Friday 12 February 2016

10 Hari Menjelajah Negeri “The Golden Land” Myanmar


Mingalaba !! *

Perasaan baru kemarin traveling dari Sri Lanka, ehh..tau-taunya si kakak baru saja pulang berkelana dari Myanmar (sadis..!! si kakak kencang banget ngetripnya ya’? :D). Sebenarnya perjalanan saya ke Myanmar ini terbilang sangat tiba-tiba, efek termakan bujuk & rayu teman sekantor yang memang sejak lama ingin ngetrip bersama, tag : kak Chiko & Septi #lol. Yang tadinya berencana cuti pertama di 2016 akan dihabiskan (full 2 minggu) di kampung halaman ehh racun trip membuat si kakak tak mampu menahan hasrat untuk segera mengangkat ransel ke Myanmar. Persiapan pun serba dadakan mulai dari booking tiket pesawat yang sebulan sebelum keberangkatan dan bahkan itinerary baru dirancang beberapa hari sebelum keberangkatan ke Yangon. Ahhh,,anggap saja trip ini sebagai vitamin pasca bergulat dengan pekerjaan membuat rencana tambang 2016 (lhoo kok malah curcol si kakak? :D). Tetapi spontanitas inilah yang memberikan cerita perjalanan saya kali ini berbeda dengan trip sebelumnya. Myanmar melebihi ekspektasi yang saya bayangkan sebelumnya.

Sebagai informasi, WNI bebas visa turis ke Myanmar. Kita bisa menjelajahi negara ini tanpa visa selama 14 hari. 

Selama 10 hari saya, kak Chiko & Septi berpetualang menjelajah Myanmar, negara di Asia Tenggara yang juga dikenal dengan nama Burma. Ditambah 2 hari perjalanan : Jakarta – Singapore – Yangon (pergi) dan Yangon – Kuala Lumpur – Jakarta (pulang). Perjalanan lintas darat dimulai dengan menjelajah Yangon, dulunya ibu kota negara Myanmar sebelum dipindahkan ke Naypyidaw pada tanggal 7 November 2005. Kemudian Bagan, di sini kami bersepeda menjelajah luasnya hutan pagoda yang merupakan destinasi andalan Myanmar, saingannya Angkor Wat Kamboja. Lalu menjejaki sudut kota Mandalay, ibukota terakhir kerajaan Myanmar. Trekking santai di kota perbukitan Kalaw. Bersepeda dari Nyang Shwe ke Inle Lake dan menyusuri eksotisme panorama alam dari atas permukaan air Inle Lake.

Peta Rute Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar
(Yangon, Bagan, Mandalay, Kalaw, Inle Lake)

Perlu diingat kak bahwa Myanmar adalah negara yang beriklim muson tropis. Musim panas (hot season) berlangsung dari pertengahan Februari hingga pertengahan Juni, musim hujan (rainy season) berlangsung dari pertengahan Juni hingga pertengahan Oktober dan musim dingin (cold season) berlangsung dari pertengahan Oktober hingga pertengahan Februari (sumber : majalah My Magical Myanmar edisi Juli 2015). Kami tak begitu memperhatikan informasi ini ketika akan berangkat ke Myanmar pada akhir bulan Januari kemaren. Ternyata pada bulan tersebut Yangon, Bagan, Mandalay, Kalaw & Inle begitu dingin di malam hari (di Kalaw bahkan tembus 10 derajat celcius) sedangkan di siang hari berubah drastis menjadi panas dan kering. Alhasil pakaian yang kami pakai tak cukup ampuh untuk menghangatkan diri ketika kami melakukan perjalanan pada malam hari. Efek tubuh terbiasa menerjang panas di tambang kali ya kak! :) .

Berkunjung ke Myanmar barulah saya mengerti mengapa negara ini dikenal dengan julukan The Golden Land. Sejauh mata memandang, pagoda-pagoda megah menjulang tinggi berwarna emas berkilauan berdiri megah, mendominasi pemandangan di setiap sudut negara bagian Myanmar yang kami kunjungi.

