Sungai
Mandau, Siak (Jum’at, 03/02/2017)…..Pagi ini saya harus kembali ke Pekanbaru karena nanti siang saya akan
melanjutkan perjalanan ke Padang.
Masih pukul 6 pagi, Lila membonceng saya, melaju di jalanan ketika
hari belumlah terang dan jalan pun masih mengandalkan pelita dari lampu sepeda
motor. Dinginnya udara pagi berbau gambut sepertinya
menjadi ciri khas pagi di jalanan Siak. Waktu bergulir, perlahan cahaya mentari perlahan
menelan warna hitam bumi Siak. Namun, cahayanya yang putih buram tetap saja
membatasi jarak pandang di depan. Sepanjang jalan yang kami lewati ini masih
sama dengan kemarin. Awalnya menyusuri jalan membelah ladang sawit kini jalan membelah hutan akasia.
Bila kemaren cerah ceria. Kali ini suasananya berbeda. Sepanjang jalan berkabut bak potret alam
yang dramatis. Kata Lila, pagi berkabut seperti ini sudah biasa. Biasa bagi Lila, sementara bagi saya panorama Siak
seperti ini adalah pertama kalinya bagi saya. Bentang alam Kabupaten Siak sebagian besar adalah dataran rendah
dalam bentuk rawa -rawa atau tanah basah. Kala siang udaranya begitu terik dan gerah, kala malam udaranya dingin. Udara
lembab bersinggungan dengan permukaan gambut yang menyimpan panas, timbul lah pemecahan
suhu dekat permukaan tanah. Pantas
saja sering berkabut di Siak.
Sekilas saya melihat sebuah plang bertuliskan
daerah rawan kebakaran. Saya pun teringat bencana kabut asap yang menerpa di
Pulau Sumatera bagian timur beberapa tahun terakhir. Banyaknya titik panas lahan
gambut di Kabupaten Siak memang sangat berpotensi mengakibatkan kebakaran
lahan dan akhirnya membuat kabut asap. Ketika musim
penghujan, pagi berkabut di Siak, udaranya begitu segar. Tetapi tidak ketika
musim kemarau, kabut asap jadi ancaman yang menyesakkan nafas.
Ke sini pada waktu bukan musim kemarau, jangan
lewatkan melihat panorama pagi berkabut membelah hutan pinus di sepanjang jalan
menuju Perawang, Siak. MashaAllah, berasa sedang syuting film bergenre
petualangan.
Siak on a misty morning
“Dear Lila, terimakasih banyak ya & sampaikan
salam ku buat keluargamu di Sungai Mandau ya Lak. Terimakasih sudah memberikan saya kamar
menginap, memberi saya makan malam menu rumahan khas Siak :). Dan pagi ini,
kamu masih mau saya repotkan lagi untuk mengantar saya ke Pekanbaru. Di sini, membuat
saya bernostalgia ke masa kecil. Mandi pagi tanpa pelita lampu listik PLN di
rumah saya pernah merasakannya 20 tahun
yang lalu. Hehe. Semoga kampung - kampung di sini yang belum punya PLN
segera dialiri listrik ya Lak!”
Selanjutnya...Potret Masjid Agung An Nur, Pekanbaru
Selanjutnya...Potret Masjid Agung An Nur, Pekanbaru
No comments:
Post a Comment