Tuesday 10 January 2017

Terpana Pacitan...part 1

Pacitan, 16 September 2016
Saya bukanlah pejalan penggila pantai. Namun, ketika menyebut nama Pacitan, saya tak akan menolak bila jalan-jalan ke sana lagi. Pacitan adalah salah satu dari sekian destinasi wisata alam pantai yang harus saya harus akui bahwa bahwa keindahan pantai – pantainya, amboiii buat saya terpana. Banyak pantai - pantai tersembunyi Pacitan yang masih sepi, alami dan memiliki keunikan tersendiri. Mau bersantai ria di pantai tropis yang serasa milik pribadi, Pacitan tempatnya.

Pacitan merupakan salah satu kabupaten pesisir selatan Provinsi Jawa Timur. Berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, birunya air laut Pacitan memiliki ombak besar khas pantai selatan. Dikelilingi oleh hijaunya perbukitan dan pegunungan. Bukit – bukit karst Pacitan dengan seribu goa, salah satu yang terkenal keindahannya yakni Goa Gong. Di lereng bukit mengalir sungai - sungai jernih yang masih alami. Panorama kelokan teluk dan tanjung di sepanjang garis pesisir menjadi pesona topografi pantai Pacitan. MashaAllah, membayangkannya membuat saya ingin ke kampung halaman Bapak SBY lagi.

Bagaimana caranya menjangkau Pacitan dengan transportasi umum? Pacitan bisa dijangkau dengan bus dari Kota Surabaya (270 km) atau yang lebih dekat dari Kota Yogyakarta (114 km). 

Nah, pengalaman saya ke Pacitan berangkat dari Kota Malang. Lanjutan cerita sebelumnya, begini rute yang saya tempuh. Check out dari Butik Capsule Hostel, saya menyebrang jalan, naik angkot biru tua kode GA ke Terminal Arjosari (ongkos 4.000 IDR). Di Terminal Arjosari, naik bus Menggala AC tujuan akhir Terminal Bungurasih Surabaya (keberangkatan pukul 16.30 WIB, ongkos 25.000 IDR, lama perjalanan ± 2,5 jam).  Dari Terminal Bungurasih, lanjut naik bus PO Aneka Jaya ke Terminal Bus Pacitan (keberangkatan pukul 22.40 WIB, ongkos 40.000 IDR, lama perjalanan ±7 jam). Berangkat sore hari dari Malang, sampai di Pacitan pada waktu subuh keesokan harinya. Sebuah perjalanan naik bus yang memang melelahkan, membosankan karena saya harus menunggu lama bus ke Pacitan di Terminal Bungurasih. Namun, rasa lelah itu tak ada artinya ketika menjelajah Pacitan.

Untuk akomodasi, selama 3 hari 2 malam saya menginap di Penginapan Warna-Warni. Tak mau repot cari-cari penginapan on the spot, saya memesan sebuah kamar penginapan melalui aplikasi traveloka sebelum berangkat ke Pacitan. Penginapan Warna-Warni per malamnya 135 rb-an rupiah. Lokasinya sangat dekat dengan Pantai Teleng Ria, tinggal jalan kaki 150 meter. Pengelola nya baik hati pula, mau mengijinkan saya check in lebih awal. Lumayan oke punya kak menurut saya. Belakangan saya baru tahu ternyata ada banyak sekali penginapan jenis guest house di bilangan Jalan Teleng Ria I & II, Pacitan. Nah, jika ingin mencari penginapan on the spot di Pacitan yang murah & dekat Pantai Teleng Ria, langsung saja ke sana ya! 

Karena hampir semua wisata pantai Pacitan tidak dilalui jalur angkutan umum (mikrolet), jadi untuk transportasi saya menyewa ojek pada hari kedua & ketiga. Menjangkau wisata pantai Pacitan dari ujung barat ke ujung timur. Hari pertama, kegiatan saya sangat santai, hanya berjalan-jalan menyusuri pesisir pantai dekat penginapan. Adalah mas Azis, berkenalanan dengannya ketika saya sampai di Terminal Pacitan. Dia yang mengantar saya menjelajah Pacitan. 

Kemana saja saya selama di Pacitan? Berikut list nya. Kenangan mengunjungi Pacitan benar-benar telah membut saya Terpana Pacitan. 

Pantai Teleng Ria
Pantai Teleng Ria, Pacitan
Pantai terdekat dari pusat kota Pacitan, hanya 4 km saja dari Terminal Bus Pacitan. Setelah melewati lapangan rumput hijau yang luas, sampailah di Pantai Teleng Ria. Relief pantai relatif landai memiliki panjang garis pantai mencapai 3 km. Memandang kiri kanan, terdapat perbukitan dengan pola huruf U mengelilingi pantai. Inilah Teluk Pacitan, alasan mengapa ombak di pantai Teleng Ria tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan pantai-pantai Pacitan lainnya. Meskipun demikian ada larangan bahwa kita tak boleh berenang. Jadilah kegiatan saya ketika berkunjung ke sini hanya berjalan santai menyusuri garis pantai. Menapaki endapan pasir besi berwarna hitam, duduk di hamparan bunga pantai. Suasananya yang tenang berlatar suara debur ombak, membuat saya suka berlama-lama di sini. Mungkin karena bukan hari libur jadi sepi.


