Saturday 6 August 2016

Pengalaman Perdana Terbang dengan Malaysia Airlines


Jumat, 15 Juli 2016...Adalah pertama kalinya bagi saya menaiki Malaysia Airlines (MAS). Terbang dari Medan (KNO) ke Kuala Lumpur (KUL) kemudian transit berpindah ke terminal keberangkatan domestik, lanjut menuju Tawau (TWU). 

Jujur awalnya saya merasa ragu untuk menaiki maskapai Negeri Jiran ini. Apalagi kalau bukan karena parnonya saya mengingat insiden terburuk yang pernah menimpa Malaysia Airlines, hilangnya MH370 dan jatuhnya MH17. “Maaf ya, jika ini membuka lagi kenangan buruk, keluarga yang menjadi korban insiden”. Tapi ya sudahlah! Mau secanggih apapun pesawatnya, betapapun berpengalaman pilot yang menerbangkannya, betapapun buruk kondisi cuaca saat terbang hanya karena ijin Allah lah sebuah perjalanan itu terlindungi. Bismillah! Saya pun memberanikan menaiki maskapai ini.

Ada cerita di balik ini yang membuat  saya tiba-tiba saja melakukan perjalanan udara dengan rute KNO-KUL-TWU. Ceritanya dimulai sebulan yang lalu atau tepatnya 2 minggu sebelum lebaran Idul Fitri. Tahu kan kak? Sudah lumrah di negara kita bahwa musim liburan lebaran biasanya ongkos transportasi umum pastilah mahalnya selangit, juga berlaku bagi transportasi udara. Terbang ke daerah-daerah (domestik) bahkan lebih gila (mahal) harganya dibanding terbang ke negara tetanggaKondisi ini membuat sebuah ide tercetus di pikiran. Saya ingin mencari alternatif rute penerbangan yang tak biasa bagi saya untuk kembali ke lokasi kerja (site). Biasanya jika saya cuti ke kampung halaman (Rantauprapat), kembalinya ke site saya akan mengambil penerbangan dari Medan - Jakarta (transit) - Tarakan. Atau selama 1.5 tahun belakangan ini saya malah keranjingan menjalani rute darat dari Rantauprapat ke Pekanbaru lalu mengambil penerbangan dari Pekanbaru - Jakarta (transit) - Tarakan.

Kemudian terlintas di benak saya untuk iseng menengok harga tiket pesawat dari Medan ke Tawau pada aplikasi booking pesawat favorit saya, travelokaBerbicara tentang Tawau, mungkin ada yang bertanya mengapa harus Tawau? Jadi begini, Tawau adalah sebuah kota karesidenan (setara dengan kabupaten) di Sabah, negara bagian Malaysia di Pulau Borneo. Tawau merupakan kota yang berbatasan langsung negara kita Indonesia. Tepatnya berbagi perbatasan laut dengan Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Nah, dari Tawau inilah nantinya saya akan melintasi perbatasan perairan Malaysia-Indonesia itu  menuju Tarakan.

Fakta berkata ternyata pada musim liburan lebaran harga tiket pesawat dari Medan ke Tawau jauh lebih terjangkau jika dibanding tiket pesawat rute Medan ke Tarakan dapat diskonan traveloka pula :). Kemudian saya mencari tahu lagi berapa ongkos perjalanan laut dari Tawau ke Tarakan. Perkiraannya sekitar 500.000 rupiah. Saya pun mengakumulasi total biaya transportasi keseluruhan dari Medan ke Tarakan via Tawau. Hasilnya hampir sama dengan biaya transportasi dari Medan ke Tarakan via Jakarta. Toh, refund jatah tiket pesawat dari perusahaan tempat saya bekerja bisa dialihkan untuk membeli tiket rencana perjalananan saya yang anti mainstream ini. Jadilah, saya memutuskan bahwa kembali ke site cuti kali ini saya tak melalui Jakarta melainkan Tawau.

