Pantai Sendang Biru, Malang |
Berhubung selama
empat hari di Malang & sehari di Batu, jalan-jalan saya berupa city
tour dan selalu ke destinasi panorama pegunungan, hari ini saya
ingin melihat panorama laut nya Malang. Pantai Sendangbiru, inilah destinasi
yang membuat saya penasaran. Pantai yang katanya populer di Kabupaten
Malang ini merupakan pantai di pesisir selatan Jawa. Seberang pantainya berhadapan
langsung dengan Pulau Sempu yang terkenal itu.
Secara
administratif Pantai Sendangbiru berada di di Dusun Sendangbiru, Desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Atau
berjarak kurang lebih 71 km dari pusat Kota Malang. "Bagaimana caranya saya
bisa mencapai Pantai Sendang Biru dari Kota Malang dengan transportasi umum?”. Lagi
– lagi saya harus mengandalkan informasi google dan bertanya pada bapak supir
angkot Malang.
Begini
rutenya….Dari Butik Capsule Hostel, tak perlu menyebrang jalan, saya
naik angkot biru tua kode GA/AG ke tujuan akhir yakni Terminal Gadang. Di
Terminal Gadang, saya tak perlu masuk ke dalam area terminal. Dari
depan minimarket Alfamidi saya menyetop bus yang rutenya melewati Turen.
Saya meminta kepada kernet diturunkan di Pasar Turen, tempat dimana angkot biru
muda tujuan Sendangbiru ngetem. Dari sana lah, mikrolet biru muda akan
mengantarkan saya menuju Pantai Sendangbiru.
Terminal Gadang
atau Terminal Hamid Rusdi merupakan terminal angkutan umum di selatan
Kota Malang. Terminal ini melayani rute Malang-Lumajang,
Malang-Blitar-Tulungagung-Trenggalek, menghubungkan daerah-daerah di
selatan Kota Malang seperti Turen, Dampit, dsb. Jika ingin mencari
transportasi umum ke pantai selatan Malang seperti Pantai Balekambang, Pantai
Sendangbiru atau Pantai Goa Cina dapat melalui terminal ini.
Perjalanan
dari Terminal Gadang, Kota Malang hingga ke Pasar Turen butuh waktu
perjalanan sekitar 40 menit. Berkali-kali bus yang saya tumpangin
berhenti untuk menaikkan penumpang. Mungkin karena hari libur jadi kursi-kursi
penumpang tak penuh. Kernet menangih ongkos ketika dalam perjalanan, ongkosnya 7.000
IDR.
Dari Malang ke Turen |
Sampai di
Pasar Turen, saya tak kesulitan untuk menemukan mikrolet ke Sedang Biru.
Menyebrang jalan, berjalan lah menuju barisan angkot biru muda yang
terparkir di depan bangunan ruko pasar. “Pak ini ke Sendang Biru ya?” tanya
saya. Seorang bapak yang saya tidak tahu apakah dia seorang supir
atau calon penumpang menjawab iya. Saya langsung masuk ke dalam mikrolet dan
mengambil kursi paling belakang.
Pasar Turen |
Dan ngetem alias berhenti
untuk menunggu penumpang sudah menjadi ciri khas transportasi umum kita,
terutama di daerah. Bapak sebelah saya sampai menggerutu berkali-kali karena
mikrolet yang kunjung berangkat padahal hanya kurang satu penumpang
lagi. Butuh sabar untuk menunggu waktu 2 jam hingga akhirnya mikrolet ke
Sendangbiru jalan. Bayangkan 2 jam!! Yang naik pesawat dari Jakarta
ke Medan saja sudah nyampe, dan saya masih di sini. Duduk di dalam mikrolet
bersempit-sempitan, belum lagi tumpukan barang-barang penumpang, kebayang
betapa luar biasa perjalanan ini. Mau tak mau harus menikmati berbagai jenis
bau keringat karena kelamaan menunggu. Dinikmati saja kak!
Perjalanan dari
Turen ke Sedang Biru mengajak kita melihat kontur alam Kabupaten
Malang yang berbukit-bukit. Melewati hutan jati, melewati jalanan
berkelok-kelok tajam. Jalanan cukup ramai dengan kendaraan mobil pribadi,
sepeda motor bahkan mobil pick up dimana bak terbuka dibelakang diduduki
banyak orang. Karena hari libur jadi banyak orang yang menuju pantai selatan
Malang. Pak supir mikrolet Sendangbiru terus melaju dengan kecepatan standar
dan saya sibuk melempar pandang keluar jendela. Cuaca lumayan sejuk.
Satu setengah
jam perjalanan jalan mulai menurun dan relatif datar inilah
tanda mendekati pantai selatan. Penumpang mulai turun satu persatu
hingga tinggal lah 3 orang termasuk saya. Saya pun meminta kepada pak supir
untuk menurunkan saya di Pantai Sendang Biru. Selagi masih di mikrolet, saya
bertanya kepada ibu di depan saya, tebakan saya beliau penduduk local. “Buk jam
berapa ya mikrolet terakhir kembali ke Turen?” . Si ibu menggeleng, beliau pun
bercakap-cakap dalam Bahasa Jawa kepada pak supir. Dan saya mendapat jawaban
dari si ibu bahwa mikrolet terakhir ke Turen tak tentu waktunya. Pasrah!! Yang
penting sampai dulu di Pantai Sendangbiru.
Turunnya, saya
membayar ongkos 20.000 IDR. Tiba-tiba bapak supir berkata “Mbak tunggu
saja jam 3 sore, nanti saya bilang teman saya lewat sini”. Saya pun lega. “Iya
pak, terimakasih ya pak!” jawab saya. Lelah membuat lapar, saya langsung
melipir ke sebuah warung makan. Pengunjungnya sangat ramai, harus bersabar
menunggu nasi lalapan pesanan saya datang. Menuntaskan lapar setelah itu
barulah saya mendekati bibir Pantai Sendangbiru, menikmati panoramanya. Mau
shalat ada musholla yang menghadap ke pantai.
Tak lama saya
menjejakkan kaki menyusuri pesisir pantai Sendangbiru, langit yang tadinya
cerah kini turun hujan. Mau tak mau ikutan berteduh di gazebo bersama
pengunjung lainnya. Hanya bisa memandang panorama pantai yang dipenuhi perahu
nelayan. Yang mengesalkan di sisi lain pesisir pantai ini terlihat kotor oleh
tumpukan sampah. Pulau Sempu terasa bisu di seberang sana di kala
hujan. Jalan – jalan si kakak ke
Pantai Sendangbiru kehujanan.
No comments:
Post a Comment