Sunday 8 January 2017

Ke Pantai Sendang Biru, Kehujanan...

Pantai Sendang Biru, Malang
Berhubung selama empat hari di Malang & sehari di Batu, jalan-jalan saya berupa city tour dan selalu ke destinasi panorama pegunungan, hari ini saya ingin melihat panorama laut nya Malang. Pantai Sendangbiru, inilah destinasi yang membuat saya penasaran. Pantai yang katanya populer di Kabupaten Malang ini merupakan pantai di pesisir selatan Jawa. Seberang pantainya berhadapan langsung dengan Pulau Sempu yang terkenal itu.

Secara administratif Pantai Sendangbiru berada di di Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Atau berjarak kurang lebih 71 km dari pusat Kota Malang. "Bagaimana caranya saya bisa mencapai Pantai Sendang Biru dari Kota Malang dengan transportasi umum?”. Lagi – lagi saya harus mengandalkan informasi google dan bertanya pada bapak supir angkot Malang.

Begini rutenya….Dari Butik Capsule Hostel, tak perlu menyebrang jalan, saya naik angkot biru tua kode GA/AG ke tujuan akhir yakni Terminal Gadang. Di Terminal Gadang, saya tak perlu masuk ke dalam area terminal. Dari depan minimarket Alfamidi saya menyetop bus yang rutenya melewati Turen. Saya meminta kepada kernet diturunkan di Pasar Turen, tempat dimana angkot biru muda tujuan Sendangbiru ngetem. Dari sana lah, mikrolet biru muda akan mengantarkan saya menuju Pantai Sendangbiru. 

Terminal Gadang atau Terminal Hamid Rusdi merupakan terminal angkutan umum di selatan Kota Malang. Terminal ini melayani rute Malang-Lumajang, Malang-Blitar-Tulungagung-Trenggalek, menghubungkan daerah-daerah di selatan Kota Malang seperti Turen, Dampit, dsb. Jika ingin mencari transportasi umum ke pantai selatan Malang seperti Pantai Balekambang, Pantai Sendangbiru atau Pantai Goa Cina dapat melalui terminal ini.

Perjalanan dari  Terminal Gadang, Kota Malang hingga ke Pasar Turen butuh waktu perjalanan sekitar 40 menit. Berkali-kali bus yang saya tumpangin berhenti untuk menaikkan penumpang. Mungkin karena hari libur jadi kursi-kursi penumpang tak penuh. Kernet menangih ongkos ketika dalam perjalanan, ongkosnya 7.000 IDR. 

Dari Malang ke Turen

Sampai di Pasar Turen, saya tak kesulitan untuk menemukan mikrolet ke Sedang Biru. Menyebrang jalan, berjalan lah menuju barisan angkot biru muda yang terparkir di depan bangunan ruko pasar. “Pak ini ke Sendang Biru ya?” tanya saya. Seorang bapak yang saya tidak tahu apakah dia seorang supir atau calon penumpang menjawab iya. Saya langsung masuk ke dalam mikrolet dan mengambil kursi paling belakang.

Pasar Turen

Dan ngetem alias berhenti untuk menunggu penumpang sudah menjadi ciri khas transportasi umum kita, terutama di daerah. Bapak sebelah saya sampai menggerutu berkali-kali karena mikrolet yang kunjung berangkat padahal hanya kurang satu penumpang lagi. Butuh sabar untuk menunggu waktu 2 jam hingga akhirnya mikrolet ke Sendangbiru jalan. Bayangkan 2 jam!! Yang naik pesawat dari Jakarta ke Medan saja sudah nyampe, dan saya masih di sini. Duduk di dalam mikrolet bersempit-sempitan, belum lagi tumpukan barang-barang penumpang, kebayang betapa luar biasa perjalanan ini. Mau tak mau harus menikmati berbagai jenis bau keringat karena kelamaan menunggu. Dinikmati saja kak!

Perjalanan dari Turen ke Sedang Biru mengajak kita melihat kontur alam Kabupaten Malang yang berbukit-bukit. Melewati hutan jati, melewati jalanan berkelok-kelok tajam. Jalanan cukup ramai dengan kendaraan mobil pribadi, sepeda motor bahkan mobil pick up dimana bak terbuka dibelakang diduduki banyak orang. Karena hari libur jadi banyak orang yang menuju pantai selatan Malang. Pak supir mikrolet Sendangbiru terus melaju dengan kecepatan standar dan saya sibuk melempar pandang keluar jendela. Cuaca lumayan sejuk. 

Satu setengah jam perjalanan jalan mulai menurun dan relatif datar inilah tanda mendekati pantai selatan. Penumpang mulai turun satu persatu hingga tinggal lah 3 orang termasuk saya. Saya pun meminta kepada pak supir untuk menurunkan saya di Pantai Sendang Biru. Selagi masih di mikrolet, saya bertanya kepada ibu di depan saya, tebakan saya beliau penduduk local. “Buk jam berapa ya mikrolet terakhir kembali ke Turen?” . Si ibu menggeleng, beliau pun bercakap-cakap dalam Bahasa Jawa kepada pak supir. Dan saya mendapat jawaban dari si ibu bahwa mikrolet terakhir ke Turen tak tentu waktunya. Pasrah!! Yang penting sampai dulu di Pantai Sendangbiru.

Turunnya, saya membayar ongkos 20.000 IDR. Tiba-tiba bapak supir berkata “Mbak  tunggu saja jam 3 sore, nanti saya bilang teman saya lewat sini”. Saya pun lega. “Iya pak, terimakasih ya pak!” jawab saya. Lelah membuat lapar, saya langsung melipir ke sebuah warung makan. Pengunjungnya sangat ramai, harus bersabar menunggu nasi lalapan pesanan saya datang. Menuntaskan lapar setelah itu barulah saya mendekati bibir Pantai Sendangbiru, menikmati panoramanya. Mau shalat ada musholla yang menghadap ke pantai.


Tak lama saya menjejakkan kaki menyusuri pesisir pantai Sendangbiru, langit yang tadinya cerah kini turun hujan. Mau tak mau ikutan berteduh di gazebo bersama pengunjung lainnya. Hanya bisa memandang panorama pantai yang dipenuhi perahu nelayan. Yang mengesalkan di sisi lain pesisir pantai ini terlihat kotor oleh tumpukan sampah.  Pulau Sempu terasa bisu di seberang sana di kala hujan. Jalan – jalan si kakak ke Pantai Sendangbiru kehujanan.

 
12 September 2016 M, 10 Dzulhijjah - Idul Adha 1437 H

Selanjutnya.... Dari Sendangbiru ke Turen

No comments:

Post a Comment