Saturday 13 February 2016

Itinerary Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar

Postingan sengaja diawali dengan foto kita bertiga berpose *sok manis ala cewek site MIP di Mandalay. Manatahu dijadikan cover booklet promosi wisata Myanmar #khayalanrandomseorangtraveler! :)

Seperti yang saya ceritakan di postingan sebelumnya bahwa Yangon, Bagan, Mandalay, Kalaw dan Inle Lake merupakan list destinasi  yang kita kunjungi selama 10 hari di Myanmar. Langsung saja ya kak, berikut ini saya share ringkasan perjalanannya. Manatahu bisa jadi referensi itinerary traveler sekalian yang ingin berkunjung kesana.

Sebagai catatan total durasi perjalanan kita sebenarnya adalah 12  hari ( 10 hari menjelajah Myanmar dan 2 hari untuk perjalanan pergi pulang Indonesia-Myanmar).

Hari ke-1 : Jakarta - Singapore - Yangon
Sayangnya sampai saat ini belum ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Yangon. Setelah mencari-cari, mengkombinasikan negara transit (apakah mau transit di Singapore, Kuala Lumpur atau Bangkok), dan membandingkan harga tiket berbagai maskapai (tentunya yang paling terjangkau aka murah). Akhirnya terpilihlah maskapai Jetstar. Harga tiket Jakarta – Yangon (transit di Singapore) sekitar 1,47 juta rupiah (one way). Bukan tiket promo dan kita booking tiketnya sebulan sebelum keberangkatan.

Berangkat dari Terminal 2D Soekarno Hatta Int. Airport  pukul 09.15 (GMT +07:00), dan tiba di Terminal 1, Changi Int. Airport pukul 12.00 (GMT +08:00). Tiket yang kami miliki adalah conecting flight, jadi tak perlu keluar dari imigrasi Singapore dan mengambil bagasi. Waktu transitnya sekitar 5 jam

Nah,,tadinya berencana memanfaatkan waktu transit ini untuk ikutan Free Singapore Tour. Terinspirasi postingan blognya mbak Zulfa "Keliling Singapura Gratis dengan Free Singapore Tour"Namun berhubung waktu tournya (14.30 s/d  17.00) yang mepet dengan waktu take off kita ke Yangon (17.00), jadinya waktu transit kita habiskan dengan menikmati fasilitas dan wisata ala Changi. Untuk informasi mengenai tour ini klik Free Singapore Tour. Next time mungkin si kakak akan mencoba yang namanya Free Singapore Tour ini. Semoga masih ada & berkesempatan ya’.
Wisata transit ala Changi Airport
January 26, 2016
Kita kembali take off  pukul 17.15 sore dan akhirnya mendarat di Yangon Int. Airport sekitar pukul 18.40 (GMT +06:30). Penerbangan menghabiskan waktu sekitar 3 jam dimana terdapat perbedaan waktu 1.5 jam antara Singapore dan Yangon.

Selama 2 malam ke depan, kita menginap di 20th Street Hostel ,Yangon. Menginap tipe kamar female dormitory per malamnya dikenai biaya 13.650 kyat/orang atau sekitar 147.011 rupiah. Lokasi hostel backpacker ini berada di kawasan pecinan Chinatown, Yangon.  Untuk mencapai hostel ini, kita menaiki prepaid taxi. Dimana booth (konter pemesanan) taksi pra bayar Yangon Airport terletak berdekatan dengan pintu keluar kedatangan internasional (international arrivals). Tarif dari Yangon Airport ke 20th Street Hostel  adalah 10.000 kyat/taksi. 

Hari ke-2 :  Yangon
Traveler yang berkunjung ke Yangon pasti akan memasukkan Shwedagon Pagoda sebagai daftar destinasi utama. Yaaa,, pagoda emas terbesar di Negara Buddha inilah yang menjadi target pertama yang kita kunjungi. “Dari sini cukup naik taksi dengan ongkos sekitar 2.000 kyat, ” demikian penjelasan resepsionis 20th Street Hostel.

Shwedagon Pagoda, Yangon, Myanmar
January 27, 2016
Puas menikmati megahnya Shwedagon Pagoda, kami kemudian berjalan menuju People's Square and Park yang berada di seberang jalan U Wisara Road (gerbang barat Shwedagon Pagoda).  Mengintip salah satu taman terbesar di kota Yangon dan juga katanya salah satu lokasi hang out anak ala muda kota ini.

