karena disinilah pertemuan pertama saya dengan daratan Pulau Sulawesi.

Langit Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Monday 21 March 2016

From The Summit of Adam's Peak to Nallathanniya

Tak banyak yang dapat saya lihat ketika mendaki puncak Adam’s Peak dini hari tadi. Terutama setelah pos pendakian, ketika menyusuri jalur bertangga dengan hutan antah berantah di sekelilingnya dimana pencahayaan sangat terbatas alias gelap kalau tidak disinari cahaya lampu senter. Jadi pada waktu kembali ke desa Nallathanniya lah, saya bisa memandang dengan leluasa panorama alam sepanjang jalur pendakian Adam's Peak.

Berikut dokumentasinya!

Phase 1… Adam's Peak – Indikatupana (700 meter)
Meskipun panjangnya hanya 700 meter tetapi di sinilah medan yang menurut saya paling berat. Yaa, di postingan sebelumnya saya sudah bercerita bahwa jalur pendakian ini merupakan jalan bertangga batu yang memiliki kemiringan cukup curam.


Menggapai Puncak Sri Pada (Adam's Peak), Sri Lanka

Salah satu pengalaman nekat tak terlupakan dari perjalanan saya di Sri Lanka adalah ketika menapaki jalur pendakian Adam’s Peak menuju puncaknya seorang diri. Beneran seorang diri kak?. Saat ini saya pun masih berpikir bisa-bisanya saya seorang di mendaki sebuah gunung sakral sebuah negara asing sedangkan di negara sendiri saja belum pernah sekalipun saya mendaki seorang diri.

Meskipun awalnya saya ragu apakah saya yang solo traveling di Sri Lanka boleh mendaki Adam’s Peak seorang diri. Belum mengetahui secara pasti apakah gunung tinggi Sri Lanka ini boleh didaki sendiri ataukah harus berkelompok. Keraguan terjawab setelah mencari berbagai informasi di internet dan juga bertanya pada Ben (host couchsurfing saya di Kandy), Adam’s Peak bisa didaki oleh solo hiking. Saya pun memilih jalur dari Nallathanniya, desa terdekat yang berada di kaki Adam’s Peak, berjarak 32 km di sebelah barat daya kota Hatton. Rute pendakian sejauh lebih kurang 5.4 km ini menjadi rute terpendek dan paling populer ditempuh para pendaki untuk sampai ke puncak Adam’s Peak. Jalurnya bahkan sudah dibuat dengan permanen berupa jalan setapak bertangga batu menyusuri lereng ke puncak Adam’s Peak. Kegiatan mendaki dan menuruni Adam’s Peak dapat dilakukan dalam hari yang sama yang artinya kita tak perlu bermalam di puncaknya.

Saya berkunjung ke Sri Lanka pada awal bulan Desember. Bulan Desember hingga April merupakan waktu terbaik pendakian Adam's Peak dimana cuaca pada bulan-bulan tersebut tidaklah ekstrim. Intensitas curah hujan relatif sedang dan kondisi angin baik. Dan Alhamdulillah ketika saya mendaki Adam’s Peak cuaca sangat bersahabat. Dimana pada saat itu langit begitu cerah bahkan begitu indah bertabur bintang.

Sekilas tentang Adam’s Peak
Adam’s Peak (Sinhala : Samanalakanda (gunung kupu-kupu), Tamil : Sivanolipatha Malai, memiliki ketinggian 2,243 m (7,359 ft). Dikenal juga sebagai Sri Pada yang berarti tapak kaki suci. Adalah gunung yang disakralkan oleh masyarakat Sri Lanka. Secara geografis Adam's Peak terletak di bagian selatan dari Dataran Tinggi Tengah (Central Highlands). Merupakan bagian dari 2 wilayah yaitu Ratnapura District, Sabaragamuwa Province dan Nuwara Eliya District, Central Province. Untuk mencapai Adam’s Peak ada dua jalur utama yaitu dari kota Ratnapura yang berjarak sekitar 40 km ke arah timur laut atau dari kota Hatton berjarak 32 km sebelah barat daya. Wilayah sekitarnya sebagian besar merupakan hutan perbukitan.

