[Warning] Trekking Gunung Ijen di Saat Musim Hujan
Kondisi medan dari Pos Bundar menuju Puncak Ijen ternyata jauh lebih ekstrim dibanding
jalur yang telah kami lalui tadi. Baru
beberapa puluh meter berjalan, Olif teman kami tumbang. Dalam kondisi begini
tidak mungkin kami meninggalkan teman kami ini. Padahal sedikit lagi kami akan
sampai ke puncak Ijen. Faiz, bapak guide, dan
dibantu 2 orang bapak penambang yang baik hati, menandu Olif turun
kembali ke Pos Bundar.
Yang tersisa, melanjutkan ke Puncak Ijen. Kabut tebal saat itu menyelimuti Puncak Ijen. Disambut bau menyengat belerang dari dalam kawah. Karena saat itu sudah hampir pagi, jadi tidak mungkin lagi melihat blue fire. Kami malah mencari lokasi yang cukup nyaman buat kami memejamkan mata. Sejenak melelapkan diri akibat kelelahan dan rasa kantuk yang luar biasa. Tidur di Puncak Gunung Ijen!!.
Bersambung…ke Drama Gunung Ijen #Part3
“Jarak
dari Pos Paltuding (1.835 mdpl) ke Puncak Gunung
Ijen (2.443 mdpl) dan Kawah Ijen adalah sekitar 3 km. Perkiraan lama
trekking dari pos awal hingga menuju dasar kawah sekitar satu setengah jam”.
Lewat tengah
malam, gerimis mengguyur Paltuding bukannya reda malah semakin awet. Padahal bila ingin
melihat blue fire di Kawah Ijen, sekaranglah waktunya
untuk memulai pendakian. Menurut
si bapak guide sih aman-aman saja meskipun saat itu
sedang gerimis. Harus
yakin bahwa kondisi fisik dan stamina kita baik dan kuat. Karena trekking saat hujan dan angin di Ijen sesungguhnya beresiko.
Belum lagi jangkaun penglihatan kita terhadap kondisi medan di malam hari
sangat terbatas. Menuntut kita harus
berhati-hati setiap melangkahkan
jengkal kaki.
Kami kembali memastikan persiapan
perlengkapan. Memakai jas hujan. Membawa lampu penerangan (senter). Membawa barang bawaan seperlunya (makanan,minuman,masker,obat-obatan dll).
Sebelum trekking,
petugas setempat memberikan arahan sedikit kepada kami. Salah satunya, pendaki
yang punya penyakit asma, jantung dan darah tinggi dilarang untuk mendaki untuk
alasan keamanan.
Pendakian menuju Puncak Gunung Ijen pun
dimulai...
Beberapa ratus meter dari pintu gerbang pendakian, kami berpapasan dengan
beberapa kelompok pendaki yang turun. Juga beberapa kelompok lain yang juga sedang mendaki saat itu. Kontras
berbeda dengan kondisi jalanan yang kami lalui dari Licin ke Paltuding tadi.
Jalur trekking dari Paltuding menuju Puncak Gunung
Ijen bisa terbilang ramai meskipun saat itu musim hujan.
Si Bapak guide mengatakan jika diantara kami ada yang
merasa capek, jangan dipaksa, berhenti istirahat saja dulu. Apalagi sejak dari
berpanas-panasan dari Baluran tadi siang kami belum memiliki waktu istirahat
yang berkualitas. Bisa dibayangkan betapa hectic nya kami saat itu. Lelah dan
ngantuk sudah tentu. Beberapa kali kami harus duduk sejenak di pinggiran jalan
sekedar meluruskan kaki, mengumpulkan tambahan energi dulu, kemudian lanjut
mendaki lagi.
Mendaki…berhenti..lanjut
mendaki…kemudian beristirahat sebentar..lanjut mendaki lagi. Dan ketahanan
fisik setiap orang tidaklah sama, kami pun menunggu jika di antara kami ada
yang merasa kelelalahan.
Memasuki kilometer
kedua, medan semakin terjal, menyempit dan menanjak. Di sini , beberapa orang
dari kami mulai kehabisan energi. Kondisinya semakin drop akibat berangin dan
hujan rintik-rintik yang tak kunjung reda.
Sampailah kami di shelter pertama yaitu Pos Bundar (2.214 mdpl).
Di sini terdapat sebuah pondok, warung sekaligus tempat beristirahat para
penambang dan pendaki di Ijen. Kamipun beristirahat. Sekali lagi meskipun kondisi musim
hujan, minat pendaki Ijen cukup tinggi. Terlihat dengan ramainya Pos Bundar yang berukuran tak seberapa
ini , penuh sesak oleh para pendaki yang beristirahat.
Entah sudah berapa
lama kami beritirahat sembari menunggu kondisi teman yang kondisinya drop,
pulih kembali. Kita pun melanjutkan pendakian.
Yang tersisa, melanjutkan ke Puncak Ijen. Kabut tebal saat itu menyelimuti Puncak Ijen. Disambut bau menyengat belerang dari dalam kawah. Karena saat itu sudah hampir pagi, jadi tidak mungkin lagi melihat blue fire. Kami malah mencari lokasi yang cukup nyaman buat kami memejamkan mata. Sejenak melelapkan diri akibat kelelahan dan rasa kantuk yang luar biasa. Tidur di Puncak Gunung Ijen!!.
Wajah-Wajah Lelah...
Setelah
berpanas-panasan di TN Baluran di siang harinya berlanjut menghadapi ekstrimnya
cuaca Gunung Ijen saat musim hujan di malam harinya. Dan tanpa memiliki waktu
tidur/istirahat yang cukup. Sungguh
sangat tidak direkomendasikan kakak. Seharusnya kami benar-benar menyiapakan
fisik dan stamina yang prima sebelum trekking.
Bersambung…ke Drama Gunung Ijen #Part3
No comments:
Post a Comment