Jangan khawatir untuk menemukan tempat makan halal di sekitaran Shwedagon Pagoda!. Ada sebuah mesjid terdekat dari sini yaitu Myay Ni Gone Mosque. Berjalananlah sekitar 1,2 km dari gerbang timur People's Square and Park ke arah utara menuju kawasan Bagaya Street. Kita akan menemukan mesjid yang dibangun oleh muslim imigran dari Bangladesh berdiri di sisi kiri jalan. Dari bangunan mesjid inilah secara tak sengaja kita menemukan sebuah warung muslim yang tersembunyi diantara gang-gang sempit tak jauh dari jalan utama Bagaya Street.

Oh iya kak, belakangan saya baru tahu mengapa pada waktu shalat di sini, salah seorang bapak jamaah mesjid mengarahkan saya untuk shalat di dalam ruang pengurus mesjid saja bukan di dalam ruang utama mesjid. Rupanya muslimah di Myanmar memang jarang shalat di dalam mesjid. Mereka biasanya shalat di rumah saja.

Dari kawasan Bagaya Street kami pun menjalal naik bus kota untuk mencapai Sule Pagoda. Penomoran bus kota di Yangon ditulis dalam aksara Myanmar, aksara latinnya terselip di bagian bus yang tak mudah terlihat. Untungnya seorang bapak baik hati menuliskan bus no.3 atau 45 dengan aksara setempat di secarik kertas. Dan kita pun harus mencocokkan kembali setiap lekuk tulisan Myanmar pada setiap bus yang lewat. Wahh butuh perjuangan ya kak untuk naik bus kota Yangon!!. Untuk lebih memastikan bahwa bus yang kita naiki tepat jangan sungkan bertanya ya kak!.

Sule Pagoda berada di pusat kota (downtown) kota Yangon. Disekitarnya berdiri bangunan-bangunan ikonik yaitu Bengali Sunni Jamae Mosque, Immanuel Baptist Church dan bangunan High Court.  Dan sore hari adalah waktu yang tepat untuk duduk bersantai di atas hamparan rumput hijau Mahabandoola Garden sembari menikmati panorama berlatar bangunan ikonik Yangon.

Ketika asyik bercerita santai di Mahabandoola Garden, secara tak sengaja kami berkenalan dengan Mrs. Ivy. Singkat cerita beliaulah yang mengenalkan kami dengan Mbak Anna, seorang WNI yang telah lama tinggal di Yangon. Mbak baik hati yang menjadi teman baru kami di Myanmar. 

Hari ke-3 :  Yangon - Bagan
Jam setengah 6 pagi ketika langit Yangon belumlah terang, kita sudah melangkahkan kaki keluar dari 20th Street Hostel. Terus berjalan ke sisi utara jalan 20th Street menuju jalan utama Maha Bandula. Tujuan kami sepagi itu adalah Stasiun Kereta Api Yangon (Yangon Railway Station). Ya, kami akan berkeliling kota Yangon dan sekitarnya dengan menaiki Yangon circle train. Jam keberangkatan pertama kereta adalah pukul 06.10 pagi. Tarifnya sangat murah hanya 200 kyat/orang atau sekitar 2.100 rupiah saja. Circle train membawa kita untuk menengok pemandangan berkeliling Yangon dalam total radius 45 km. Melihat lebih dekat kehidupan masyarakat lokal dimana para lelaki bersarung Longyi dan wanita berbedak Thanaka tumpah rumah di kereta komuter ala Yangon ini. Waktu berkeliling dari Yangon Railway Station hingga kembali lagi ke stasiun ini adalah kurang lebih 3 jam perjalanan. 

Platform No. 7 Yangon Railway Station, Myanmar
January 28, 2016
Siangnya, taksi yang dipesan melalui resepsionis 20th Street Hostel membawa kami menuju Aung Mingalar Bus Station. Tujuan kami selanjutnya adalah Bagan. Tiket bus dipesan on the spot. Harga tiket bus Shwe Myo Taw Express, Yangon ke Bagan adalah 15.000 kyat/orang, berangkat pukul 18.30.