Ketika menceritakan rencana perjalanan saya ini ke orang tua, mamak dan ayah sudah maklum. Ayah sudah tahu maksudmu nang!” kata ayah sambil tertawa ringan. Mereka paham benar tentang anaknya yang suka jalan-jalan ini. Modus terbaca. Alasan sebenarnya saya ke Tawau, bukan karena harga tiket tetapi karena saya adalah tipe pejalan yang spontan. Spontan saja berkeinginan bahwa sebelum masuk site nanti, saya harus traveling dulu ke Tawau. Jika waktu dan kesempatan ada, mengapa tidak. Lagipula, sejak berdomisili di Kalimantan Utara, sudah lama memang saya berencana ingin melihat langsung kota Tawau, kota luar negeri terdekat dari perbatasan negara Indonesia dengan Malaysia.

MH 861
....................................
Masih pagi di Bandara Internasional Kualanamu, proses check in di konter MAS mudah dan cepat, saya langsung mendapatkan 2 boarding pass sekaligus. Boarding pass pertama dari Kualanamu ke Kuala Lumpur dan boarding pass kedua dari Kuala Lumpur ke Tawau. Di balik boarding pass kedua, tertempel bukti bagasi saya hanya satu kode “TWU”. Artinya transit di Bandara Kuala Lumpur nanti, saya tak perlu mengambil bagasi koper lagi, secara otomatis pihak bandara yang akan mentransfer koper saya langsung ke pesawat ke Tawau yang saya tumpangin nantinya. Saya pun memastikan ke petugar konter check in. “Benar , nanti ibu tak perlu ambil bagasi ini di KL, bagasi ibu langsung ditransfer ke Tawau” katanya.

Fom KNO to KUL by MH 861
Katanya traveler mandiri tapi kok diantar ortu ke bandara, hehe
50 menit sebelum keberangkatan, tak lupa mencium tangan ayah dan mamak sebagai perpisahan di akhir waktu cuti ini. Ahh, berat rasanya meninggalkan lagi kampung halaman. Saya hanya bisa menatap wajah mereka di balik kaca anjungan pengantar penumpang Kualanamu. Menatap wajah mereka hingga tak terlihat lagi oleh pandangan mata.

Setelah melewati pemeriksaan imigrasi, saya pun terus berjalan di atas tangga berjalan datar menuju ruang tunggu (gate 1) yang berada di ujung kiri koridor keberangkatan internasional. Rupa-rupanya tempat menunggu dialihkan ke lantai dasar Bandara Kualanamu. Waktu take off MH 861 yang tertera di boarding pass sudah lewat tetapi penumpang belum diberitahu untuk masuk ke pesawat. Delay membuat saya tak santai. Hahh, semoga saja tak lama lagi karena saya masih punya penerbangan lanjutan. Untungnya kecemasan saya tak beralasan, tak lama kemudian penumpang MH 861 dipersilahkan ke pesawat. Saya mengantri di antara puluhan wajah oriental berlogat melayu. Masuk ke pesawat tak melalui garbarata, hanya melalui tangga manual.

Melangkahkan kaki masuk ke pesawat, saya menyusuri lorong kursi penumpang kelas bisnis hingga ekonomi menuju kursi 16F saya yang berada di bagian tengah badan pesawat. Kita tahu bahwa MAS itu adalah maskapai kelas full service. Ketika melihat kabin pesawat MH 861 yang saya tumpangi ini, ekspektasi saya melesat. Kursi ekonomi formasi 3-3 pesawat Boeing 737-800 ini, tak ada fasilitas in-flight entertainment seperti pada maskapai full service pada umumnya. Yang ada hanya LCD di atas beberapa baris kursi penumpang, dibuka pada saat peragaan keselamatan penerbangan (pre-flight safety). Penampilan kursi penumpang pun terlihat tua kaku. Di luar jendela kaca pesawat, saya melayangkan pandang ke langit Kualanamu yang terlihat berawan.

