Tuesday 1 March 2016

Menjejaki Sigiriya, Kota Kuno Ribuan Tahun dari Sri Lanka...part1

Sigiriya, Central Province, Sri Lanka 
04 December 2015
Alhamdulillah…Bagi saya memiliki kesempatan untuk bisa menjelajah pesona keindahan alam Sri Lanka merupakan suatu pengalaman yang sangat luar biasa. Salah satu pengalaman luar biasa itu adalah menjejaki Sigiriya. Merupakan satu dari delapan Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites) UNESCO, Sri Lanka paling terkenal dan menjadi destinasi wisata andalan negara ini.

Sigiriya adalah sebuah batu (rock plateau) yang terbentuk dari aktivitas magma gunung berapi purba, memiliki ketinggian 370 meter (1.214 kaki) dan dikelilingi hutan hijau nan luas di sekitarnya. Nama Sigiriya berasal dari struktur batuannya yang berbentuk Sihagiri atau yang berarti Lion Rock. Dahulunya Sigiriya merupakan sebuah kota tua dengan sejarah panjang lebih dari seribu lima ratus tahun. Dimulai pada tahun 477 M, Raja Kasyapa I membangun istana kerajaan di puncak batu Sigiriya  Di dasarnya dibangun taman-taman indah dan luas, sistem penyaliran air yang sangat memukau dan benteng pertahanan yang kokoh. Selama 18 tahun, Sigiriya menjadi ibukota kerajaan Dinasti Maurya, Sri Lanka. Hingga akhirnya Kashyapa dikalahkan oleh Moggallana dalam perang pada tahun 495 M, ibukota kerajaan kembali ke Anuradhapura. Lalu Sigiriya beralih fungsi menjadi kompleks biara umat Budha. Selama beberapa abad tak ada catatan sejarah yang ditemukan di Sigiriya. Hingga kini yang bisa kita jumpai di Sigiriya adalah reruntuhan istana, taman, kolam, waduk, kanal air, dan berbagai peninggalan lainnya.

Terletak di Matale District, Central Province, Sri Lanka atau berjarak sekitar 96 km dari kota Kandy. Untuk menjangkau situs Sigiriya cukup mudah dan banyak pilihan rute bus dari Kandy.  Berdasarkan saran Ben, dari stasiun bus Kandy (Kandy bus stand berdekatan dengan gedung Post Office Kandy) saya menaiki bus yang bertujuan akhir di Polonnaruwa. Saya pun meminta tolong kepada kernet bus dan bapak supir untuk menurunkan saya di Inamaluwa Junction. Nah dari persimpangan jalan inilah saya berganti bus yang lebih kecil menuju gerbang kawasan Sigiriya. Perjalanan dari Kandy bus stand menuju Sigiriya menghabiskan waktu kurang lebih 2.5 jam.

Saya tak tahu sebenarnya ada berapa jalur akses masuk menuju kawasan Sigiriya. Ketika menaiki bus menyusuri jalanan Sigiriya Road, seorang masyarakat lokal menunjukkan saya sebuah persimpangan jalan yang merupakan jalan terdekat menuju situs Sigiriya. “Thank you Mahinda!”, begitulah perkenalan singkat saya dengan lelaki Sri Lanka tersebut. Ya, dari persimpangan jalan inilah saya tinggal berjalan kaki sekitar 160 meter saja, mengantarkan saya menuju gerbang selatan Sigiriya. Namun bukan di sini pintu masuk bagi wisatawan asing. Saya harus berjalan kaki lagi sekitar 1 km ke gerbang barat, menuju loket pembelian tiket masuk Sigiriya yang berlokasi dekat Sigiriya Museum (Lihat peta di bawah ini ya kak!). 


Sigiriya Map


Berjalan kaki menuju menuju loket pembelian tiket masuk Sigiriya

Untuk bisa masuk ke situs Sigiriya, para wisatawan asing harus membayar tiket sebesar 30 USD (4.200 rupee) atau sekitar 406 ribu rupiah, sudah termasuk tiket masuk ke Sigiriya Museum.

Berbekal peta dalam brosur World heritage City of Sigiriya, saya pun memulai penjelajahan menjejaki peninggalan kota kuno ribuan tahun Sri Lanka ini. Persiapkan fisik dan semangatmu untuk mencapai puncak batu Sigiriya. Tentu saja jangan lupa membawa bekal air minum secukupnya !!