Hari ke-4 :  Bagan
Perjalanan dari Yangon menuju Bagan menempuh jarak kurang lebih 600 km atau menghabiskan waktu kurang lebih 9,5 jam. Kami baru tiba di Bagan Shwe Pyi Highway Bus Terminal pada waktu subuh. Udara super dingin Bagan membuat kami buru-buru menaiki taksi menuju hotel tempat kami menginap. Di perjalanan menuju hotel si bapak supir tiba-tiba memberhentikan mobilnya. Rupanya di sinilah kami harus membeli tiket masuk Bagan Archaelogical Zone seharga 25.000 kyat atau sekitar 270 ribu rupiah per orang. Sesampainya di hotel si bapak supir meminta ongkos 5.000 kyat/orang. Mahal!! Padahal saya jelas mendengar di awal kesepakatan ongkosnya 5.000,- kyat for all (kita bertiga) bukan per orang. Yaa sudahlah…malas juga berdebat di awal pagi yang super dingin ini (meskipun kesal dalam hati)..
Sky View Hotel adalah tempat kami menginap selama di Bagan. Berlokasi di kawasan Nyaung U yang berjarak kurang lebih 4.5 km dari terminal bus (Bagan Bagan Shwe Pyi Highway Bus Terminal). Meskipun belum waktunya check in kamar yang kami pesan sebelumnya, pihak hotel mempersilahkan kami untuk menempati kamar lebih awal. Kita bertiga sekamar di kamar tipe deluxe double room. Check in jam 5 pagi dan check out keesokan harinya jam 12 siang, tarifnya 52.000 kyat atau sekitar 560.004 rupiah per kamar. Review tentang hotel ini akan saya ulas di postingan yang berbeda.
Kita kemudian sejenak beristirahat, penjelajahan kami di Bagan akan kami mulai jam 9 pagi nanti. Tak lupa berpesan pada resepsionis bahwa kami akan menyewa sepeda untuk 3 orang.
Sepanjang hari hingga menjelang sore, kita bersepeda menjelajah kawasan Old Bagan. Dimulai dengan menyusuri jalan raya Bagan – Nyaung U Road kemudian Lanmadaw 3 Rd. Menapaki jalan-jalan kecil antah berantah, bergulat dengan debu jalanan dan teriknya hutan pagoda Bagan di kala siang. Melongok dari satu pagoda ke pagoda lainnya. Menyambangi tepian Ayeyarwady River, sungai terbesar Myanmar. Dan akhirnya kita kembali ke Nyaung U dengan mengambil jalur jalan yang berbeda yaitu menyusuri Anawrahta Road.
Old Bagan, Myanmar
Ayeyarwady River (Irrawaddy River ), Bagan, Myanmar
January 29, 2016
Hari ke-5 :  Bagan – Mandalay
Pagi hari, kami menyempatkan diri mampir ke Nyaung U Market dengan bersepeda dari hotel. Sekedar mencari pernak-pernik tradisional Bagan di sini. Meskipun pada akhirnya kami tidak menemukan benda yang kami inginkan. Pasar ini layaknya pasar tradisional yang menjual kebutuhan sehari-hari masyarakat lokal.

Tak perlu jauh-jauh ke terminal bus atau agen travel Bagan, pihak resepsionis Sky View Hotel membantu kita memesankan tiket bus ke destinasi tujuan.  Tiket minibus Pyi Taw Aye Express, Bagan – Mandalay, berangkat jam 14.00 siang, harganya 9.000 kyat/orang. Ini sudah termasuk pelayanan jemput dari penginapan hingga antar ke hotel kita di Mandalay.

Perjalanan dari Bagan hingga Mandalay menempuh jarak kurang lebih 170 km atau menghabiskan waktu kurang lebih 5.5 jam. Melintasi alam nan tandus dan kering, desa-desa yang entah apa namanya.

Tempat kami menginap di Mandalay adalah 79 Living Hotel. Sesuai dengan namanya hotel ini berada di 79th Street, persis berdekatan dengan Mandalay Railway Station. Tarif menginap di kamar tipe superior double room adalah 49.600 kyat atau sekitar 534.192 rupiah per malam. Ini termasuk biaya tambahan 8.000 kyat karena seharusnya kamar tipe ini hanya untuk 2 orang saja.

