Stasiun Malang, 07 September 2016….Setelah
perjalanan panjang menghabiskan waktu satu malam di kereta, sampai jua saya di
Kota Malang. Tujuan saya selanjutnya adalah MADOR Malang Dorm Hostel. Di
sanalah tempat saya menginap selama 2 malam. Seberapa jauh dari Stasiun Malang, hasil kalkulasi pada aplikasi google map
menunjukkan jaraknya sekitar 1,3 km. Bukan jarak yang dekat memang namun saya memutuskan untuk jalan kaki saja. Toh biar saya hafal
jalan.
Namun sebelum itu, saya melipir dulu ke sebuah warung makan yang
berada di luar gedung stasiun. Menuntaskan rasa lapar dulu. Setelah itu baru lah saya mempunyai energi untuk melanjutkan jalan kaki. Sedang
berada di Provinsi Jawa Timur, salah kuliner yang menjadi favorit saya adalah
nasi rawon. Inilah menu sarapan saya, harganya 26.000 IDR seporsi. Harga di
stasiun kereta kak :).
Menerjang panasnya Kota Malang
pada pagi menjelang siang, saya menyusuri jalan arah selatan stasiun
yakni Jl. Trunojoyo. Kemudian belok kanan ke Jl. Gatot Subroto, melewati jembatan. Terus berjalan menyusup di antara barisan ruko, Jl. R.E. Martadinata. Melewati
Kelenteng Eng An Kiong di seberang kiri jalan. MADOR 48 meter lagi. Pintu
masuknya di sebelah kanan jalan. Tak sulit menemukannya.
Dari Stasiun Malang ke MADOR Malang Dorm Hostel
Dari hasil mengobrol dengan si mbak pengelola MADOR, dia menyarankan saya untuk jalan-jalan dulu ke Kampung Warna-Warni Jodipan. “Tak jauh kok dari sini mbak!” begitu katanya. Yaa, ketika berjalan tadi, saya memang melihat bangunan kampung warna-warni. Letaknya di sebelah kiri bawah jembatan Kali Brantas. Sangat menarik hati! Rupanya itulah yang namanya Kampung Warna-Warni Jodipan.
Tak perlu train lag lama-lama, begitu selesai numpang bersih-bersih diri, saya langsung langkah maju ke
Jodipan. Dari Mador berjalan kaki hanya 10 menit saja (650 meter). Penandanya ada gapura, pintu masuk ke
kawasan wisata Kampung Warna-Warni Jodipan.
Kampung Warna-Warni Jodipan. Foto diambil dari jembatan Kali Brantas |
Kampung Warna-Warni Jodipan....Cerita dari bibir ke bibir menyebutkan bahwa pemandangan perkampungan ini terinspirasi dari
Favela di Rio de Janeiro Brazil. Juga menyerupai dengan Izamal di Meksiko,
Nyhavn di Denmark, St John di Kanada, Cinque Terre di Itali bahkan
Santorini di Yunani. Saya
penasaran! Dari awal berangkat, Kampung Warna-Warni Jodipan memang saya incar
untuk dikunjungi. Inilah destinasi wisata ikonik baru Kota Malang. Pertama
kali dibuka jadi objek wisata publik sebulan lebih yang lalu.

Tiket masuk ke Kampung
Warna-Warna ini sangat murah, hanya 2.000 IDR saja. Saya pun berkeliling menyusuri gang-gang
sempit di dalam kampung. Turun
tangga menuju pelataran lebih dekat dengan bantaran Kali Brantas. Terlihat
bersih memang. Ini pertama
kalinya saya melihat sungai bersih padahal di tepian kiri-kanannya sangat padat
rumah penduduk. Panorama latar
warni-warni bangunan rumah, sungai dan jembatan rel kereta api di atas sana
memang sangat ikonik untuk dijadikan objek foto. Berbagi lukisan mural menghiasi dinding rumah
pun tak kalah unik dilihat. Sementara warga di sini tetap beraktivitas seperti biasa,
para pengunjung asyik berfoto. Bahkan ada wisatan asing yang tak kalah sibuknya
memotret sudut-sudut kampung ini.
Dengar cerita dari salah seorang warga, perkampungan ini dulunya kumuh lalu
bangunan-bangunan di sini dicat berwarna-warni. Digagas oleh mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam rangka menyelesaikan tugas kuliah.
Realisasi pengerjaannya, disponsori oleh progam CSR sebuah perusahaan
cat. Ide brilian! Sekarang perkampungan ini
telah berubah menjadi sebuah perkampungan yang bernilai wisata. Tentunya jadi
ladang rezeki baru bagi warga. Hal ini terlihat dengan beberapa warga berjualan minuman & makanan serta
asesoris khas sini di depan rumah.
Konsep perkampungan pinggir kali seperti ini memang patut dicontoh di kota
lainnya. Perkampungan yang awalnya semraut bisa disulap jadi kawasan
yang menjadi lebih rapi, indah dan enak dipandang mata. Dan untuk menjaga itu semua, sadar kebersihan
lingkungan itu penting. Stop perilaku
buang sampah di sungai.
![]() |
Potret di Kampung Warni-Warni Jodipan |
Puas melihat-lihat Kampung Warna-Warni Jodipan, saya kembali ke MADOR.
Lepas tengah hari, waktu check in sudah tiba. Saya
bisa bersih-bersih lagi, menghilangkan hawa gerbong kereta api yang masih
nempel di tubuh. Kemudian shalat. Lalu beristirahat sejenak paling tidak satu setengah jam.
.............................
Sore hari saya bergerak lagi keluar penginapan. Berbekal google map,
berjalan kaki menuju Alun-Alun Malang, Masjid Agung
Jami' Malang, Alun-Alun Tugu Malang
dan Taman Trunojoyo. Setelah, Kampung Warna-Warni Jodipan, inilah wisata ikonik Kota Malang yang menjadi daftar jelajah saya pada hari pertama di
kota Paris Van Oost-Java.
Alun-Alun Malang |
Alun-Alun Malang....Untuk mencapai kawasan ini
hanya berjalan sejauh 1 km dari tempat saya menginap. Keluar dari MADOR,
berjalan ke utara di Jl. R.E. Martadinata. Seteleh melewati
Kelenteng Eng An Kiong, sampai di 4 persimpangan jalan ambil jalan yang
belok kiri. Namanya Jalan Pasar Besar. Menyusup diantara keramaian di
depan gedung Pasar Besar Kota Malang. Terus berjalan lurus. Hingga ketemu lagi
4 persimpangan jalan. Ambil jalan yang belok kanan (Jl. S.W Pranoto). Tak jauh,
saya pun akhirnya sampai di sebuah pelataran yang dikelilingi pepohonan
rimbun dan asri. Alun-Alun berbentuk persegi yang diapit jalan raya di keempat sisinya. Luasnya sekitar
27.000 m2. Inilah yang namanya Alun-Alun Malang.

