Tuesday 17 May 2016

Kemeriahan Malam di Pantai Losari, Makassar

Kemeriahan di Pantai Losari
Ahad, 8 Mei 2016Ketika dalam penerbangan dari Jakarta menuju Makassar, saya membaca informasi berjudul “Kalender Event Pariwisata 2016 Sulawesi Selatan” di sebuah halaman majalah LionMag. Kebetulan sekali, saya pun langsung memeriksa apakah ada event tepat pada waktu kedatangan saya di Makassar. Beruntungnya saya, menurut informasi hari ini adalah hari terakhir terakhir event bertajuk Pasar Seni Makassar. Pikiran saya menerawang, membayangkan keramaian di Pantai Losari. Pelataran pantai ini memang sering menjadi lokasi perhelatan akbar Kota Makassar. Saya semakin bersemangat untuk segera menginjakkan kaki di Pantai Losari, ikon paling terkenal dari kota Makassar.

Delapan jam kemudian…Ketika untuk pertama kalinya saya memasuki kamar Pod House, saya sempat mengintip keramaian dan kemeriahan suasana Pantai Losari dari lantai 2 kamar saya. "Tunggu sebentar lagi yaa!". Terlebih dulu saya membersihkan peluh keringat perjalanan dari Rammang-Rammang dan menunaikan shalat jamak ta’khir dzuhur ashar. Beruntungnya kamar yang seharusnya ditempati 16 orang, hanya ada saya seorang di dalamnya. Jadi lah saya berasa seperti kamar sendiri.

Empat puluh menit menjelang pukul 18.00 WITA barulah saya melangkahkan kaki keluar gedung Pod House. Hanya berjalan beberapa belas langkah, menyebrang Jalan Penghibur, menyusup di antara warung tenda pedagang kuliner pisang epe dan melangkah di pelataran beton. Tak seperti pantai pada umumnya, pantai yang terletak di sebelah barat kota Makassar ini sama sekali tak memiliki pasir, bibir pantai dibangun tanggul pembatas beton permanen. Saya pun akhirnya memilih duduk di salah satu sudut beton kata paling utara di pelataran ini Toraja. Memotret panorama ke arah laut dan bersantai melihat sekelilingnya.

Menawannya panorama matahari terbenam di ufuk barat Pantai Losari. Siapa pun tahu betapa tenarnya nama pantai yang satu ini. Baik masyarakat lokal maupun pengunjung dari luar daerah menjadikan Pantai Losari sebagai tempat wisata yang harus dikunjungi ketika berada di Makassar. Tempat wisata paling merakyat bagi semua kalangan masyarakatbaik itu muda dan tua. Tak perlu membayar tiket masuk ke ruang publik terbuka ini. Pantai Losari menjadi tempat berkumpul atau sekedar menghabiskan waktu senggang. Ada yang datang keluarga, teman, orang terkasih atau seorang diri seperti saya ikut tumpah ruah memadati pelataran beton sepanjang 1 km tepian Pantai Losari. Menantikan detik-detik matahari menghilang di bawah garis cakrawala Selat Makassar.

Berkumpul di tepian Pantai Losari
Detik-detik matahari menghilang di bawah garis cakrawala Selat Makassar
Beton kata "Toraja" saksi bisu kenarsisan di Pantai Losari

Beton kata “CITY OF MAKASSAR” dan “TORAJA” dan beton kata lainnya menjadi saksi bisu orang-orang yang mengabadikan keeksisan dirinya di Pantai Losari. Ahh,,bukan masyarakat dalam negeri saja yang jatuh cinta pada keindahan Pantai Losari di kala senja. Di salah satu sudutnya, saya melihat orang tua berperawakan Eropa sedang asyik memotret. Dan ternyata ada pula orang asing lainnya.

Pikiran saya terlempar ke memori masa lalu, ceritanya saya selalu mengikuti sebuah acara musik dangdut mingguan sebuah tv swasta. Eitss,, jangan tanya mengapa saya yang selama ini mengakunya adalah fans Kpop ternyata penggemar dangdut juga, ceritanya panjang!. Kebetulan suatu ketika acara tersebut disiarakan live (langsung) dari Pantai Losari. Timbul perasaan takjub dengan keindahan background (latar) panorama acara tersebut, semburat jingga matahari terbenam tepat di belakang panggung. Semakin dramatis dengan lagu yang didendangkan penyayi yaitu lagunya umi Elvy Sukaesih – Sumpah Benang Emas, bercerita tentang cinta yang cukup tragis dengan mengambil latar di Pantai Losari yang indah.

“Daeng Lala tak mungkin ku lupakan
Sumpah kita di Pantai Losari....”