Saya di Adam's Peak, Sri Lanka

Sunday 20 March 2016

Train Ride from Peradeniya to Hatton

Saya adalah tipe traveler penikmat perjalanan dengan kereta api. Jadi tak lengkap rasanya jika belum menaiki kereta api Sri Lanka ketika berkunjung ke negara ini. Dan pengalaman pertama saya berkereta api di negara ini adalah perjalanan dari Peradeniya menuju Hatton. Bukan hanya sekedar menikmati panorama alam sepanjang perjalanan tetapi juga melihat lebih dekat kehidupan berketa api ala masyarakat lokal Sri Lanka.
Train Ride from Peradeniya to Hatton
05 December 2015

Friday 4 March 2016

Bertandang ke Royal Botanical Garden Peradeniya

Suka melihat koleksi tumbuhan di suatu kebun botani?....Tak ada salahnya berkunjung ke Royal Botanical Gardens Peradeniya ketika berada di Kandy, Sri Lanka.

Royal Botanical Garden Peradeniya

Yaa, meskipun awalnya tak memasukkan Royal Botanical Gardens Peradeniya ke dalam rencana perjalanan namun saya penasaran ketika Ben merekomendasikan destinasi ini. Katanya Royal Botanical Gardens Peradeniya layak untuk dikunjungi karena inilah kebun raya terbaik Sri Lanka. Hmm baiklah..sebelum melanjutkan perjalanan panjang menuju Adam’s Peak, saya pun menyempatkan diri bertandang dulu ke Royal Botanical Gardens. Paling tidak menjawab rasa keingintahuan saya tentang tumbuhan apa saja yang dikoleksi di kebun raya berusia 265 tahun ini. Jadi lah...Pada pagi terakhir saya di Kandy, saya pun berangkat setelah mengucapkan salam perpisahan dengan Ben sekeluarga.

Royal Botanical Gardens terletak di jalan utama A1 Peradeniya (pinggiran kota Kandy) atau berjarak sekitar 5,5 km ke arah barat dari kota Kandy. Untuk mencapai kebun raya ini, traveler bisa menaiki bus dari pusat kota Kandy.Rumah keluarga Ben berlokasi jauh dari jangkauan bus, saya pun berangkat menuju Royal Botanical Gardens dengan menaiki tuk tuk

Wednesday 2 March 2016

Menjejaki Sigiriya, Kota Kuno Ribuan Tahun dari Sri Lanka...part2

Pemandangan dari puncak Sigiriya
Lion Platform… Sampailah saya di dataran yang lumayan luas. Ya, inilah ujung utara dari Sigiriya. Bagian dasarnya terdapat pahatan batu persis seperti bentuk bagian kaki singa lengkap dengar cakarnya. Di sini saya barulah mengerti inilah mengapa batu raksasa yang saya jelajahi ini disebut Sigiriya (Lion Rock). Para pengunjung yang kelelahan setelah melewati jalur cukup sulit tadi memanfaatkan Lion Platform ini sebagai tempat beristirahat sejenak. Kemudian lanjut mendaki tangga zigzag yang bentuknya nyaris tegak lurus, menuju puncak (summit) Sigiriya di ketinggian 370 meter.

Tuesday 1 March 2016

Menjejaki Sigiriya, Kota Kuno Ribuan Tahun dari Sri Lanka...part1

Sigiriya, Central Province, Sri Lanka 
04 December 2015
Alhamdulillah…Bagi saya memiliki kesempatan untuk bisa menjelajah pesona keindahan alam Sri Lanka merupakan suatu pengalaman yang sangat luar biasa. Salah satu pengalaman luar biasa itu adalah menjejaki Sigiriya. Merupakan satu dari delapan Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites) UNESCO, Sri Lanka paling terkenal dan menjadi destinasi wisata andalan negara ini.