Di dalam kabin pesawat MH 861
Bismillah! Itulah kata penyemangat saya ketika untuk pertama kalinya merasakan take off MAS.

Perjalanan udara dari Medan ke Kuala Lumpur (KL) memakan waktu perjalanan sekitar 1 jam. Dimana terdapat perbedaan waktu, di KL lebih cepat 1 jam di banding waktu di Medan.

Secara geografis, jarak dari Medan ke KL memang lebih dekat jika dibanding ke Jakarta, ibukota negara kita Indonesia. Dan banyak pula penawaran harga tiket pesawat murah ke KL. Fakta inilah yang membuat banyak sekali orang Sumatera Utara yang lebih suka liburan ke Malaysia dibanding liburan ke ibukota negara sendiri.

Mendapatkan kursi dekat jendela. Jadilah untuk mengusir kejenuhan sepanjang perjalanan,  saya bisa bebas melihat ke luar jendela. Tetapi itu tak berlangsung lama! Terdengar suara lampu tanda pemakaian seat belt dinyalakan.
 Pesawat mulai memasuki formasi awan cumulonimbus
Pesawat kini memasuki kondisi cuaca buruk dan berawan. Turbulensi  pesawat pun tak dapat dihindari. Saya menutup mata, saya suka traveling tetapi tak suka turbulensi!. Dalam mata tertutup, saya merasakan benar ketika badan pesawat menaikkan naik turun melewati awan cumulonimbusGoncangan pesawat selalu membuat saya tak nyaman. Warna serba putih di luar sana benar-benar membuatku tak nyaman. Jendela pun saya tutup.

Suasana kabin senyap hanya ada suara deru MH 861 mengudara. Goncangan pesawat tak mempengaharui kerja nya para pramugari & pramugrara yang bertugas membagikan makanan ringan. Untuk penerbangan jarak pendek 1 jam memang hanya disediakan makanan ringan saja. Dengan wajah santai bertanya kepada setiap penumpang minuman apa yang diinginkan (orange, cola, tea, etc). MashaAllah! Saya salut dengan profesi yang satu ini.

Makanan ringan  pada penerbangan jarak pendek Malaysia Airlines
Satu jam kemudian, MH 861 akhirnya landing di Kuala Lumpur Internatinal Airport (KLIA). Pertama kali pula saya di sini, yang mana selama ini mendaratnya di terminal low cost sebelahnya, KLIA2. Perjalanan masih berlajut, saya pun melangkah meyusuri garbarata.

From KUL to TWU by MH 2664
Karena saya sudah memiliki boarding pass penerbangan lanjutan ke Tawau (conecting flight), seharusnya saya tak perlu menuju arrivall hall (balai kedatangan), cukup mengikuti petunjuk arah jalan menuju konter transfer ke penerbangan domestik. Dan bagasi saya dari Kualanamu tadi secara otomatis ditransfer oleh pihak bandara ke Tawau. Tetapi karena keinginan spontan saya dimana saya berfikir masih ada waktu 2 jam transit, tak ada salahnya berkeliling menengok KLIA. “Maklum saja namanya juga baru pertama kali ke sini”.

Setelah mendapatkan cap imigrasi kedatangan, saya lanjut berjalan, dari lantai 3 naik ke lantai 5 yang merupakan terminal keberangkatan KLIA. Kini saya berdiri menghadap barisan check in counter. Sekilas bangunan di dalam gedung KLIA ini terlihat mirip Kualanamu, mengusung konsep bandara masa kini (eco-airport) yaitu tata gedung terbuka. Lihat saja arsitektur langit-langitnya bandara ini! Sangat unik....Lihat potret KLIA di sini.

