Thursday, 2 April 2015

Drama Gunung Ijen #Part2

[Warning] Trekking Gunung Ijen di Saat Musim Hujan

“Jarak dari Pos Paltuding (1.835 mdpl) ke Puncak Gunung Ijen (2.443 mdpl) dan Kawah Ijen adalah sekitar 3 km. Perkiraan lama trekking dari pos awal hingga menuju dasar kawah sekitar satu setengah jam”.


Lewat tengah malam, gerimis mengguyur Paltuding bukannya reda malah semakin awet. Padahal bila ingin melihat blue fire di Kawah Ijen, sekaranglah waktunya untuk memulai pendakian. Menurut si bapak guide sih aman-aman saja meskipun saat itu sedang gerimis.  Harus yakin bahwa kondisi fisik dan stamina kita baik dan kuat. Karena trekking saat hujan dan angin  di Ijen sesungguhnya beresiko. Belum lagi jangkaun penglihatan kita terhadap kondisi medan di malam hari sangat terbatas. Menuntut kita harus berhati-hati setiap melangkahkan jengkal kaki.  
 
Kami kembali memastikan persiapan perlengkapan. Memakai jas hujanMembawa lampu penerangan (senter). Membawa barang bawaan seperlunya (makanan,minuman,masker,obat-obatan dll). 

Sebelum trekking, petugas setempat memberikan arahan sedikit kepada kami. Salah satunya, pendaki yang punya penyakit asma, jantung dan darah tinggi dilarang untuk mendaki untuk alasan keamanan. 

Pendakian menuju Puncak Gunung Ijen pun dimulai...

Beberapa ratus meter dari pintu gerbang pendakian, kami berpapasan dengan beberapa kelompok pendaki yang turun. Juga beberapa kelompok lain yang juga sedang mendaki saat itu. Kontras berbeda dengan kondisi jalanan yang kami lalui dari Licin ke Paltuding tadi. Jalur trekking dari Paltuding menuju Puncak Gunung Ijen bisa terbilang ramai meskipun saat itu musim hujan.

Si Bapak guide mengatakan jika diantara kami ada yang merasa capek, jangan dipaksa, berhenti istirahat saja dulu. Apalagi sejak dari berpanas-panasan dari Baluran tadi siang kami belum memiliki waktu istirahat yang berkualitas. Bisa dibayangkan betapa hectic nya kami saat itu. Lelah dan ngantuk sudah tentu. Beberapa kali kami harus duduk sejenak di pinggiran jalan sekedar meluruskan kaki, mengumpulkan tambahan energi dulu, kemudian lanjut mendaki lagi. 

Mendaki…berhenti..lanjut mendaki…kemudian beristirahat sebentar..lanjut mendaki lagi. Dan ketahanan fisik setiap orang tidaklah sama, kami pun menunggu jika di antara kami ada yang merasa kelelalahan.

Memasuki kilometer kedua, medan semakin terjal, menyempit dan menanjak. Di sini , beberapa orang dari kami mulai kehabisan energi. Kondisinya semakin drop akibat berangin dan hujan rintik-rintik yang tak kunjung reda.

Sampailah kami di shelter pertama yaitu Pos Bundar (2.214 mdpl). Di sini terdapat sebuah pondok, warung sekaligus tempat beristirahat para penambang dan pendaki di Ijen. Kamipun beristirahat. Sekali lagi meskipun kondisi musim hujan, minat pendaki Ijen cukup tinggi. Terlihat dengan ramainya Pos Bundar yang berukuran tak seberapa ini , penuh sesak oleh para pendaki yang beristirahat.

Entah sudah berapa lama kami beritirahat sembari menunggu kondisi teman yang kondisinya drop, pulih kembali. Kita pun melanjutkan pendakian. 

Kondisi medan dari Pos Bundar menuju Puncak Ijen ternyata jauh lebih ekstrim dibanding jalur yang telah kami lalui tadi. Baru beberapa puluh meter berjalan, Olif teman kami tumbang. Dalam kondisi begini tidak mungkin kami meninggalkan teman kami ini. Padahal sedikit lagi kami akan sampai ke puncak Ijen. Faiz, bapak guide, dan dibantu 2 orang bapak penambang yang baik hati, menandu Olif  turun kembali ke Pos Bundar.

Yang tersisa, melanjutkan ke Puncak Ijen. Kabut tebal saat itu menyelimuti Puncak Ijen. Disambut bau menyengat belerang dari dalam kawah. Karena saat itu sudah hampir pagi, jadi tidak mungkin lagi melihat blue fire. Kami malah mencari lokasi yang cukup nyaman buat kami memejamkan mata. Sejenak melelapkan diri akibat kelelahan dan rasa kantuk yang luar biasa. Tidur di Puncak Gunung Ijen!!.

 Wajah-Wajah Lelah...

Setelah berpanas-panasan di TN Baluran di siang harinya berlanjut menghadapi ekstrimnya cuaca Gunung Ijen saat musim hujan di malam harinya. Dan tanpa memiliki waktu tidur/istirahat yang cukup. Sungguh sangat tidak direkomendasikan kakak. Seharusnya kami benar-benar menyiapakan fisik dan stamina yang prima sebelum trekking.

Bersambung…ke Drama Gunung Ijen #Part3

No comments:

Post a Comment