Sigiriya adalah sebuah batu (rock plateau) yang terbentuk dari aktivitas magma gunung berapi purba, memiliki ketinggian 370 meter (1.214 kaki) dan dikelilingi hutan hijau nan luas di sekitarnya. Nama Sigiriya berasal dari struktur batuannya yang berbentuk Sihagiri atau yang berarti Lion Rock. Dahulunya Sigiriya merupakan sebuah kota tua dengan sejarah panjang lebih dari seribu lima ratus tahun. Dimulai pada tahun 477 M, Raja Kasyapa I membangun istana kerajaan di puncak batu Sigiriya  Di dasarnya dibangun taman-taman indah dan luas, sistem penyaliran air yang sangat memukau dan benteng pertahanan yang kokoh. Selama 18 tahun, Sigiriya menjadi ibukota kerajaan Dinasti Maurya, Sri Lanka. Hingga akhirnya Kashyapa dikalahkan oleh Moggallana dalam perang pada tahun 495 M, ibukota kerajaan kembali ke Anuradhapura. Lalu Sigiriya beralih fungsi menjadi kompleks biara umat Budha. Selama beberapa abad tak ada catatan sejarah yang ditemukan di Sigiriya. Hingga kini yang bisa kita jumpai di Sigiriya adalah reruntuhan istana, taman, kolam, waduk, kanal air, dan berbagai peninggalan lainnya.

Friday 19 February 2016

Tersihir Pertunjukan Kandyan Dance

Rangahala Kandyan Dance

Berkunjung ke Kandy tak lengkap rasanya bila belum menonton Kandyan Dance. Sebuah pertunjukan tari tradisional yang paling terkenal dari Sri Lanka. Ketenarannya bahkan diabadikan dalam gambar penari Kandyan di beberapa pecahan mata uang kertas rupee.

Di kota Kandy ada banyak sekali sanggar tari yang menampilkan pertunjukan Kandyan Dance ini. Ben pun merekomendasikan Rangahala Kandyan Dance yang pementasannya berada di Red Cross Bulding tak jauh dari kompleks Temple of the Sacred Tooth Relic. Setelah berjalan-jalan di kawasan Kandy Lake tak ada salahnya menyempatkan diri menonton pertunjukan tari paling terkenal senegeri Ceylon ini.

Pukul 17.00 sore waktu setempat, pertunjukan dimulai. Di atas panggung yang masih tertutup tirai merah, MC membuka pertunjukan menggunakan bahasa Inggris. Ya, pihak penyelenggara paham benar bahwa mayoritas penonton pertunjukan Kandyan ini adalah wisatawan asing. Di samping itu ketika membeli tiket masuk tadi, setiap penonton diberikan secarik kertas yang memberikan penjelasan umun di setiap bagian tarian yang akan dipertunjukkan. Cukup membantu kita untuk memahami makna per bagian Kandyan Dance.

Wednesday 17 February 2016

Ada Apa di Danau Kandy?

Traveler yang melancong ke Kandy pasti akan memasukkan Kandy Lake sebagai list yang harus dikunjungi. Berbagai sumber menyebutkan bahwa Danau Kandy adalah landmark keindahan Kandy, kota Situs Warisan Dunia Sri Lanka. Inilah yang membuat saya penasaran. Karenanya setibanya di Kandy maka destinasi pertama yang saya kunjungi adalah danau ini.  

Saya pun diajak Ben (host couchsurfing saya) untuk menengok Danau Kandy, menyusuri jalur pejalan kaki di tepiannya. Yaa, kawasan tepian Kandy Lake yang teduh dan asri memang menawarkan tempat berjalan-jalan sembari menikmati panorama kota perbukitan Kandy. Apalagi ketika menjelang sore, tidak hanya warga lokal tetapi juga para wisatawan asing cukup mudah ditemukan wara wiri di sini.

Danau yang dikenal dengan sebutan Kiri Muhuda atau Sea of Milk, adalah sebuah danau buatan di jantung kota perbukitan Kandy, Central Province, Sri Lanka Tengah. Ya, danau yang di google map bernama Bogambara Lake ini dibuat tahun 1807 pada masa pemerintahan raja terakhir Sinhala, Raja Sri Wickrama Rajasinghe. Di samping danau berdiri  Sri Dalada Maligawa atau the Temple of the Sacred Tooth Relic, vihara Budha Sri Lanka yang tersohor itu. Kandy Lake memiliki perimeter sepanjang 3,4 kilometer (2,1 mil) dan kedalaman maksimum danau sekitar 18 meter (59 kaki). Spot menarik danau ini terletak pada Walakulu Bamma (dalam bahasa Sinhala berarti dinding awan). Walakulu Bamma mengelilingi tepian danau sepanjang 630 meter (2.070 kaki).