MH 2664 
Boarding pass saya menuliskan ruang tunggu di gate A2. Berjalanlah menuju koridor paling ujung yakni terminal keberangkatan domestik. Barisan pertokoan dan restoran terlewati, saya terus mengikuti petunjuk arah menuju gate A2. Ketemu ruang surau, saya lalu shalat dzuhur jamak ashar dulu. Sampai ruangan gate A2, ternyata pintunya belum dibuka. Santai!! saya pun memilih menikmati pemandangan hutan di tengah bandara dari balik kaca gedung tunggu keberangkatan domestik KLIA ini. Sembari menunggu pengumuman gate A2 dibuka!.



Di dalam kabin MH 2664

In-flight entertainment MH 2664
Pukul 14.00 waktu Malaysia, gate A2 dibuka. Tiga puluh menit kemudian kami dipersilahkan masuk ke pesawat. Penampakan MH 2664 terlihat lebih modern baru dibanding pesawat MAS sebelumnya yang saya naiki dari Medan. Warna coklat kombinasi merah kursi penumpang membuat suasana lebih cerah. Tersedia layar in-flight entertainment di setiap kursi penumpang ekonomi.

Sayangnya saya tak lagi duduk di bangku dekat jendela, saya mendapat kursi dekat koridor belakang pula (29C). Tak masalah karena ada fasilitas hiburan yang akan menemani perjalanan. MH 2664 pun take off.

Perjalanan udara dari KL ke Tawau memakan waktu perjalanan sekitar 2 jam 50 menit. Tak terdapat perbedaan waktu antara KL dan Tawau.

Free meals in MH 2664
Tiga puluh menit kemudian, pramugari menyajikan makanan santap siang telat 30 menit. Nasi ayam khas Malaysia beserta minum dan kudapan kecil. Menurut saya, tampilan penyajian makanan MH 2664, kelas ekonomi ini biasa saja. Tak ada yang spesial begitu pun rasanya.

Dan lagi-lagi apa yang saya tak sukai dari perjalanan udara terjadi. Lagi ....saya merasa tak nyaman akibat goncangan pesawat. Cepat-cepat saya menghabiskan makanan di meja depan kursi saya. 

Informasi penerbangan MH 2664
Ya, turbulensi dalam penerbangan membuatku tak nyaman. Aku berfikir benarkah perjalanan ke Tawau yang aku rencanakan ini. Entahlah! Sudah, saya tak tertarik lagi menikmati fasilitas hiburan yang tersedia. Saya pun meletakkan remote ke tempatnya. Selanjutnya hanya menatap datar ke layar, ingin tahu informasi terupdate tentang penerbangan ini. Melihat berapa lama lagi mendarat di Tawau. Tangan terkadang lebih memegang erat pegangan kursi. Turbulensi mendominasi sepanjang perjalanan dari langit semenanjung Malaysia hingga ke langit Borneo.

Dua setengah jam kemudian, daratan negara bagian Malaysia di Pulau Borneo mulai tampak di bawah sana. Saya mengintip jendela pesawat, kursi teman sebelah saya. Ingin rasanya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di negeri Sabah ini.

Alhamdulillah……tak lama kemudian saya bisa merasakan, roda pesawat MH 2664 menyetuh Tawau!. 

Secanggih apapun pesawatnya, betapapun berpengalaman pilot yang menerbangkannya, betapapun buruk kondisi cuaca saat terbang hanya karena ijin Allah lah sebuah perjalanan ini terlindungi. Tetaplah berprasangka baik kepada Allah. Semoga Dia melindungi setiap perjalanan kita. InshaAllah

"Selamat datang di Tawau kak!"


Thank You Malaysia Airlines

1 comment:

  1. just share info aja, RATU MEDIKA adalah toko online yang menjual kursi roda traveling untuk jalan-jalan. Kursi roda liburan (kursi roda bepergian) ukuran kecil dan ringan. Kursi roda haji yang biasa digunakan saat naik haji dan naik pesawat. Kursi roda lipat ukuran mini yang ringan dan praktis masuk bagasi pesawat, untuk lebih jelasnya dapat membuka link ini: RatuMedika.com

    ReplyDelete