![]() |
Kala itu di Songzanlin Monastery, Shangri-La |
Belum berkesempatan traveling ke Daerah Otonomi Tibet, Shangri-La menjadi list destinasi yang wajib dikunjungi ketika berada Provinsi Yunnan, China. Jika berkunjung ke Tibet terasa sulit karena kita diwajibkan untuk memiliki visa Tibet selain visa China, Shangri-La tak perlu visa tambahan. Atmosfer Tibetan memang sangat kentara di Shangri-la, suasanya berbeda jauh dengan daerah Provinsi Yunnan, China yang saya kunjungi sebelumnya (Kunming dan Lijiang).
Hari pertama di Shangri-La, menjelajah kawasan Songzanlin Monastery menjadi tujuan utama perjalanan saya. Ganden Sumtsenling Monastery atau yang lebih dikenal dengan nama Songzanlin Monastery (Tibetan: དགའ་ལྡན་སུམ་རྩེན་གླིང་, Chinese: 松赞林寺 Sōngzànlín Sì) merupakan biara Tibet terbesar di Provinsi Yunnan. Dibangun pada tahun 1679 pada ketinggian 3.380 meter di atas permukaan laut. Jika dilihat sekilas kompleks bangunan Songzanlin Monastery mirip landmark paling terkenal dari kota Lhasa, Tibet yaitu Potala Palace.
Hari pertama di Shangri-La, menjelajah kawasan Songzanlin Monastery menjadi tujuan utama perjalanan saya. Ganden Sumtsenling Monastery atau yang lebih dikenal dengan nama Songzanlin Monastery (Tibetan: དགའ་ལྡན་སུམ་རྩེན་གླིང་, Chinese: 松赞林寺 Sōngzànlín Sì) merupakan biara Tibet terbesar di Provinsi Yunnan. Dibangun pada tahun 1679 pada ketinggian 3.380 meter di atas permukaan laut. Jika dilihat sekilas kompleks bangunan Songzanlin Monastery mirip landmark paling terkenal dari kota Lhasa, Tibet yaitu Potala Palace.
Peta Lokasi Songzanlin Monastery, Shangri-La
Berbekal informasi
yang ditulis chi Shandy tentang bagaimana caranya mencapai Songzanlin Monastery dengan menggunakan
transportasi umum kota
Shangri-La. Dari kediaman chi Shandy, saya berjalan menuju halte bus Kangdiang
Rd yang berada tidak jauh di seberang gedung Shangri-La Bus Station. Dari
sini saya menaiki bus nomor 1 menuju Shangri-La Old Town. Kemudian berganti menaiki bus nomor 3, turun
di halte terakhir. Nah, gedung tempat
pembelian tiket masuk Songzalin Monastery berada di sisi kiri berdekatan
dengan halte tempat saya turun tadi.
Pemberhentian
terakhir bus kota Shangri-La nomor 3 di sini..
Berdekatan dengan gedung tempat pembelian tiket masuk Songzalin Monastery
Harga tiket
masuk ke kawasan Songzanlin Monastery
sebesar 105 yuan atau sekitar 231.000 rupiah. Ini sudah termasuk ongkos shuttle
bus dari ticket
office menuju kompleks Songzanlin
Monastery (pergi pulang).
Tiket masuk Songzanlin Monastery yang terbilang mahal
Menunggu shuttle bus menuju kompleks Songzanlin Monastery
Sampailah
saya di sebuah kompleks bangunan megah bertingkat-tingkat bearsitektur Tibet
yang sangat kentara.
Inilah Songzanlin Monastery. Sebelum menaiki puluhan anak tangga menuju
bangunan utama, saya memilih untuk berjalan-jalan terlebih dahulu menjelajah kawasan luar Songzanlin Monastery. Panorama cantik sebuah danau di pinggir jalan ketika perjalanan menuju Songzanlin Monastery tadi menarik hati saya untuk terlebih dahulu dijelajahi.
Gerbang masuk utama Songzanlin Monastery
Perkampungan masyarakat Tibet di sisi barat Songzanlin Monastery
Bukit kecil persis di depan kompleks Songzanlin Monastery
Bendera-bendera doa Tibet
Lamuyangcuo Lake
Mengelilingi tepian Danau Lamuyangcuo (Lamuyangcuo Lake). Danau kecil ini persis berada di depan kompleks bangunan Songzanlin
Monastery. Berjalanlah menyusuri jalur trek sepanjang 2,1 km yang telah
disediakan. Jika lelah di beberapa sudut danau tersedia gazebo untuk
sejenak beristirahat. Dan mata kita akan terus dimanjakan oleh pemandangan menakjubkan.
Kompleks bangunan Songzanlin Monastery terlihat sangat megah dikelilingi
perbukitan tandus dan perkampungan Tibet di sekitarnya.
