Hatyai….Hanya berjarak 56 km
dengan perbatasan daratan Thailand – Malaysia (Dannok – Bukit Kayu Hitam).
Cukup dekat memang. Thailand rasa Malaysia begitulah yang saya rasakan. Karena
lebih seringnya saya menggunakan bahasa Melayu. Lebih mudah menemukan penduduk
lokal yang bisa bicara Melayu daripada bahasa Inggris. Nak cakap Thai, ai tak
paham. Tahunya hanya sawaddee ka & kobkhunka. Ada manfaatnya juga, saya
suka nonton Upin Ipin.
Begitulah kak, tak perlu jago bahasa Inggris apalagi bahasa Thailand. Modal berbicara bahasa apalagi bisa bahasa Melayu itu sudah paling oke ketika travelling ke Hatyai. Contoh kasus; dengan Edwin staff The Aree yang ternyata aslinya orang KL, saya pun ngobrol dengannya dengan bahasa Melayu. Bang Mutholib, driver tuk tuk kita di Songkhla yang meskipun orang Thailand tulen ternyata bisa juga cakap Melayu, buk-ibuk penjual makanan baik di Kimyong Market maupun di Floating Market, bicaranya dengan kita juga menggunakan bahasa Melayu.
Begitulah kak, tak perlu jago bahasa Inggris apalagi bahasa Thailand. Modal berbicara bahasa apalagi bisa bahasa Melayu itu sudah paling oke ketika travelling ke Hatyai. Contoh kasus; dengan Edwin staff The Aree yang ternyata aslinya orang KL, saya pun ngobrol dengannya dengan bahasa Melayu. Bang Mutholib, driver tuk tuk kita di Songkhla yang meskipun orang Thailand tulen ternyata bisa juga cakap Melayu, buk-ibuk penjual makanan baik di Kimyong Market maupun di Floating Market, bicaranya dengan kita juga menggunakan bahasa Melayu.
Ketika berkunjung ke Floating
Market, Hatyai
Ke sininya bahagia, pulangnya
sengsara ≠dramamencarituktuk
|