Perjalanan ke Desa Tongging, Danau Toba
|
Danau Toba!!!....Ketenaran namanya sudah tak perlu diragukan lagi di
kalangan wisatawan lokal bahkan mancanegara. Danau tekto-vukanik terbesar di negara
kita dan terbesar di Asia Tenggara. Di tengahnya terdapat sebuah pulau bernama Pulau Samosir.
Inilah Negeri Indah Kepingan Surga, destinasi wisata alam andalan Provinsi
Sumatera Utara, Indonesia. Memiliki panjang sekitar 100 km, lebar sekitar 30 km dan kedalamannya mencapai 550 meter.Whuahh,, bisa dibayangkan kan kak betapa luasnya danau ini. Saking luasnya, secara administratif Danau Toba masuk ke dalam 7
kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba
Samosir, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Humbang Hasundutan
& Kabupaten Dairi.
Dari 7 kabupaten tersebut, banyak diantaranya dijadikan sebagai tempat wisata alam, lokasi memandang keksotisan panorama Danau Toba. Yang paling terkenal adalah Parapat. Nah, bagi kakak yang sudah pernah melihat sisi Danau Toba dari Parapat, jika suatu saat kembali lagi ke Danau Toba datanglah ke Desa Tongging. Sebuah desa yang berlokasi di bagian tepian paling utara dari Danau Toba. Panorama Danau Toba di Desa Tongging juga tak kalah mempesona.
Peta perjalanan dari Rantauprapat ke Air Terjun Sipiso-piso, Desa Tongging, Danau Toba |
Nah, dua belas hari yang lalu, kami baru saja pulang road trip dari Rantauprapat ke Desa Tongging. Jalan-jalan keluarga masih dalam suasana lebaran Idul Fitri 1437 H. Meskipun durasi
waktu perjalanannya singkat saja (hanya
2 hari), bagi saya kesan perjalanan kali ini berbeda. Saya nge-trip
nya bareng keluarga (ayah, mamak, kedua adik saya, abang, kakak ipar/kak Dina dan Beby, keponakan saya yang berumur
setahun). Sebuah kegiatan traveling yang jarang saya lakukan. "Maafkan anakmu mak, yah!". Semoga kedepannya semakin sering mengajak kalian jalan-jalan. Amin!!
Sehari
sebelum keberangkatan, saya membuat list destinasi yang akan dikunjungi. Selain ke tepian Danau Toba di Desa Tongging kita akan mampir lebih dahulu ke Air Terjun Sipiso-piso. Menurut peta google, lokasi Air Terjun Sipiso-piso ke tepian Danau Toba relatif dekat dan masih satu kawasan (Desa Tongging, Kecamatan Merek). Kemudian pada saat perjalanan pulang via Pematang Siantar, rencananya
bertandang dulu ke Kebun Teh Sidamanik, jika sempat mampir ke Kebun Binatang
Pematang Siantar. Begitulah gambaran perjalanannya!. Untuk tempat menginap semalam
menyesuaikan kondisi apakah di Desa Tongging atau di Pematang Siantar. Sebenarnya saya agak ragu jika belum memesan
penginapan secara online sebelum
keberangkatan pada saat musim liburan lebaran. Apalagi saya travelingnya sekeluarga. Namun kata ayah
tak mengapa, nanti di sana saja kita cari penginapannya. Siapakah yang menjadi driver perjalanan ini? Beliau adalah ayah. Ayahku juara nomor satu sedunia. Di usia beliau yang lebih dari setengah abad masih memiliki kemampuan mengemudi yang tak perlu diragukan lagi.
Jangan lupa memeriksa kembali packing barang
bawaan sesuai kebutuhan. Pakaian seperlunya saja (untuk satu malam & satu
hari), bekal makanan (makan pagi & cemilan) dan air mineral gelas, tikar
lipat dan sebagainya. Semuanya disusun rapi agar tidak overload di bagasi.
Rantauprapat, Sabtu 09 Juli 2016.
Pagi-pagi jam 04.00 perjalanan menuju Desa Tongging pun dimulai!!. Memilih waktu
keberangkatan sepagi ini karena menurut perkiraan ayah lama perjalanan anggaplah 7-8 jam, tengah hari kami sudah sampai di
Tongging sesuai
keinginan.
Jalur perjalanan dari Rantauprapat ke Desa Tongging, Danau Toba. Melintasi
jalan raya lintas 6 kabupaten dan satu kotamadya di Provinsi Sumatera Utara
yaitu Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Utara, Kabupaten Asahan, Kabupaten
Batubara, Kota Pematang Siantar, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo.
Selama 1.5 jam perjalanan, menyusuri Jalan Lintas Timur Sumatera
sejauh kurang lebih 68 km dari Rantauprapat, ibukota Kabupaten Labuhan Batu ke
Aek Kanopan, ibukota Kabupaten Labuhan Batu Utara. Sesaat sebelum mencapai kota
Aek Kanopan, ayah memberhentikan mobil di sebuah SPBU. Sejenak shalat subuh
dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Meskipun masih gelap, saya sudah hapal bahwa panorama yang mendominasi sepanjang jalan kabupaten kampung halaman saya ini. Apalagi kalau bukan perkebunan sawit.