Sempurna dengan langit biru cerah berawan seputih kapas di atas
sana. Di awal bulan Juni ini, bunga-bunga dataran tinggi khas
Shangri-La bermerkaran di sela-sela rumput lereng bukit.
Udara sejuk Shangri-La membuat saya betah memandang panorama dari tepian Danau Lamuyangcuo.
Menyusuri jalur pejalan kaki di tepian Danau Lamuyangcuo...
Panorama Danau Lamuyangcuo dari berbagai sudut...
Wild flowers...
Kemudian
saya berjalan melalui jembatan kayu berwarna terakota ke tengah danau. Di sini
banyak terdapat papan keterangan tentang Lamuyangcuo
Lake, tertulis tidak hanya dalam bahasa lokal
tetapi juga dalam berbagai bahasa asing termasuk bahasa Inggris sehingga sangat
membantu kita untuk lebih mengenal kawasan danau ini.
Berjalan di atas jembatan kayu Danau Lamuyangcuo...
Lamuyangcuo
Lake merupakan danau musiman yang berada di ketinggian
3.282 mdpl dimana sumber mata airnya berasal sangat
bergantung pada air permukaan di musim penghujan. Di danau ini tumbuh berbagai
macam flora khas dataran tinggi Shangri-La seperti bunga rumput gajah besar Scirpus
tabernaemontani,
tanaman air ekor kuda Hippuris
vulgaris dan bunga Batrachium bungei. Tumbuhan air ini memilki peran
penting untuk kelestarian ekosistem Lamuyangcuo Lake dalam memurnikan kualitas air dan menyediakan habitat unggas air Trachybaptus ruficolliss dan Tadorna
ferruginea.
Scirpus tabernaemontani menutupi permukaan air Danau Lamuyangcuo
Scenery of Lamuyangcuo Lake in Four Seasons. Panorama Danau Lamuyangcuo memiliki pesona keindahan yang berbeda di setiap musimnya. Saat musim semi padang rumput di lereng
perbukitan terlihat menghijau dan di tepian danau pepohonan dedalu (willows) begitu rindang. Musim panas bunga-bunga azelia,
mawar liar, pedicularis, edelweis, bunga rumput berwarna kuning Spenceria ramalana, bunga ungu Gentianana sino-ornata, dan bunga bunga matahari Bidens cernua bermekaran dengan
sangat indahnya. Ketika musim gugur warna kuning keemasan mendominasi kawasan Lamuyangcuo
Lake, pepohonan meranggas, dan padang
rumput di lereng perbukitan mengering. Dan saat musim dingin dengan dominasi
warna putih, musimnya salju turun di dataran tinggi Shangri-La. "Hahhh,,,saya jadi penasaran panorama salju menyelimuti Danau Lamuyangcuo" #kode :) .
Lanjut mendaki bukit kecil di sisi barat Danau Lamuyangcuo yang bernama Sacred Dongqusheng Hill. Saya harus berhati-hati menapaki lereng bukit karena jalurnya sedang dalam proses perbaikan.
Sacred Dongqusheng Hill
Panorama Danau Lamuyangcuo, Songzanlin Monastery
dan sekitarnya dilihat dari Sacred Dongqusheng Hill
Kembali menuruni lereng bukit Sacred Dongqusheng Hill...
Penanda arah menuju perkampungan Tibet di sisi barat laut Danau Lamuyangcuo
Conggulong Village dan Xiaojiezi
Village adalah perkampungan Tibet di sekitar Danau Lamuyangcuo.
Dulunya kedua desa ini merupakan pusat perdagangan old tea-horse dari
Yunnan menuju Tibet pada masa Dinasti Qing. Saya memang tak mampir ke desa ini, cukup melihat dari ujung jalan kemudian lanjut lagi berjalan menyusuri jalur trek utara Danau Lamuyangcuo.
Akhirnya saya kembali lagi ke titik awal ketika saya mulai mengitari Danau Lamuyangcuo. Sampai di sini lagi-lagi saya tak langsung memasuki Songzanlin Monastery. Masih penasaran dengan bukit kecil yang berada persis di depan kompleks Songzanlin Monastery. Daripada penasaran, saya lalu mendaki bukit yang dipuncaknya juga memiliki stupa Tibet.
Inilah pemandangan mempesona dari bukit kecil persis di depan kompleks Songzanlin Monastery.
Stupa Tibet
Bukit tandus hanya ada rerumputan liar
Perbukitan di sisi timur
Danau Lamuyangcuo di sisi selatan
Melihat Songzanlin Monastery di sisi utara
Perbukitan di sisi barat Danau Lamuyangcuo
Nun jauh di balik perbukitan terlihat gunung yang puncaknya
masih terlihat sisa salju

Lamuyangcuo Lake, Shangri-La, Yunnan Province, China
02 June 2015
Setelah menjelajah kawasan luar Songzanlin Monatery, barulah saya memasuki kompleks bangunan biara Tibet ini.
No comments:
Post a Comment