Hari ke-6 :  Mandalay – Kalaw
Pada hari ke-6 ini, kegiatan kita adalah berkeliling kota Mandalay dengan menyewa mobil. Resepsionis 79 Living Hotel yang mengatur city tour kita ini.  Adalah Didi aaitko (abang) sebagai supir sekaligus guide yang megantarkan kami mengunjungi Mandalay Hill, Kyauk Taw Gyi Pagoda, Sandamuni Pagoda, Kuthodaw Pagoda, Shwenandaw Monastery, Mandalay Royal Palace, hingga Mahamurni Pagoda. Siangnya kami mencicipi makanan India di sebuah restoran vegetarian. Saya lupa dimana lokasinya, abang Didi yang merekomendasikan restoran India ini.

Mandalay Hill, Myanmar
January 31, 2016
Hmm,,mungkin karena mulai bosan melihat pagoda, kami malah meminta untuk di antarkan ke pusat perbelanjaan/mall. Apalagi si kakak Chiko sejak di Bagan memang ingin membeli coat dan kita juga mau mencari sarung tangan. Sebagai persiapan menghadapi dinginnya Kalaw, destinasi kita malam ini.

Malam hari, kita pun berangkat menuju Kalaw. Menaiki Shwe Nam Taw Express, berangkat jam 20.30, ongkosnya 10.500 kyat sekitar 113.000rupiah per orang. Ohh iya, kita memesan tiket bus ini melalui pihak resepsionis 79 Living Hotel tadi pagi. Bus ke Kalaw berangkat dari Chan Mya Shwe Pyi Highway Station yang letaknya cukup jauh dari downtown Mandalay. Jadi untuk mencapai terminal bus pusat Mandalay ini kita menaiki mobil (taksi) dari hotel. Wahh,,benar-benar manja banget jalan-jalan di Mandalay kami ini ya kak. Kemana-mana naik mobil #lol. Sesekali boleh, mumpung share cost :).
Pengalaman menaiki Shwe Nam Taw Express yang fasilitasnya ok punya membuat perjalanan bus malam menjadi nyaman dan menyenangkan. Uniknya bus VIP ini memilki seorang awak wanita memakai Longyi dan berpenampilan rapi layaknya pramugari pesawat. Tugasnya tak sekedar membagikan snack atau makanan ringan, kopi, permen, dsb tetapi juga merapikan selimut para penumpang ketika bus ini berhenti di rest area.  Dan bahkan membangunkan kita ketika bus ini hampir sampai di Kalaw.

Hari ke-7 :  Kalaw
Dari Mandalay ke Kalaw menempuh jarak kurang lebih 208 km atau menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam. Karena Taungyi, ibukota Negara Bagian Shan adalah tujuan akhir bus ini, jadi kita pun diturunkan di pinggir sebuah jalan lintas Kalaw.  Udara dingin Kalaw dini hari menyapa kami membuat keluar asap dari mulut saat kita menghembuskan nafas. Kejadian lucu terjadi, teman sebangku kak Chiko, seorang wisatawan China  hampir saja tertinggal di Kalaw, padahal kota ini bukan destinasinya.

Kembali ke topik utama…Nah turun di jalan antah berantah Kalaw, kita pun disambut driver motorbike taxi atau ojek. Tak mungkin juga kita berjalan kaki menerjang dingin dan gelap mencari lokasi hotel tempat kami menginap. Tiga ojek untuk kami bertiga, total ongkosnya 6.000 kyat.

Nama hotelnya Railroad Hotel. Lokasinya berdekatan dengan Kalaw Railway Station. Kita bertiga menempati kamar bertipe family room. Check in jam 3 pagi dan check out keesokan harinya jam 11 siang, tarifnya 78.000 kyat atau sekitar 840.060 rupiah per kamar. Penginapan termahal kita nih!!.. Bagaimana dengan fasilitas dan pelayanannya? Akan saya ulas dipostingan yang berbeda.

Oh, alasan utama mengunjungi Kalaw adalah untuk melakukan trekking perbukitan karena surganya wisata trekking santai Myanmar ya di Kalaw.  

