
Mingalaba !! *
Perasaan baru kemarin traveling dari Sri
Lanka, ehh..tau-taunya si kakak baru saja pulang berkelana dari Myanmar
(sadis..!! si kakak kencang banget ngetripnya ya’? :D). Sebenarnya perjalanan
saya ke Myanmar ini terbilang sangat tiba-tiba, efek termakan bujuk
& rayu teman sekantor yang memang sejak lama ingin ngetrip bersama,
tag : kak Chiko & Septi #lol. Yang tadinya berencana cuti pertama di 2016
akan dihabiskan (full 2 minggu) di kampung halaman ehh racun trip membuat
si kakak tak mampu menahan hasrat untuk segera mengangkat ransel ke Myanmar. Persiapan
pun serba dadakan mulai dari booking tiket pesawat yang sebulan sebelum
keberangkatan dan bahkan itinerary baru dirancang beberapa hari sebelum
keberangkatan ke Yangon. Ahhh,,anggap saja trip ini sebagai vitamin pasca bergulat dengan pekerjaan membuat rencana tambang 2016 (lhoo kok malah curcol si kakak? :D). Tetapi spontanitas inilah yang memberikan
cerita perjalanan saya kali ini berbeda dengan trip sebelumnya. Myanmar
melebihi ekspektasi yang saya bayangkan sebelumnya.
Sebagai informasi, WNI bebas visa
turis ke Myanmar. Kita bisa menjelajahi negara
ini tanpa visa selama 14 hari.
Selama 10 hari saya, kak Chiko
& Septi berpetualang menjelajah Myanmar, negara di Asia Tenggara yang juga
dikenal dengan nama Burma. Ditambah 2 hari perjalanan : Jakarta – Singapore –
Yangon (pergi) dan Yangon – Kuala Lumpur – Jakarta (pulang). Perjalanan lintas
darat dimulai dengan menjelajah Yangon, dulunya ibu kota negara
Myanmar sebelum dipindahkan ke Naypyidaw pada tanggal 7
November 2005. Kemudian Bagan, di
sini kami bersepeda menjelajah luasnya hutan pagoda yang merupakan destinasi
andalan Myanmar, saingannya Angkor Wat Kamboja. Lalu menjejaki sudut kota Mandalay, ibukota
terakhir kerajaan Myanmar. Trekking
santai di kota perbukitan Kalaw. Bersepeda
dari Nyang Shwe ke Inle Lake dan menyusuri eksotisme panorama alam dari atas
permukaan air Inle Lake.
Selanjutnya...Itinerary Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar
![]() |
Peta Rute Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar
(Yangon, Bagan,
Mandalay, Kalaw, Inle Lake)
|
Perlu diingat kak bahwa Myanmar adalah negara yang
beriklim muson tropis. Musim panas (hot season) berlangsung dari pertengahan
Februari hingga pertengahan Juni, musim hujan (rainy season) berlangsung dari pertengahan Juni hingga pertengahan
Oktober dan musim dingin (cold season)
berlangsung dari pertengahan Oktober hingga pertengahan Februari (sumber :
majalah My Magical Myanmar edisi Juli 2015). Kami tak begitu memperhatikan
informasi ini ketika akan berangkat ke Myanmar pada akhir bulan Januari
kemaren. Ternyata pada bulan tersebut Yangon, Bagan, Mandalay, Kalaw & Inle begitu dingin di
malam hari (di Kalaw bahkan tembus 10
derajat celcius) sedangkan di siang hari
berubah drastis menjadi panas dan kering. Alhasil pakaian yang kami pakai tak cukup ampuh
untuk menghangatkan diri ketika kami melakukan perjalanan pada malam hari. Efek tubuh terbiasa menerjang panas di tambang kali ya kak! :) .
Berkunjung ke Myanmar barulah saya mengerti mengapa negara ini dikenal dengan
julukan The Golden Land. Sejauh mata memandang,
pagoda-pagoda megah menjulang tinggi berwarna emas berkilauan berdiri megah, mendominasi
pemandangan di setiap sudut negara bagian Myanmar yang kami kunjungi.