Ke sini pada saat sangat pagi dan konter tiket belum buka, saya masuk ke kawasan Pantai Teleng Ria tak bayar. Infonya (2016), tiket masuk Pantai Teleng Ria adalah 10.000 IDR, biaya parkir mobil 5.000 IDR dan parkir sepedar motor 3.000 IDR. Bagi masyarakat lokal, Pantai Teleng Ria sangat populer sebagai objek wisata pantai keluarga. Inilah pantai di Pacitan yang telah dikelola turistik. Ada resort dengan fasilitas penunjang seperti gazebo (tempat memandang) langsung ke arah laut, tempat parkir yang luas warung-warung kuliner yang menjual berbagai olahan seafood khas Pacitan, area perkemahan hingga wahana permainan air.  

Pantai Pancer Door 
Pantai Pancer Door, Pacitan
Sore-sore saya berjalan lah ke sisi timur Pantai Teleng Ria yakni Pantai Pancer Door. Letaknya persis di kaki tebing bukit, masih dalam kawasan Teluk Pacitan. Namanya yang kebarat-baratan menggambarkan pantai ini begitu mendunia. Dan benar, ketika berada di sini, saya melihat beberapa orang wisatawan asing sedang asyik berselancar. Pantai Pancer Door memang terkenal sebagai salah satu tempat berselancar favorit di Pacitan. Selain itu, sungai di bawah tebing ternyata menjadi spot memancing yang kaya ikan air tawar. Satu garis pantai dengan Pantai Teleng Ria menjadi trek jogging alami yang difavoritkan  masyarakat lokal. Tiket masuk Pantai Pancer Door adalah 3.500 IDR. 


Tak jauh dari Pantai Pancer Door, ada Museum Geopark Gunung Sewu Pacitan. Sayang, saya tak bisa masuk ke dalam karena sudah kesorean.

Pada hari kedua di Pacitan, ojek mas Azis mengantarkan saya menengok pantai-pantai di bagian barat Kota Pacitan. Namun, sebelumnya saya diantar mengunjungi Goa Gong terlebih dahulu. 

Goa Gong
Lokasinya lumayan jauh, 22 km di kawasan pegunungan arah barat laut Kota Pacitan atau butuh waktu 40 menit berkendara dari Teleng Ria. Meskipun mendaki dan memiliki banyak tikungan, kondisinya jalan raya ke Goa Gong terbilang bagus dan mulus.

Datang kepagian, konter tiket Goa Gong belum buka. Informasinya tiket masuk sebesar 5.000 IDR. Mas Azis lalu menunjukkan pintu masuk. Harus melewati jembatan beton dari kawasan parkir ke bukit kapur, Goa Gong. Meskipun masih pagi, dan saya tak belum beli tiket, saya diperkenankan masuk. Mungkin karena petugasnya kenal mas Azis. Jadilah saya pengunjung pertama ke Goa Gong. Jangan lupa bawa senter! Jika tak membawa, jangan khawatir ada masyarakat yang menyewakannya. Sebelum masuk ke goa, perhatikan SOP terutama larangan yang tak boleh dilakukan di dalam Goa Gong. Karena ruang terbatas, lama maksimum kunjungan di dalam gua adalah 20 menit. Baiklah, saya pun mulai melangkah masuk ke goa.

 

Banyak sekali literatur yang menyebutkan Goa Gong Pacitan memegang predikat sebagai wisata goa terindah se-Asia Tenggara. Dan saya setuju. kita akan dibuat terpesona oleh keindahan bentuk stalaktit dan stalagmit yang dapat kita temui tatkala menyusuri jalur trek Goa Gong. Sayangnya cahaya remang-remang goa membuat saya kesulitan mengambil gambar apalagi trek tangga yang lumayan licin karena tetesan air dari langit-langit goa. Harus hati-hati. 

Goa Gong, Pacitan
Katanya goa ini dinamakan sebagai Goa Gong karena masyarakat kerap mendengar adanya suara gema tabuhan seperti suara gong yang berasal dari dalam goa. Gong adalah salah satu alat tabuh dalam kesenian gamelan Jawa. Suara seperti gong dari dalam goa ini adalah hasil dari pantulan tetesan air alam goa yang menimpa batuan stalaktit atau stalagmit goa tersebut. Berkunjung ke Goa Gong saya jadi teringat Manjangul Cave di Pulau Jeju, Korea yang pernah saya kunjungin. Tentu saja Goa Gong itu tak kalah cantiknya. "Hahhh, mengapa baru sekarang aku mengunjungimu, Goa Gong".

Stalaktit adalah sejenis mineral sekunder (speleothem) yang menggantung di langit-langit gua kapur. Sedangkan stalakmit adalah batuan yang terbentuk di lantai gua, hasil dari tetesan air di langit-langit gua di atasnya, letaknya ada dibawah lantai gua.

Bersambung ke Terpana Pacitan...part 2

No comments:

Post a Comment