Setelah cukup beristirahat, kami memulai berjalan-jalan pada siang hari. Berbekal peta yang diberikan bapak Railroad Hotel. Ketika berjalan kaki menyusuri Min Street, secara tak sengaja kita menemukan sebuah warung halal sederhana tak jauh dari sebuah mesjid. Meskipun lagi-lagi India food, kita pun makan siang dulu sebelum trekking .

Tein Taung juga dikenal dengan Cloud Hill/ Stairway to Heaven merupakan salah satu tujuan trekking populer di Kalaw. Setelah menapaki anak-anak tangga kayu, sampailah kita di sebuah bukit dimana sebuah pagoda sederhana berkubah emas kerucut berdiri di atasnya. Panorama kota kecil Kalaw dikelilingi perbukitan terlihat menawan dari sini. Penjelajahan tak sampai di sini, kita pun terus berjalan ke utara menyusuri jalan setapak. Melewati perkampungan hingga yang terlihat hanyalah hamparan hutan pinus di kiri kanan jalan yang kami lalui. Hingga akhirnya kami mencapai sebuah pagoda di puncak sebuah bukit yang lebih tinggi. Suasananya sepi hanya kita bertiga, di perjalanan ke pagoda ini kita hanya bertemu seorang wisatawan Eropa.

Kalaw, Shan State, Myanmar
February 01, 2016
 "Beginilah jika terlalu sayang sama MIP. Seragam kerja dipakai hingga ke Myanmar #lol.."

Puas memandang Kalaw dari ketinggian bukit ini, kami pun bergegas kembali ke hotel. Tak ingin kesorean di jalan karena udara pun mulai berubah dingin.  

Hari ke-8 :  Kalaw - Nyaung Shwe
Menjelang jam 11 siang, kita check out dari Railroad Hotel. Berjalan menuju Kalaw Railway Station. Dari sini, menaiki kereta api menju Shwenyaung Railway Station, stasiun kereta terdekat Inle Lake, destinasi kita selanjutnya. Tiket kereta dibeli langsung di loket. Harga tiket kereta Kalaw – Shwenyaung pun sangat terjangkau, untuk kelas upper class seat cukup membayar 1.150 kyat atau 12.400 rupiah. Berangkat pukul 11.40 dan diperkirakan tiba di Shwenyaung pada pukul 14.50. Untuk melihat infromasi dan jadwal keberangkatan train Myanmar, klik link berikut Train Travel in Myanmar atau Getting around Myanmar by train.

Sembari menunggu kedatangan kereta api dari Thazi, tentu saja yang kami lakukan adalah berselfie ria. Meskipun kecil, gaya arsitektur kuno bangunan cukup menarik hati untuk sekedar berfoto sebagai kenangan di stasiun kereta Kalaw ini. 

Ketika sebuah kereta datang dari arah utara, kita dan tentunya beberapa wisatawan asing sempat bingung apakah kereta ini yang akan membawa kami menuju Shwenyaung. Maklum tak ada petunjuk penomoran jalur kereta atau peron ataupun informasi yang terteta di tiket, kereta menuju Shwenyaung berangkat dari peron yang mana. Rupanya kereta yang baru datang bukannlah kereta yang akan kami naiki, kami harus menunggu 5 menit lagi kereta dari arah Thazi menuju Shwenyaung akan tiba dari arah selatan. Jadi jangan sampai salah arah kemudian salah naik kereta ya kak! Bertanyalah kepada petugas, mereka pun dengan senang hati membantu mengarahkan kita untuk menaiki kereta yang benar.

Perjalanan dari Kalaw Railway Station hingga Shwenyaung sebenarnya hanya berjarak sekitar 55 km saja namun karena kecepatan kereta api Myanmar yang sangat lambat belum lagi waktu berhenti di stasiun Aung Ban dan Heho yang masing-masing menyita waktu 15 menit, total waktu tempuh kereta hingga menjadi kurang lebih 3 jam. Kebayang kan kak betapa santainya perjalanan kereta api ala Myanmar.