Sinar mentari
pagi telah datang membuat panorama pun mulai terlihat sangat jelas. Menyusuri Jalan
Lintas Timur Sumatera sejauh kurang lebih 90 km dari Aek Kanopan, ibukota
Kabupaten Labuhan Batu Utara menuju Kisaran (tidak melewati jalan pusat kota), ibukota
Kabupaten Asahan. Lagi-lagi panorama kebun sawit dan kebun karet tak pernah
absen. Sudah 3 jam 30 menit perjalanan!
Menyusuri Jalan Lintas Timur
Sumatera, ayah bercerita tentang kenangannya di masa dulu. Kata beliau ketika
ayah masih menjadi supir truk pengangkut barang pada tahun 1980-an, hari ke
hari pasti melewati jalanan ini. “Nang, keknya habis simpang jalan ini ada
sungai kecil. Itu tempat mandi-mandi ayah dulu kalo capek….Jalan ini dulunya…..”.
Saya pun menjadi pendengar setia
cerita ayah ketika mamak, abang, kakak ipar, ponakan, dan kedua adik saya mulai
tertidur di bangku belakang.
Jalan Lintas Timur Sumatera Ada yang tahu, dimana lokasi foto di atas saya ambil? |
Berbeda dengan ayah, bagi saya Jalan
Lintas Timur Sumatera yang sedang kami lewati ini adalah jejak perjalanan yang merekam
kenangan saya ketika kembali ke Kalimantan melalui Bandara Kuala Namu atau
Bandara Polonia, Medan dulunya. Hmmm, saya sudah tak ingat berapa kali tepatnya
saya memandang perkebunan sawit sepanjang jalan ini.
Setelah 4 jam 30 menit perjalanan….Sampailah kami di kawasan Mesjid
Raya Limapuluh. Tak jauh dari mesjid ini ada persimpangan jalan. Di sinilah
akhir perjalanan kami menyusuri Jalan Lintas Timur Sumatera. Dari persimpang
jalan tersebut, beloklah ke kiri!. Inilah jalan yang akan menuntun kita menuju
Kota Pematang Siantar. Ayah bercerita mengapa ibukota Kabupaten Batubara bernama
Limapuluh (orang-orang biasa menyebutnya dengan singkatan Limpul) karena dari sini
jarak ke Pematang Siantar dan juga ke Tebing Tinggi kurang lebih 50 kilometer. Saya
tahu bahwa ayah buta peta tetapi setelah saya mengecheck-nya di google map ternyata apa yang dikatakan
ayah tidak salah. Ayah pun tancap gas
90 km/jam.
Di salah satu sudut Kota Perdagangan Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun |
Menyusuri Jalan Asahan – Pematang
Siantar sejauh 50 km, kini kami berada Kota Pematang Siantar. Yang merupakan
kota terbesar kedua setelah Medan. Dari Kota Siantar saya mulai mengandalkan aplikasi google
map untuk membantu ayah menemukan jalan. Maklumlah, ayah tak begitu
familiar dengan jalan-jalan di Siantar. Tujuan kami selanjutnya adalah
mendapatkan persimpangan jalan menuju Saribu Dolok. Tak begitu jauh memang, dari
pusat kota Siantar ke persimpangan jalan menuju Saribu Dolok hanya berjarak 5
km. Ambillah jalan sebelah kanan! Jika lurus, jalan tersebut menuju Parapat. Tak terasa kami sudah menghabiskan waktu 5 jam
30 menit di jalan. Sebuah perjalanan yang sangat panjang ya kak, demi melihat Desa
Tongging!
Di suatu tepian Jalan Saribu Dolo.. Di sinilah tempat kami menggelar tikar. Menyantap bekal makanan yang dibawa dari rumah. |
Saribu Dolok!! Jika diterjemahkan
ke dalam bahasa artinya seribu bukit. Semakin jauh meninggalkan Siantar, Jalan
Saribu Dolok yang dilalui terasa membawa kita ke dataran yang lebih tinggi.
Kontur daerah perbukitan semakin kentara. Setelah melewati Kota Raya (ibukota
Kabupaten Simalungun), kebun kopi, jeruk dan kebun kubis semakin sering
dijumpai di sepanjang Jalan Saribu Dolok. Vegetasi dataran tinggi seperti pohon pinus mulai nampak.
Potret Kabupaten Simalungun sepanjang Jalan Saribu Dolok |
Kurang lebih setelah 7 jam 30
menit perjalanan….Atau setelah menyusuri Jalan Saribu Dolok sejauh 70 kilometer, akhirnya menemukan persimpangan jalan kecil
dengan gapura bertuliskan “Selamat Datang Objek Wisata Sipiso-piso” di sisi
kiri jalan. Air Terjun Sipiso-piso hanya berjarak 3 km lagi dari gapura
ini. Dengan demikian Desa Tongging kini sudah dekat!
Selamat Datang di Objek Wisata Sipiso-piso
Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara |
No comments:
Post a Comment