Sigiriya Ticket
Setelah pemeriksaan tiket di gerbang barat Sigiriya, saya pun berjalan melewati jembatan batu di atas kanal air sepanjang kurang lebih 20 meter. Ini mengingatkan saya pada Angkor Wat di Siem Reap dimana kedua kuno ini sama-sama dikelilingi oleh kanal air berbentuk persegi.  Jauh sebelum Angkor Wat dibangun yaitu pada abad ke-12 ternyata Sigiriya sudah menerapkan sistem penyaliran air seperti ini.

Gerbang barat Sigiriya
Water GardenMenaiki tangga batu yang dulunya merupakan benteng pertahanan dalam Sigiriya. Sampailah saya di jalan setapak dimana terhampar rumput hijau luas di antara bekas reruntuhan bangunan. Suasana sejuk begitu kentara dengan adanya pepohonan rimbun. Terus berjalan ke arah timur mendekati batu Sigiriya terlihat saluran air memanjang di kiri kanan jalan. Mengalir menuju kanal air yang tadi saya lewati. Water garden begitulah keterangan nama lokasi dalam peta tempat saya berdiri ini. Di sinilah spot berfoto berlatar Lion Rock,  favorit para wisatawan. 

Water Garden

Boulder Garden…Setelah melewati water garden,  kini saya pun mulai sering menapaki puluhan anak tangga batubata menuju ke lokasi yang lebih tingi. Menyusup di antara sela-sela bebatuan besar hingga mendekati kaki batu Sigiriya. Hahhh,,dari sini semangat kita untuk menaklukkan jalur trek Sigiriya mulai diuji.

Menapaki anak tangga batubata Boulder Garden
Menuju lokasi yang lebih tinggi
Menyusup di antara bebatuan besar
Meskipun banyak sekali tour guide  yang menawarkan jasanya, si kakak lebih memilih untuk berjalan tanpa pemandu. Keterangan dalam brosur  sudah lebih dari cukup untuk mengenal Sigiriya. Tipe traveler "Indonesia" banget ya kak. Kalau kakak bagaimana lebih suka pakai guide atau tidak?
Semangat!!
Tak hanya butuh fisik dan stamina yang kuat tetapi juga butuh keberanian untuk melalui trek menuju puncak batu Sigiriya. Setelah melewati Boulder Garden, kita pun harus berjalan di tangga yang menempel di dinding batu Sigiriya. Lebar jalurnya bahkan tak cukup untuk dilewati bersamaan oleh 2 orang dewasa. Siapkan nyalimu terutama untuk menaklukkan tangga spiral.
Jalur tangga menggantung batu Sigiriya
Penasaran kejutan apa yang menanti di atas sana?
Ketika berada di sini angin yang berhembus cukup kencang dan lantai tangga yang licin pasca hujan membuat saya terus berpegangan pada besi pembatas


FrescoesRupanya tangga spiral mengantarkan kita menuju gua sempit. Terdapat lukisan para wanita dari jaman kerajaan Sri Lanka di masa lalu menghiasi dinding batu Sigiriya sepanjang sepanjang 140 meter. Konon katanya mereka adalah para wanita raja. Yang membuat saya penasaran bagaimana caranya pelukis di masa lalu bisa melukis detail di gua dinding batu Sigiriya setinggi ini. Entahlah!!

Frescoes
Saya tak ingin berlama-lama frescoes yang lokasinya sempit dan terbatas. Saya kembali menuruni tangga spiral kemudian menyusuri jalur selanjutnya. 

Mirror Wall… Sampailah saya di jalur dilindungi oleh tembok tinggi sekitar 3 meter. Tembok ini dilapisi dengan glasir cermin halus (mirror-smooth glaze). Menurut informasi, grafiti di dinding ini ditulis antara abad ke-7 dan 11. Sayangnya saya tak bisa melihat dengan jelas coretan dinding yang dalam perkembangannya menjadi tulisan resmi negara Sri Lanka. Ada pembatas, pengunjung dilarang menyentuh Mirror Wall

Mirror Wall
Penasaran pada guratan alami dinding batu Sigiriya di sisi kanan. Hmmm,,saya pun menebak Sigiriya adalah jenis batuan metamorf, mungkin gneiss
Lanjut berjalan!! Setelah melewati jalur mirror wall yang relatif aman dan tak membuat jantung berdesir takut seperti jalur tangga sebelumnya, kini saya kembali menyusuri tepian batu Sigiriya dengan pembatas sambungan besi sebesar kepalan tangan setinggi 1.5 meter.

Intermeso…Meskipun melihat ke bawah sana membuat jantung dag dig dug, panorama Sigiriya di sana menjadi hadiah indah ketika melalui jalur ini. 
Berlatar Water Garden di bawah sana dikelilingi hutan serba hijau 

No comments:

Post a Comment