From The Bus Window, Lijiang
– Shangri-La
|
Senin, 01 Juni 2015. Satu jam menjelang
jam 5 sore, saya sudah berada di dalam ruang tunggu keberangkatan Stasiun Bus
Lijiang. Kursi-kursi kebanyakan masih terlihat kosong, tak terlihat penumpukan penumpang. Yaaa,, sore ini saya akan berangkat menuju
Shangri-La.
Secara administratif kota Shangri-La (香各里拉/xiānggēlǐlā) dulunya sebelum tahun 2001 bernama Zhongdian (中甸/zhōngdiàn). Inilah negeri yang menurut para penjelajah memiliki keindahan tersembunyi di dataran tinggi jauh di barat laut Negeri Tirai Bambu.
Jangan berharap pengumuman keberangkatan bus yang akan kita naiki akan
diumumkan dalam bahasa Inggris ya kak!! Ketika gate nomor 4 yang di atasnya
terdapat tulisan 香格里拉(中甸) dibuka menjelang pukul 5 sore inilah pertanda bahwa bus
menuju Shangri-La akan diberangkatkan. Saya pun memastikan kepada petugas
apakah benar bus yang saya naiki adalah menuju Shangri-La. “Gak lucu kan kalau saya salah naik bus! “. Lalu menerka-nerka
bahwa tempat duduk saya yang tertera di tiket adalah nomor 4. Saya pun duduk tepat di belakang kursi si
bapak supir.
![]() |
Alone in Lijiang New Bus Station ~ Lost in Translation |
Kini saya berada di sebuah bus
lintas daerah Provinsi Yunnan, di antara penumpang yang tentu saja saya tak
mengerti bahasanya. Dan lagi…..hanya bisa menggunakan bahasa isyarat dan senyum
kepada teman sebangku. Kemudian terpaku dalam diam. Terkadang mencoba
mengartikan sendiri apa yang sedang dibicarakan orang-orang di sekitar
saya.
Melempar
pandang jauh menembus jendela kaca bus. Bus berjalan mulus menyusuri jalan
bebas hambatan yang berdiri kokoh di antara lereng perbukitan, berkali-kali melewati
terowongan berkilo-kilo meter menembus perbukitan. Melihat kondisi jalan antar
daerah di Provinsi Yunnan China seperti ini membuat saya berdecak kagum. Berlatar suguhan panorama alam yang sangat indah membuat saya benar-benar terhanyut
dalam pandangan ke luar jendela bus.
Dan
inilah potret panorama Provinsi Yunnan di sepanjang perjalanan menaiki
bus dari Lijiang menuju Shangri-La.
Setelah 40 menit perjalanan....
Menyusuri jalanan di tepian Sungai Yangtze.
Setelah 1.5 jam perjalanan....
Selama 10 kurang lebih 10 menit bus yang saya tumpangi berhenti di sebuah rest area. Tersedia toilet atau kedai kecil yang menjual minuman dan makanan ringan.
Yang paling saya suka dari lokasi rest area ini adalah suguhan keindahan alam di sekitarnya. Tepat di seberang jalan dan aliran sungai berdiri kokoh pegunungan yang puncaknya bersalju, sayang pergerakan awan menjelang sore menutupi pemandangan puncak gunung tersebut. Hmmmm,,,memandangnya membuat saya teringat sebuah toilet di Gulmarg, Kashmir yang juga memilki pemandangan tak kalah mempesona berlatar pegunungan bersalju, tag mbak Zulfa (http://www.emakmbolang.com/) :).
Melanjutkan perjalanan menuju Shangri-La....
2 jam kemudian....Pergerakan bus mulai melambat ketika melalui persimpangan jalan di sebuah perkampungan. Yaaa, setelah membaca sebuah plang petunjuk arah, rupanya saya kini berada di desa terdekat menuju Tiger Leaping Gorge yang terkenal itu. Nahh,,jika kakak traveler berencana mengunjungi destinasi ini biasanya bus langsung berangkat setiap pukul 8.30 dan 09.00 pagi dari Lijiang menuju Tiger Leaping George.
......Entah berapa lama saya tertidur, terdengar bunyi hujan turun di sepanjang perjalanan. Saya pun melihat ke luar jendela, samar-samar dalam kegelapan menjelang malam saya pun memandang padang rumput berbunga nan luas khas dataran tinggi di luar sana. Kemudian melewati pekampungan kecil dimana bentuk bangunannya terlihat sangat berbeda dengan yang saya lihat ketika di Lijiang. Hahhhh,,,mungkin sebentar lagi saya akan tiba di Shangri-La.
Cerita berlanjut....

Jarak dari Lijiang ke Shangri-La sekitar 174 km, membutuhkan waktu 4 jam perjalanan dengan bus
No comments:
Post a Comment