Senin, 9 Mei 2016…Suasana pagi di Pantai Losari
begitu berbeda dengan suasana tadi malam. Kemarin begitu meriah sedangkan pagi
ini begitu lengang. Hanya ada beberapa orang berolahraga santai atau sekedar
jalan-jalan menikmati segarnya udara pagi. Hembusan angin sepoi-sepoi dari arah
Selat Makassar berpadu dengan suara debur ombak yang menerpa lembut tanggul
pantai bagaikan irama syahdu yang membawa suasana hati terasa kian teduh.
Saya suka Pantai Losari yang syahdu. Karena
itu saya kembali berjalan menyusuri pelataran beton dari utara menuju ke
selatan. Kesyahduan pagi hari membuat saya lebih fokus mengenal sudut-sudut di Pantai Losari yang mungkin terlewatkan oleh
saya kemarin.
Pelataran beton (anjungan) sepanjang
1 km tepian Pantai Losari terdiri dari 4 anjungan yaitu Anjungan Toraja-Mandar,
Anjungan Pantai Losari (anjungan yang ada beton kata “PANTAI LOSARI), Anjungan
Bugis-Makassar, dan Anjungan Metro. Masing-masing anjungan hanya dipisahkan
oleh sekat imajiner pembatas beton.
Anjungan Toraja-Mandar..Inilah pelataran paling utara dari kawasan
Pantai Losari. Ciri khas anjungan ini yaitu terdapat beton kata berwarna merah “CITY
OF MAKASSAR” diantara beton “TORAJA” dan “MANDAR”, ini menjelaskan bahwa Toraja
dan Mandar adalah suku yang mendiami Provinsi Sulawesi Selatan. Desain anjungan
dibangun dengan pola busur atau setengah lingkaran, diameter sekitar 230 meter.
Di pelataran Toraja terdapat bangunan minatur rumah adat Toraja “tongkonan”, ada juga patung tedong
bonga (kerbau belang di Toraja yang harganya sangat fantastis hingga ratusan
juta ) dan patung perempuan penari dengan
pakaian adat Toraja. Beranjak ke pelataran Mandar terdapat patung Pa'tenun.
Patung Pa'tenun merupakan simbol bahwa suku Mandar terkenal dengan sarung sutra
mandar atau lebih dikenal lipa' sabbe. Ada juga miniatur perahu
Sandeq, inilah bukti sejarah ketangguhan masyarakat suku Mandar mengarungi lautan.
Anjungan Pantai Losari…Inilah pelataran paling terkenal di Pantai
Losari yang sering dijadikan sebagai spot berfoto pengunjung. Katanya tak sah
ke Makassar bila belum berfoto di depan beton kata “PANTAI LOSARI”. Sama
seperti Anjungan Toraja-Mandar, desain anjungan ini juga dibangun dengan pola
busur atau setengah lingkaran, diameter sekitar 140 meter. Dan di anjungan
inilah sering dijadikan sebagai tempat panggung perhelatan akbar atau acara
hiburan kota Makassar.
Saya di Pantai Losari
Anjungan Bugis-Makassar…Ciri khas anjungan ini yaitu terdapat beton
kata berwarna merah “CITY OF MAKASSAR” diantara beton “BUGIS” dan “MAKASSAR”,
ini juga menjelaskan bahwa Bugis dan Makassar adalah suku yang mendiami
Provinsi Sulawesi Selatan. Desain pelataran juga dibuat dengan pola busur atau
setengah lingkaran, diameter sekitar 250 meter. Di ujung selatan anjungan,
sekitar 50 meter di atas laut berdiri kokoh Masjid Amirul Mukminin.
Anjungan Metro…Inilah pelataran paling selatan dari kawasan Pantai
Losari. Berbeda dengan 3 anjungan sebelumnya, desain Anjungan Metro seperti
pola pola mata gergaji dengan panjang sekitar 260 meter.
Jika 3 anjungan sebelumnya
menjorok ke arah barat daya, Anjungan Metro menjorok ke arah barat laut. Jika
kita melihat di peta google, keempat
anjungan di Pantai Losari dibangun mengikuti garis pantai.
No comments:
Post a Comment