Domisili saya itu nomaden. Dua bulan hidup di
hutan Kalimantan Utara, dua minggu kelayapan. Sekian hari di Jakarta sekian
hari di kampung halaman, sisanya dimana saja asal hati senang :). Setiap 2
bulan mendadak jadi manusia bandara. Meskipun
hanya transit pergi dan pulang tetapi bagi saya bandara punya banyak cerita. Bandara menjadi tempat dadakan bertemu kawan lama yang lama tak bersua entah itu kawan dari jaman
sekolah hingga jaman kuliah. “Tinggal bertemu sama jodoh di bandara saja yang
belum!”. “Hyaaa, kok tiba-tiba curcol ya kak!”.
Di
postingan ini saya mau cerita tentang pertemuan tak disangka-sangka dengan Lila, konco lawas SMA yang kini bermukim di Pekanbaru. Meskipun sudah beberapa kali saya pulang ke kampung halaman via Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru namun baru pada cuti (02/02/2017) yang lalu,
tiba-tiba saja kepikiran untuk mengontak Lila sesaat sebelum terbang. Gayung bersambut, dia pun mengiyakan untuk berjumpa bahkan menjemput
saya di bandara.
Bertemu Lila di Pekanbaru |
Tak hanya sekedar pertemuan kangen-kangenan tetapi
saya malah diajak traveling dadakan
sehari ke Siak, bertandang ke Istana Siak Sri Inderapura yang tersohor itu. Kapan lagi dibonceng Lila naik sepeda motor dari Pekanbaru ke Siak Sri Indrapura yang jauhnya seratus kilometer. “Naik motor sejauh
itu, balapan pula, Lila kamu memang canggih!”. Tentunya, sepanjang jalan kita
ngobrol apa saja mulai dari masa lalu, masa kini hingga masa depan. Bila tak bertemu
Lila, tak mungkin rasanya saya traveling ke
Siak sedangkan ke Pekanbaru saja selama ini saya hanya numpang lewat saja.
Ngomong-ngomong, ketika jaman kuliah dulu paling tidak setahun sekali saya lewat Pekanbaru. Begitupun beberapa tahun terakhir, entah sudah beberapa kali saya numpang lewat Pekanbaru. Sayangnya di banyak kesempatan itu saya hanya sekedar numpang lewat Kota Madani, belum pernah sekalipun menjelajahnya.
Kota Madani adalah julukan Kota Pekanbaru. Sebelumnya kota ini dijuluki Kota Bertuah.
Kota Madani adalah julukan Kota Pekanbaru. Sebelumnya kota ini dijuluki Kota Bertuah.
Cerita ini berawal di Terminal
1 B Bandara Soekarno Hatta, masih pagi buta saya sudah berada di sini.
Menunggu waktunya boarding si burung besi Lion yang akan menerbangkan saya ke Pekanbaru. Selanjutnya
lewat jalan darat, pulang kampung (pulkam) ke Rantauprapat. Yay, selama 2 minggu kurang sehari
kedepan saya cuti. Namun beberapa hari sebelum cuti mendadak saya harus
berada di
Padang tanggal 4 Februari 2017. Rute
perjalanan berubah, yang tadinya langsung naik bus begitu
sampai Pekanbaru, terpaksa saya harus ke Padang dulu barulah pulkam. Saya punya 2 pilihan; stay semalam di Pekanbaru baru besoknya
ke Padang atau begitu mendarat saya langsung cari mobil travel ke Padang.
Penerbangan kali ini membuat saya teringat Lila yang kini berdomisili di Pekanbaru. Spontan saya mengontaknya melalui pesan fb, menanyakan nomor kontaknya. Terakhir ketemu November 2011. Hahh, sudah lama sekali. Sekedar bertanya apa kabarnya sekarang. Waktunya take off ....Satu jam 45 menit di udara, saya lebih banyak tidur. Apalagi 2 kursi sebarisan kosong, bebaslah saya selonjoran kaki. Alhamdulillah, pesawat pun mendarat mulus di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Tak perlu menunggu bagasi karena saya hanya membawa ransel dan tas selempang. Begitulah style saya kalau pulkam, bawaannya super santai. Saya tak langsung keluar ruang tunggu bagasi. Duduk sejenak melihat pesan fb, Lila membalas. Saya pun lalu mengirim pesan wa. Singkatnya inilah transkrip percakapan kami;
Penerbangan kali ini membuat saya teringat Lila yang kini berdomisili di Pekanbaru. Spontan saya mengontaknya melalui pesan fb, menanyakan nomor kontaknya. Terakhir ketemu November 2011. Hahh, sudah lama sekali. Sekedar bertanya apa kabarnya sekarang. Waktunya take off ....Satu jam 45 menit di udara, saya lebih banyak tidur. Apalagi 2 kursi sebarisan kosong, bebaslah saya selonjoran kaki. Alhamdulillah, pesawat pun mendarat mulus di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Tak perlu menunggu bagasi karena saya hanya membawa ransel dan tas selempang. Begitulah style saya kalau pulkam, bawaannya super santai. Saya tak langsung keluar ruang tunggu bagasi. Duduk sejenak melihat pesan fb, Lila membalas. Saya pun lalu mengirim pesan wa. Singkatnya inilah transkrip percakapan kami;
Saya : “Lila nih Rani. Kamu di Pekanbaru yak?”