Ada apa di Danau Kandy? Berikut ini adalah potret panorama Kandy Lake.....

Tuesday 16 February 2016

Ketahui Informasi Berikut Sebelum Traveling ke Sri Lanka!

Sekedar berbagi pengalaman pribadi ketika berkunjung ke Sri Lanka dan repost informasi dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa informasi yang harus traveler ketahui sebelum melakukan perjalanan ke negara Sri Lanka. Let's check it out! :)
Stempel Visa Sri Lanka
  • Nama mata uang resmi Sri Lanka adalah rupee atau dalam standar internasional diberi kode LKR. Pada saat saya berkunjung ke negara ini pada awal Desember, 2015 yang lalu nilai tukar rupee terhadap rupiah adalah 1 LKR setara dengan 96,79 IDR.  Kita dapat menarik uang di ATM Sri Lanka yang berlogo Visa dan Mastercard. Biaya sekitar 20.000,- IDR per sekali transaksi penarikan uang.

Sunday 14 February 2016

Biaya Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar

Myanmar Kyat (MMK)
Tak afdol rasanya jika saya sudah memposting ringkasan perjalanan Myanmar tetapi belum catatan biaya pengeluarannya. Nah, berikut ini adalah rincian biaya pengeluaran saya selama perjalanan 10 hari di Myanmar dan biaya selama 2 hari perjalanan Jakarta - Singapore - Yangon (pergi) dan Yangon - Kuala Lumpur - Jakarta (pulang). Secara lengkap saya mencatatnya mulai dari ongkos transportasi, biaya penginapan, tiket masuk zona wisata berbayar Myanmar yaitu Bagan, Mandalay, dan Inle Lakehingga biaya-biaya yang sebenarnya bisa diatur sesuai kebutuhan dan budget yang kita miliki yaitu makan & minum, cemilan, dan sedikit belanja oleh-oleh.

Saturday 13 February 2016

Itinerary Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar

Postingan sengaja diawali dengan foto kita bertiga berpose *sok manis ala cewek site MIP di Mandalay. Manatahu dijadikan cover booklet promosi wisata Myanmar #khayalanrandomseorangtraveler! :)

Seperti yang saya ceritakan di postingan sebelumnya bahwa Yangon, Bagan, Mandalay, Kalaw dan Inle Lake merupakan list destinasi  yang kita kunjungi selama 10 hari di Myanmar. Langsung saja ya kak, berikut ini saya share ringkasan perjalanannya. Manatahu bisa jadi referensi itinerary traveler sekalian yang ingin berkunjung kesana.

Sebagai catatan total durasi perjalanan kita sebenarnya adalah 12  hari ( 10 hari menjelajah Myanmar dan 2 hari untuk perjalanan pergi pulang Indonesia-Myanmar).

Friday 12 February 2016

10 Hari Menjelajah Negeri “The Golden Land” Myanmar


Mingalaba !! *

Perasaan baru kemarin traveling dari Sri Lanka, ehh..tau-taunya si kakak baru saja pulang berkelana dari Myanmar (sadis..!! si kakak kencang banget ngetripnya ya’? :D). Sebenarnya perjalanan saya ke Myanmar ini terbilang sangat tiba-tiba, efek termakan bujuk & rayu teman sekantor yang memang sejak lama ingin ngetrip bersama, tag : kak Chiko & Septi #lol. Yang tadinya berencana cuti pertama di 2016 akan dihabiskan (full 2 minggu) di kampung halaman ehh racun trip membuat si kakak tak mampu menahan hasrat untuk segera mengangkat ransel ke Myanmar. Persiapan pun serba dadakan mulai dari booking tiket pesawat yang sebulan sebelum keberangkatan dan bahkan itinerary baru dirancang beberapa hari sebelum keberangkatan ke Yangon. Ahhh,,anggap saja trip ini sebagai vitamin pasca bergulat dengan pekerjaan membuat rencana tambang 2016 (lhoo kok malah curcol si kakak? :D). Tetapi spontanitas inilah yang memberikan cerita perjalanan saya kali ini berbeda dengan trip sebelumnya. Myanmar melebihi ekspektasi yang saya bayangkan sebelumnya.