Hampir semua moda transportasi Myanmar digunakan. Tak ada motor di kota Yangon karena memang kendaraan yang satu ini dilarang beroperasi sejak tahun 2012. Selama di Yangon kita menaiki taksi tanpa argo, pernah juga naik bus kotanya, dan paling sering adalah jalan kaki. Harus pintar-pintar nawar ongkos taksi Yangon ya kak. Tak begitu kesulitan berkomunikasi karena kebanyakan supir yang kita temui mengerti bahasa Inggris. Namun demikian pernah juga bertemu supir berbahasa Myanmar tulen, jadinya kita berkomunikasi dalam bahasa tarzan #lol.  Di Bagan dan Nyaung Shwe - Inle berjibaku lelah dengan mengayuh sepeda puluhan kilometer. Di Mandalay, bergaya sok wisatawan berduit dengan keliling kota dengan menyewa mobil dan dipandu guide si abang kalem “Didi”. Menaiki ojek ala Kalaw yang mengantarkan kami menuju Railroad Hotel pada dini hari yang super dingin. Naik kereta api tua Myanmar, meliuk-liuk di antara perbukitan, lembah, dan padang rumput nan eksotis dari Kalaw melintasi Aungban, Heho menuju Shwenyaung. Menahan guncangan tuk tuk  belasan kilometer dari Shwenyaung railway station menuju Manaw Tukha, hotel tempat kami menginap di Nyang Shwe. Menaiki perahu kayu motor (boat) Inle, mengingatkan saya pada panorama Danau Toba.

Satu hal yang saya acungin jempol adalah bus jarak jauh di Myanmar yang rata-rata berkondisi sangat bagus, tepat waktu, dan tentunya pelayanan dari pihak PO busnya yang sangat memuaskan. Seperti slogan Shwe Nam Taw Express : safety first, service foremost . Nah belum apa-apa sudah promosi. Kita menaiki bus super nyaman ini ketika perjalanan dari Mandalay menuju Kalaw dan dari Shwenyaung kembali ke YangonIntinya kak, di Myanmar untuk pertama kalinya saya merasakan begitu menyenangkannya menaiki bus antar kota. 

Bagi saya perjalanan kali ini terasa berbeda tentunya jika dibanding solo traveling yang sering saya lakukan. Dua orang teman saya (kak Chiko & Septi) adalah travel mates yang sangat menyenangkan. Senangnya bisa jalan bareng kalian, susah senangnya perjalanan dinikmati bareng-bareng :). “Kak Chiko, koko usa apa kabar ya? :) ”. Meskipun sekali mengalami scam taksi ketika pertama kali tiba di Bagan, overall sepanjang perjalanan kita dipertemukan dengan orang-orang baik Myanmar. Dan penutup manis perjalanan ini adalah sebelum kembali ke Indonesia, kami bertemu WNI yang telah lama di Yangon “Mbak Anna & Mbak Wati”. Teman baru yang dipertemukan oleh takdir. Hahhh..terimakasih mbak-mbak kami, sudah bersedia mengajak kami jalan-jalan di kota Yangon, diantar kesana-kemari, ditemani berbelanja di Bogyoke Market, dan berwisata kuliner halal (food street) khas Myanmar sepuasnya di Kandawgalay.

Bergaya wisatawan kece yang menginap di hotel-hotel terbaik yang menurut saya recommended (Sky View Bagan, 79 Living Hotel Mandalay, Railroad Hotel Kalaw dan Manaw Thukha Hotel, Nyaung Shwe). Sengaja disebutkan namanya #kode :). Hingga style ala backpacker yang menginap di dormitory 20th Street Hostel Yangon. Semua tempat menginap kami tersebut dipesan melalui situs www.booking.com, beberapa hari sebelum berangkat ke Myanmar.

Dan masih banyak lagi pengalaman tak terlupakan lainnya....InshaAllah akan saya ceritakan di postingan yang berbeda.

*Mingalaba adalah ucapan salam orang Myanmar, diterjemahkan sebagai "halo".

Tiga wanita #masihsingle mip (Kak Chiko, saya dan Septi) menjelajah negeri “The Golden Land” Myanmar
26.01.2016 - 04.02.2016

No comments:

Post a Comment