Lila : “Iya yank…dimana dirimu?”
Saya : “Aku lagi di
Pekanbaru loh Lak. Hehehe”
Lila :“Dimana? Ketemuan yuk”
Lila menelpon, tau-taunya langsung mengajak saya jalan. “Ke Istana Siak kita Ran!” katanya singkat. Tanpa bertanya balik di Siak
ada apa saja, saya dengan semangat menjawab ayooo. Lila bukan
pekerja kantoran pada umumnya, kawan saya yang seorang penyuluh pertanian ini lebih banyak bekerja di lapangan. Kebetulan hari ini katanya
dia sedang off berkantor. Huahh,,memang rejeki saya datang ke Pekanbaru
ketika dia sedang tak sibuk. Dan Lila mengerti sekali maksud hati saya
yang tiba-tiba mengontaknya. Modus dalam hati, minta ditemani
jalan-jalan keliling Pekanbaru terbaca :). “Tunggu lah di
bandara ya, bentar lagi aku datang“ katanya menutup telponnya.
Selagi menunggu Lila. Saya penasaran mengapa saya diajak ke Istana
Siak. Sering dengar namanya tapi
saya tak tahu lokasi istana itu tepatnya berada dimana?. Cari info di google ; sesuai namanya, istana peninggalan Kesultanan Siak Sri Indrapura ini berlokasi di ibukota Kabupaten Siak. Lumayan jauh dari Pekanbaru dan kita naik sepeda motor kesana.
Baiklah, teringat kemampuan naik motor Lila tak diragukan lagi. Waktu SMA dulu, kawan sebangku saya ini ke sekolah sudah terbiasa mengendarai sepeda motor dari rumahnya yang lumayan jauh dari tempat kami sekolah. Melaju naik motor dengan kecepatan tinggi, dia ahlinya. Ketika pulang sekolah, saya sering nebeng naik motornya.
Baiklah, teringat kemampuan naik motor Lila tak diragukan lagi. Waktu SMA dulu, kawan sebangku saya ini ke sekolah sudah terbiasa mengendarai sepeda motor dari rumahnya yang lumayan jauh dari tempat kami sekolah. Melaju naik motor dengan kecepatan tinggi, dia ahlinya. Ketika pulang sekolah, saya sering nebeng naik motornya.
Kini setelah hampir 6 tahun, kita berjumpa
lagi. Bahagianya bukan main. Tak banyak berubah dari Lila.
Suka bercerita dan tetap seramai dulu. Dan masih imut-imut. Tak tau lah pendapat dia tentang
saya dalam hatinya. Pertanyaan pertama yang muncul tak jauh-jauh dari mengapa saat
kita jumpa kini status masih single..Hehehe..Oh iya,,anyway
ketika cerita ini saya tulis, 2 bulan
kemudian sejak pertemuan kami, Lila menikah. Seperti yang kamu katakan “Jodoh
itu siapa yang sangka” . Siapa sangka setelah pertemuan kita, galau – galauan tentang jodoh, eh tak lama kemudian kamunya dapat jodoh. “Selamat ya Lak!” Ehhh,, kok malah curcol lagi :)
Dari bandara, Lila mengajak saya ke rumah saudaranya yang sudah seperti orang tuanya di
Pekanbaru. Biar tak repot dan
keberatan barang bawaan, saya menitipkan tas ransel. Kita pun langsung go tancap gas ke Siak.
Destinasi apa saja yang Lila
tunjukkan kepada saya, sepanjang jalan dari Pekanbaru hingga ke ibukota Kabupaten Siak? Selanjutnya....Sepanjang Jalan dari Pekanbaru ke Siak Sri Indrapura
Jalan - Jalan ke Siak bersama Lila |
No comments:
Post a Comment