Gara-gara lagu umi Elvy Sukaesih lah membuat saya penasaran dengan Pantai Losari yang terkenal itu. Sebuah impian terbesit di pikiran. "Kapan ya saya bisa ke sana?". Delapan tahun kemudian saya benar-benar mewujudkan impian tiba-tiba itu. Pantai Losari di sinilah saya berada sekarang.

Saya terhenyak dari lamunan. Lupakan Daeng Lala!! Suara adzan maghrib menggema ke penjuru Pantai Losari. Saya pun bangkit mendekati sumber panggilan shalat. Terus berjalan ke selatan melewati panggung acara tepat di depan beton nama “PANTAI LOSARI”. Sekilas saya membaca tulisan di panggungnya, rupanya akan ada acara peringatan Isra Miraj 2016/1437H malam ini. Saya lanjut berjalan lagi, melewati stand-stand pameran bertuliskan keterangan Makassar Expo 2016. Hahh,,mungkin ini event yang dimaksud di halaman majalah LionMag yang tadi pagi saya baca. Dan sampailah saya di sebuah masjid yang berdiri di atas laut Teluk Makassar, tak jauh dari bibir Pantai Losari. Dikenal sebagai masjid terapung, Masjid Amirul Mukminin.

Maghrib di masjid terapung pertama Indonesia, Masjid Amirul Mukminin. Sebelum memasuki ruangan masjid, kita wajib menitipkan sepatu/sandal di penjaga sendal pintu masuk. Tempat wudhu perempuan berada di sisi kanan mesjid. Kemudian saya naik menuju lantai 2 dimana ruang shalat untuk jamaah perempuan berada. Alhamdulillah, nikmat rasanya bisa shalat maghrib berjamaah di sini.

Di atas sajadah Mesjid Amirul Mukminin
Tentang Masjid Amirul Mukminin. Mesjid ini baru saja 2 tahun dibuka untuk umum. Bearsitektur modern dibangun dengan pondasi cukup tinggi, ketika air laut pasang terlihat seperti terapung di laut. Bangunannya dominan warna putih dan abu-abu, dilengkapi menara tinggi menjulang sekitar 16 meter di kedua sisinya, kubah masjid berwarna biru yang unik semakin menambah keanggunan masjid ini. Bangunannya kecil memang hanya menampung sekitar 500 jamaah. Tetapi menurut saya keberadaan masjid indah di tempat wisata merakyat kota Makassar ini, menyiratkan simbol kereligiusan islam Makassar. “Berwisata di Pantai Losari boleh saja tetapi jangan sampai meninggalkan kewajiban shalat”. MashaAllah!.

Masjid Amirul Mukminin, mesjid terapung Makassar

Selepas maghrib suasana di kawasan Anjungan Pantai Losari semakin bertambah ramai. Saya kembali berjalan menengok stand-stand pameran yang tak jauh dari masjid terapung. Ketika menembus keramaian di tengah-tengah pameran tadi, saya tak sadar bahwa beliau yang dikelilingi kamera wartawan dan pengaman khusus adalah walikota kota Makassar, bapak Ir. H. Moh. Ramdhan Pomanto. Rupanya ini adalah acara perhelatan satu tahun kepemimpinan beliau. Tak jauh dari pameran, di sepanjang beton nama “CITY OF MAKASSAR” berdiri panggung pertunjukan musik. Penontonnya meledak memenuhi kursi-kursi yang ada bahkan hingga berdiri. Dimulailah musik dangdut menghentak langit Losari. Para biduan berdendang goyang senggol mengajak para penonton untuk ikut bergoyang. Sangat meriah!!. Hanya berjarak 200 meter ke utara, suasanya tak kalah ramai. Tepatnya di depan beton nama “PANTAI LOSARI” panggung acara peringatan Isra Miraj 2016/1437H memulai acaraTak terhitung berapa banyak muslim dan muslimah berpakaian serba putih memadati pelataran Anjungan Pantai Losari ini. Lantunan ayat suci Al-Qur’an berkumandang ke angkasa Losari. Terbayang kan bagaimana suasana di Pantai Losari jadinya?. Baru kali ini saya melihat acara bertajuk Makassar Bershalawat & Pesta Rakyat (musik dangdut) dalam satu kawasan Anjungan Pantai Losari.

Kemeriahan ini dilihat dari pelataran Masjid Amirul Mukminin
Santapan malam : pallu basa, nasi putih & segelas es teh manis :)
Memadati Makassar Expo 2016
Panggung musik dangdut ala Pantai Losari
Makassar Bershalawat 
Kemeriahan malam di Pantai Losari saya tutup dengan menikmati sepiring pisang epe cokelat keju super manis dan segelas minuman sarabba susu dingin di salah satu warung tenda persis di seberang gedung Pod House. Kata teman-teman saya, tak afdol ke Makassar bila belum mencicipi kuliner ini di Pantai Losari. 

Sarabba susu dingin & pisang epe cokelat keju

No comments:

Post a Comment