Hampir semua moda transportasi
Myanmar digunakan. Tak ada motor di kota Yangon karena memang kendaraan yang
satu ini dilarang beroperasi sejak tahun 2012. Selama di Yangon kita menaiki
taksi tanpa argo, pernah juga naik bus kotanya, dan paling sering adalah jalan
kaki. Harus pintar-pintar nawar ongkos
taksi Yangon ya kak. Tak begitu kesulitan berkomunikasi karena kebanyakan
supir yang kita temui mengerti bahasa Inggris. Namun demikian pernah juga bertemu supir berbahasa
Myanmar tulen, jadinya kita berkomunikasi dalam bahasa tarzan #lol. Di Bagan dan Nyaung Shwe - Inle berjibaku
lelah dengan mengayuh sepeda puluhan kilometer. Di Mandalay, bergaya sok wisatawan berduit dengan keliling
kota dengan menyewa mobil dan dipandu guide si abang kalem “Didi”. Menaiki ojek
ala Kalaw yang mengantarkan kami menuju Railroad Hotel pada dini hari yang
super dingin. Naik kereta api tua Myanmar, meliuk-liuk di antara perbukitan,
lembah, dan padang rumput nan eksotis dari Kalaw melintasi Aungban, Heho menuju Shwenyaung. Menahan guncangan tuk tuk
belasan kilometer dari Shwenyaung railway station menuju Manaw Tukha,
hotel tempat kami menginap di Nyang Shwe. Menaiki perahu kayu motor (boat)
Inle, mengingatkan saya pada panorama Danau Toba.
Satu hal yang saya acungin jempol
adalah bus jarak jauh di Myanmar yang rata-rata berkondisi sangat bagus, tepat
waktu, dan tentunya pelayanan dari pihak PO busnya yang sangat memuaskan.
Seperti slogan Shwe Nam Taw Express :
safety first, service foremost . Nah belum apa-apa sudah promosi. Kita menaiki bus super nyaman ini ketika perjalanan dari Mandalay menuju Kalaw dan dari Shwenyaung kembali
ke Yangon. Intinya kak, di Myanmar untuk pertama kalinya
saya merasakan begitu menyenangkannya menaiki bus antar kota.
Bagi saya perjalanan kali ini
terasa berbeda tentunya jika dibanding solo
traveling yang sering saya lakukan. Dua orang teman saya (kak Chiko & Septi) adalah travel mates yang sangat
menyenangkan. Senangnya bisa
jalan bareng kalian, susah senangnya perjalanan dinikmati bareng-bareng :). “Kak Chiko, koko usa apa kabar ya? :) ”. Meskipun sekali mengalami scam taksi ketika pertama kali tiba di Bagan, overall sepanjang perjalanan kita dipertemukan dengan orang-orang baik Myanmar. Dan penutup manis perjalanan ini adalah sebelum kembali ke Indonesia, kami bertemu WNI yang telah lama di Yangon
“Mbak Anna & Mbak Wati”. Teman baru yang dipertemukan oleh takdir. Hahhh..terimakasih mbak-mbak kami, sudah
bersedia mengajak kami jalan-jalan di kota Yangon, diantar kesana-kemari, ditemani berbelanja di Bogyoke Market,
dan berwisata kuliner halal (food street)
khas Myanmar sepuasnya di Kandawgalay.
Bergaya wisatawan kece yang menginap
di hotel-hotel terbaik yang menurut saya recommended (Sky View Bagan, 79 Living
Hotel Mandalay, Railroad Hotel Kalaw dan Manaw Thukha Hotel, Nyaung Shwe). Sengaja disebutkan namanya #kode :). Hingga style
ala backpacker yang menginap di dormitory 20th Street Hostel Yangon. Semua tempat menginap kami tersebut dipesan melalui situs www.booking.com, beberapa hari sebelum berangkat ke Myanmar.
Dan masih banyak lagi pengalaman tak terlupakan lainnya....InshaAllah
akan saya ceritakan di postingan yang berbeda.
*Mingalaba adalah ucapan salam orang Myanmar, diterjemahkan sebagai "halo".
*Mingalaba adalah ucapan salam orang Myanmar, diterjemahkan sebagai "halo".
![]() |
Tiga wanita #masihsingle mip (Kak
Chiko, saya dan Septi) menjelajah negeri “The Golden Land” Myanmar
26.01.2016 - 04.02.2016 |
Selanjutnya...Itinerary Perjalanan 10 Hari Menjelajah Myanmar
No comments:
Post a Comment