Favorit saya adalah suguhan keindahan panorama alam sepanjang perjalanan membuat mata kita tak akan bosan untuk memandang bebas ke luar jendela kereta. Kereta meliuk-liuk di antara perbukitan, lembah, tanah pertanian berwarna warni pada akhir musim dingin, dan padang rumput gersang nan eksotis MashaAllah...saya pun tak bosan-bosannya mengabadikannya dalam tangkapan foto kamera. Menikmati hadiah indah perjalanan ini sembari membayangkan masa depan. Hahhh,,ngomong apa sih kak?.

Train ride from Kalaw to Shwenyaung, Myanmar
February 02, 2016
Lain saya lain pula kak Chiko, jurus ampuh membunuh waktu perjalanan ala kakak Chiko adalah mendengarkan list musik kesayangannya sembari curi-curi pandang pada koko usa di depan kami . Maaf kakak cerita ini boleh di posting ya! #lol. Kalau si adek Septi mah matanya memang memandang panorama alam di luar jendela sana tetapi hatinya mungkin sedang memikirkan seseorang. Peace ya Sep! :).
----
Pukul 14.50 sore kita pun akhirnya sampai Shwenyaung. Selanjutnya kita menuju Manaw Thukha Hotel yang berada di kawasan Nyaung Shwe, pintu masuk wisatawan menuju Inle Lake. Begitu turun dari kereta, seorang pemuda menawarkan tuk tuknya untuk mengantarkan kami ke hotel. Tawar menawar harga, deal ongkos tuk tuk dari stasiun kereta Shwenyaung ke Manaw Tukha adalah 6.000 kyat untuk kita bertiga.

Tuk tuk ala Inle merupakan kendaraan pick-up truk terbuka. Perjalanan dari stasiun kereta menuju penginapan berjarak sekitar  13 km. Lumayan jauh kak!. Sepanjang perjalananan menawarkan panorama khas pedesaan Myanmar, persawahan dan danau berlatar perbukitan. Hitung-hitung vitamin mata sembari menahan guncangan tuk tuk.

Di tengah perjalanan, tuk tuk berhenti sejenak di sebuah pos. Rupanya setiap wisatawan asing yang masuk ke kawasan Inle Lake wajib membayar retribusi “Inle Zone Entrance Fee” sebesar 13.500 kyat atau 145 ribu rupiah per orang. Lalu kita pun diberikan sebuah booklet informasi tentang Nyaung Shwe, Inle Lake lengkap dengan peta di dalamnya.

Bagan, Mandalay, dan Inle adalah destinasi yang mewajibkan wisatawan asing membayar tiket masuk. Pemerintah Myanmar memang lantang untuk menarik retribusi kepada setiap wisatawan yang berkunjung ke destinasi andalan negara mereka ini. Mungkin sebagian besar pemasukan pendapatan ini digunakan untuk melindungi, memelihara dan melestarikan kawasan cagar alam mereka agar tetap layak berkelas internasional.

Sesampainya di Manaw Tukha, kita pun check in. Merah terakota mendominasi warna bangunan hotel ini. Pepohonan dan tumbuhan membuat hotel ini berasa asri.  Kita lalu diantarkan staf hotel menempati kamar bertipe deluxe triple room. Kamar tidur dan mandinya sangat luas, bersih, fasilitas OK punya. Tak rugi rasanya membayar tarif menginap sebesar 53.820 kyat atau sekitar 579.641 rupiah per malam.

Untuk soal makanan halal, restoran sederhana Indra Indian Food menjadi tempat makan pilihan kita selama tinggal sehari semalam di Nyaung Shwe. Lokasinya berada tidak jauh dari Manaw Tukha, hanya berjalan beberapa ratus meter saja ke arah timur. Plang nama restorannya sangat mudah ditemukan dari persimpangan jalan Yone Gyi Street & Nandawun Street. Lagi-lagi chicken curry dan masala menjadi menu andalan. Hahh,,bagaimana dong kak memang susah untuk menemukan makanan halal khas Myanmar.