Kawasan wisata merakyat di pusat
Kota Malang, tempat bersantai gratisan paling hits. Ramai oleh pengunjung. Ada yang datang bersama
teman-temannya, keluarga atau bahkan sendiri (seperti saya). Pepohonan membuat
suasana jadi sejuk. Di tengah-tengah alun-alun ini, ada pelataran tempat duduk
bertingkat yang dibuat bundar mengelilingi kolam air mancur. Di sinilah saya
duduk sembari menikmati suasana. Sejuknya….Tempat yang cocok buat menghayal cari inspirasi di kala sore. Sambil memperhatikan kelakuan pengunjung di sekitar.
Plang nama bertuliskan Alun-Alun Malang berada di utara. Nah, ini lah spot berfoto favorit. Sebagai tanda kita sudah pernah berkunjung ke sini.
Di bagian utara timur, merupakan
kawasan pusat perbelanjaan seperti seperti Ramayana, Sarinah, Gajah Mada
Plaza, Malang Plaza, dll. Di bagian
barat Alun-Alun Malang (Jl. Merdeka Barat) berdiri
megah 2 rumah ibadah yang saling berdampingan yakni Masjid Agung Jami’ dan Gereja
GPIB Immanuel Malang.
![]() |
Potret di Alun-Alun Malang |
Nah, bagi traveler muslim ketika berada di alun-alun, harus ya kak mampir
shalat di mesjid kebanggaan warga Malang ini.
Kota Malang memiliki 2 alun-alun yakni Alun-Alun Malang & Alun-Alun Tugu. Bedanya Alun-Alun Malang berupa taman/pelataran persegi sedangkan Alun-Alun Tugu pelataran melingkar melingkar sehingga alun-alun ini biasa disebut Alun-Alun Bundar.
Kota Malang memiliki 2 alun-alun yakni Alun-Alun Malang & Alun-Alun Tugu. Bedanya Alun-Alun Malang berupa taman/pelataran persegi sedangkan Alun-Alun Tugu pelataran melingkar melingkar sehingga alun-alun ini biasa disebut Alun-Alun Bundar.
Gedung Balaikota Malang dilihat dari Alun-Alun Tugu Malang |
Alun-Alun Tugu Malang….Untuk menjangkau Alun-Alun Tugu, bisa dengan berjalan kaki. Dari jalan bagian utara Alun-Alun Malang menuju Jalan Simpang Mojopahit. Terus jalan kaki, melewati jembatan Kali Berantas setelah itu melewati trotoar di kanan jalan. Pepohonan tinggi melindungi jalur pejalan kaki di sini dari sinar matahari sore. Sekitar 700 meter kemudian, sampailah saya di Alun-Alun Tugu. Lokasinya tepat di seberang jalan gedung Balaikota Malang .

Ciri khas Alun-Alun Tugu Malang yakni di bagian tengah alun-alun terdapat sebuah tugu bersejarah yang dikelilingi oleh kolam teratai. Inilah potret ikonik yang sering muncul dalam situs atau cover booklet pariwisata Kota Malang. Fasilitas alun-alun berupa adanya
beberapa kursi menghadap ke arah tugu. Lampu berbentuk bunga buatan, tanaman bunga dan rumput yang terawat
dengan baik, ada tempat sampah dan ada wi-fi gratis. Ketika sore, memang cocok
untuk dijadikan tempat bersantai.
Dari Alun-Alun Tugu, lanjut lagi mengikuti jalan sebelah timur yakni Jalan Kertanagara. Yang
ternyata mengantarkan kita ke Stasiun Malang. Sangat dekat, hanya sekitar 200
meter saja. Nah tepat di seberang stasiun, sejajar Jalan Trunojoyo. Terdapat sebuah
taman namnya Taman Trunojo. Taman inilah yang menjadi destinasi penutup
perjalanan saya berjalan kaki jelajah wisata ikonik Kota Malang. Ingin berwisata kuliner sepuasnya
bertandang lah ke Taman Trunojoyo bagian selatan. Di sini ada banyak sekali
lapak-lapak penjual kuliner khas Malang. Sejak sore hingga malam, suasananya semakin
semarak.
![]() |
Potret di Alun-Alun Tugu Malang |
Selanjutnya....Jalan - Jalan Tak Terlupakan di Gunung Bromo
No comments:
Post a Comment