Saturday 23 January 2016

Biaya Perjalanan 10 Hari Menjelajah Sri Lanka

Sri Lankan Rupee (LKR)
"Mahal gak sih kak biaya perjalanan dan hidup selama 10 hari menjelajah  Sri Lanka?"

“Hmm…tergantung,  traveling ke Sri Lanka sebenarnya bisa dibilang tidak mahal juga tidak murah. Biasanya yang paling menguras budget kita adalah biaya transportasi dan penginapan.  Nah biaya-biaya inilah yang harus kita atur sebaik mungkin agar sesuai budget yang kita anggarkan.”

Dimana menurut saya, transportasi umum antar kota di Sri Lanka baik itu jarak dekat dan jauh sangat murah. Sebagai contoh ongkos bus dari Nuwara Eliya menuju Ratnapura yang berjarak 150 km hanya dikenakan 223 rupee saja atau sekitar 21.584 rupiah. Nah murah banget ya kak?. Sama halnya dengan kereta api Sri Lanka, menurut saya melakukan perjalanan dengan transportasi ini wajib dicoba karena biayanya yang terjangkau bagi kantong budget traveler. Lain halnya dengan tuk tuk, transportasi ini menurut saya mahal apalagi jika kita adalah solo traveler. Jarak dekat saja saya harus merogoh kocek 100 rupee atau sekitar 10.000 rupiah untuk ongkos tuk tuk (ini yang termurah yang saya temukan loh!). Dan inilah salah satu yang membuat pengeluaran transportasi saya di luar rencana budget awal.  Jadi, harus pintar-pintar menawar ongkos pada si bapak supir tuk tuk ya kak!. 

Friday 22 January 2016

Itinerary Perjalanan 10 Hari Menjelajah Sri Lanka


Assalamualaikum kakak,
Ayubowan!! (ucapan salam orang Sri Lanka, diterjemahkan sebagai "hai atau hallo")

Postingan pertama di tahun 2016 ini diawali dengan berbagi cerita perjalanan saya ke Sri Lanka pada awal Desember tahun lalu. Jujur, sebelumnya tidak pernah terlintas di pikiran saya, bisa traveling ke negara ini. Secara kan si kakak obsesi travelingnya adalah ingin menembus batas negara China - Korea Utara hingga Korea Selatan :). Tetapi semenjak perjalanan ke India, rasanya mulai tertarik untuk mengunjungi negara-negara Asia Selatan lainnya. Salah satunya Sri Lanka, sebuah negara pulau di Samudera Hindia tepatnya di pesisir tenggara anak benua India. Sri Lanka atau Lankadeepa (bahasa Sanskerta yang berarti "tanah bersinar"), konon katanya pulau ini memiliki sejarah panjang lebih dari 2.550 tahun. Meskipun terbilang negara kecil dimana luas wilayahnya hanya 65.610 kmatau 0.9 kali luas wilayah Provinsi Sumatera Utara kampung halaman saya, pesona keindahan alamnya yang mendapat julukan Permata Samudra Hindia lah yang membuat saya penasaran untuk melakukan perjalanan menjelajah negeri yang dulunya bernama Ceylon ini.  

Lupakan cerita pemberontakan Macan Tamil yang santer diberitakan media televisi beberapa tahun lalu. Saat ini, Sri Lanka bukan lagi negara konflik. Bahkan menurut survey tripadvisor, Sri Lanka menjadi salah satu destinasi traveling paling aman di dunia, khususnya untuk para solo traveler wanita. Meskipun demikian tetap berhati-hati ya kakak. Saya sendiri sengaja untuk tidak menaiki transportasi umum perjalanan jauh pada malam hari. Saya tidak mau mengambil resiko karena saya adalah seorang solo traveler.