Malamnya, kami menyempatkan berbelanja sarung Longyi, oleh-oleh khusus keluarga & orang-orang terkasih. Adalah sebuah toko yang berada tidak jauh dari persimpangan lampu merah Lamadaw Road, kawasan Mingalar Market. Per lembar sarung harganya mulai dari 3.500 kyat (low quality), ada yang 5.000 kyat (medium), hingga yang paling mahal dibanderol belasan ribu kyat. Adapula aksesoris tradisional handmade seperi rajutan shawl, dompet, tas, dan lain-lain. Motif dan coraknya unik-unik dan cantik-cantik.  Alasan kami berbelanja Longyi di sini atas rekomendasinya Mbak Anna. Yaa,,Inle Lake adalah daerah sentra produksi kain tradisional Myanmar. Jangan khilaf ya kak berbelanjanya!! Ingat masih ada Yangon yang harus dikunjungi dan kuota bagasi hanya 10 kg/orang.

Hari ke-9 Nyaung Shwe – Inle Lake – Nyaung Shwe – Yangon
Pagi hari setelah sarapan, kita pun menyewa sepeda dari hotel. Berbekal peta, perjalanan dimulai dengan menyusuri jalan Yone Gyi Street ke arah timur, kemudian belok kiri menyusuri jalan menuju Mine Thauk. Entah sudah berapa belas kilometer kita mengayuh pedal sepeda, panorama tepian Inle Lake yang kita bayangkan sebelumnya tak kunjung ketemu. Sepanjang jalan raya Mine Thauk hanya terlihat perkampungan dan kebun-kebun biasa saja. Mencoba menyusuri jalan tikus salah satu sebuah perkampungan, nyatanya kami hanya menemukan jalan buntu berlatar Inle Lake yang sama sekali tak cantik. Memutar kembali arah bersepeda ke jalan yang kami lewati tadi. Rupanya untuk melihat lebih dekat tepian Inle Lake, salah satu lokasi pandangnya adalah boat jetty Mine Thauk. Bertanya kepada penduduk lokal, akhirnya kita pun menemukan lokasi pelabuhan boat Inle Lake ini.
Di sini, kita menyewa sebuah perahu boat kayu. Biayanya sekitar 5.000 kyat bertiga. Selama 2 jam,  kita diajak menyusuri perairan Inle Lake. Mulai dari menyusuri perkampungan terapung Mine Thauk. Kemudian ke tengah danau menengok lebih dekat nelayan-nelayan Inle menangkap ikan dengan caranya yang sangat unik dan terkenal itu yaitu leg rowing. Sayangnya langit Inle tak begitu bagus untuk mengambil gambar di siang itu. Suasananya begitu misty.  Lalu ke perkampungan terapung lainnya di barat danau dimana sebuah pagoda berdiri kokoh di atas permukaan air Inle Lake
Inle Lake, Nyaung Shwe Township, Taunggyi District ,Shan State, Myanmar
February 03, 2016
Sore hari, kami standby di Manaw Tukha menunggu jemputan dari pihak PO Bus Shwe Nam Taw Express. Pukul 17.00 kami akan melanjutkan perjalanan kembali ke kota Yangon. Kami memesan tiket bus melalui agen Tour Advisor sehari sebelumnya. Lokasi agen travel ini berada tidak jauh dari penginapan kami. Ongkos tiket Bus Shwe Nam Taw Express dari Nyaung Shwe menuju Yangon adalah 22.000 kyat atau sekitar 237.000 rupiah. Ini sudah termasuk biaya pick up dari hotel menuju kantor agen Bus Shwe Nam Taw Express di Nyaung Shwe.
Bye bye Inle......Saatnya kami kembali ke Yangon~~~
Untuk mencapai kota Yangon dari Nyaung Shwe menempuh jarak kurang lebih 590 km atau sekitar 10 jam perjalanan. Untungnya kursi formasi 2-1 yang sangat luas dan nyaman plus selimut bus Shwe Nam Taw Express membuat kita bisa tidur nyenyak layaknya tidur di penginapan. Jadi tubuh pun bisa langsung diajak jalan ketika sampai di Yangon keesokan harinya. 
Hari ke-10 Yangon
Bus tiba Aung Mingalar Bus Station, Yangon pukul setengah 6 pagi.  Kita pun menaiki taksi menuju Yangon Airport. Kenapa bandara? Dari Aung Mingalar ke downtown melewati bandara. Jadi, daripada repot membawa barang bawaan, tas backpack kami titip sementara di bandara. Kemudian kami akan ke Bogyoke Market. Begitulah rencana di hari ke-10 perjalanan kami ini.

