Alun - Alun Batu |
Kota sejuk yang berjuluk Kota Apel ini dikenal sebagai salah satu kota wisata terkemuka di Indonesia karena potensi keindahan alam yang luar biasa. Bahkan kolonial Belanda dulu mengagumi keindahan dan keelokan alamnya. Kota Batu disejajarkan dengan sebuah negara di Eropa yaitu Swiss dan dijuluki sebagai De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa. Cerita inilah yang membuat saya penasaran dengan Batu.
Karena itu, saya tak ingin
menyia-nyiakan waktu lebih lama untuk berleha-leha di guest house. Satu jam setelah check
in, saya jalan kaki ke alun - alun. Meskipun tadi sudah mampir sebelumnya,
saya masih belum puas melihat bagaimana sesungguhnya suasana tempat nongkrong
paling hits ala masyarakat lokal. Alun-Alun, inilah ruang
terbuka hijau Kota Batu. Ke suatu kota memang tak afdol bila tak berkunjung ke landmark ikonik dari kota tersebut.
Sebagai pejalan kaki, dengan
menyusuri Jalan Dipenogoro ke alun-alun, saya cukup dimanja. Trotoar pejalan
dibuat dengan bagus. Bahkan ada penanda khusus bagi penyandang disabilitas.
Meskipun pada akhirnya saya tetap bersaing dengan lapak-lapak pedangang atau
kendaraan yang terparkir di beberapa titik trotoar.
Sampai di alun-alun, saya mencari
sudut yang pas untuk santai. Alun – Alun Batu memang tak luas, hanya sekitar 8250 m2. Keempat
sisinya merupakan jalan raya. Dua jalan yakni Jalan H. Agus Salim & Jalan
Gajah Mada merupakan jalan yang ramai oleh lalu lalang kendaraan. Sedangkan
jalan raya pada sisi barat & selatan dari alun-alun lebih difungsikan untuk
kawasan parkir, gerai pedagang kuliner yang mulai ramai pada sore hari.
Di tengah alun-alun ada air mancur dengan monumen apel, mencerminkan ciri khas Kota Batu. Begitu mendengar buah apel
malang, sebenarnya sentra produksi buah lokal yang terkenal itu ada di Batu. Tempat
duduk yang dibuat mengelilingi monumen apel menjadi tempat santai favorit
pengunjung. Pohon, bunga, rumput yang terawat membuat suasana lebih sejuk.
Datang dengan keluarga, ada wahana bermain khusus anaka-anak di salah satu
sudut alun-alun. Bangunan toiletnya unik, berbuat buah apel. Yang mencolok
adalah bianglala, untuk naik hanya 3.000 IDR. Jika ingin menikmati keindahan Kota
Batu dari ketinggian naiklah bianglala.
Ahh, sayang saya tak kepikiran
untuk naik bianglala. Saya malah melipir ke sebuah lapak pedagang kuliner.
Lapar atau doyan, tak perlu waktu lama buat saya menghabiskan 2 tusuk sosis
bakar ketika duduk santai di Alun-Alun Batu. Ke sini sendiri, mata tertuju pada remaja yang pacaran di alun-alun, duh dek. Ini bukan rahasia umum lagi bahwa taman kota dijadikan lokasi pacaran bagi muda-mudi.
Alun - Alun Batu menghadap Jalan H. Agus Salim |
Lampion apel |
Di tengah Alun - Alun Batu |
Bianglala Alun - Alun Batu |
Sosis bakar ala Alun Alun Batu |
Masjid
Agung An Nuur di utara Alun - Alun Batu
|
----------------------------------------
No comments:
Post a Comment