Sebenarnya..ketika masih berada di Manaw Tukha, kita mengirim pesan via wa ke mbak Ana meminta ijin untuk bisa menitipkan backpack di rumah beliau. Sayangnya pesan balasan iya beliau baru diterima ketika wa kita terkoneksi wifi Yangon Airport pagi harinya. Yaahh,,kami sudah terlanjur menitipkan backpack di tourist counter, terminal kedatangan internasional. Mbak Anna pun mengajak ketemuan di KBRI. Tak pakai mandi hanya sekedar bersih-bersih seadanya, kita pun menaiki taksi menuju KBRI Yangon di kawasan Pyidaungsu Yeiktha Road.

Bertemu Mbak Anna, kita pun diperkenalkan dengan Mbak Wati, juga WNI yang telah menetap lama di Yangon. Inilah cerita penutup manis perjalanan kami. Senangnya dipertemukan dengan mbak-mbak super humble ini. Diajak menengok panorama Sungai Yangon dari atas kapal ferry (Yangon Cruise), akhirnya makan shan noddle soup khas Myanmar di restoran halal, kemudian ditemani berbelanja di Bogyoke MarketMendengar cerita kita yang berencana stay di bandara malam ini, Mbak Wati spontan mempersilahkan kami menginap di kamar rumah beliau. Mungkin si mbak gak tega, padahal kan kita wanita stronger mbak e. Dan malam harinya, lagi-lagi kita ditraktir berwisata kuliner halal (food street) khas Myanmar sepuasnya di Kandawlay. Dan bahkan suami mbak Wati begitu baiknya mau mengantarkan kita ke bandara pagi-pagi keesokan harinya. Terimakasih Mbak Anna  & suami, Mbak Wati & suami. Sampai bertemu di lain waktu dan kesempatan ya mbak! (tag lagi Kak Chiko, Septi).


Yangon, Myanmar
February 04, 2016
By the way ketika postingan ini ditulis, iseng-iseng saya berkunjung ke website KBRI Yangon di sini. Kapan-kapan berkunjung lagi yuk kak chik ke sini!! #kode…

Hari ke-11 :  Yangon – Kuala Lumpur
Gwatbhine Yangon, sampai jumpa di lain kesempatan Myanmar!....

Untuk perjalanan kembali ke tanah air kita memilih maskapai Air Asia (AA), Yangon – Kuala Lumpur, dengan harga sewaktu kita issued tiket sekitar 879 ribu rupiah. Ini sudah termasuk PSC (Passenger Service Charge/pajak bandara Yangon Int. Airport) ya kak!. Take off dari Yangon International Airport  pada pukul 08.30 pagi dan tiba di KLIA 2 sekitar pukul 12.45 siang (waktu Malaysia). Di Kuala Lumpur kami menginap semalam di sebuah hostel backpacker kawasan KL SentralWaktu transit ini, kita manfaatkan untuk bertandang ke Batu Caves dan menara ikonik Malaysia, Menara Petronas.

Sisa energi narsis ...............
Kuala Lumpur, Malaysia
February 05, 2016


Hari ke-12 :  Kuala Lumpur – Jakarta
Penerbangan yang membawa kita kembali ke tanah air adalah maskapai Lion Air. Take off dari KLIA 2 sekitar pukul 13.00 dan landing di Soekarno Hatta Airport sekitar pukul 14.06.

Welcome back Indonesia :)

Itinerary Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar

Demikianlah ringkasan perjalanan kita 10 Hari menjelajah Myanmar. Jika ingin mendownload itinerary dan bertanya, silahkan tinggalkan komentar di bawah ini ya kak. Sebisa mungkin akan saya bantu jawab :). Ché Zu Bé (thank you)….

Note : Spesial cuti kali ini, kita bertiga bersama-sama selama 13 hari sejak cuti di hari pertama. Berpisah hanya 2 malam kemudian bertemu lagi di Tarakan kembali ke site, bekerja sekantor lagi 2 bulan…”Gak bosan kan kk Chik, Sep ketemu saya terus?..Hmm,, semoga tidak bosan-bosan ya jalan bareng "artis korea site Krassi" #lol.

Selanjutnya...Biaya Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar
Sebelumnya...10 Hari Menjelajah Negeri “The Golden Land” Myanmar

No comments:

Post a Comment