Jika ada yang bilang bahwa di Sumatera Utara ada candi berumur 1000
tahun lebih, jangan terkejut kak!. Itu memang benar adanya. Pasti penasaran kan bagaimana
bentuk nya dan apakah candi tersebut
semegah candi-candi popular
tanah Jawa?.
Foto saya di bawah ini menjawab pertanyaan di atas! ....
photo by Dek Ratna
|
Namanya Candi Bahal dikenal juga
dengan nama Candi Portibi atau dalam
bahasa setempat dinamakan Biaro Bahal.
Lokasi Candi Bahal….Secara administratif Candi Bahal berlokasi di
Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara dan berjarak 430
km dari Bandara Internasional Kualanamu, Medan.
Sebenarnya ada puluhan reruntuhan candi yang tersebar di Desa Bahal.
Hanya saja hingga kini baru Candi Bahal I, II, dan III yang berhasil dipugar. Ketiga
candi ini lokasinya berdekatan. Dan
Candi Bahal I adalah yang terbesar. Ukuran bangunan candi ini memang terbilang kecil namun keunikan dari Candi Bahal terletak
pada warna bangunannya yaitu merah bata. Ya’, candi ini memang dibangun dari material batu bata dan diperkirakan
dibangun pada abad ke-11.
Ketika membaca penjelasan tentang
Candi Bahal di wikipedia saya pun baru ngeh
ternyata candi ini berusia lebih tua dari candi Angkor Wat (dibangun abad ke-12)
di negara Kamboja. “Saya pun sejenak terdiam ! Masa’ iya Angkor Wat di Kamboja
yang terpisah 2300 km jauh di sana saja sudah pernah saya kunjungi sedangkan Candi Bahal yang hanya
154 km dari kampung halaman saya, Rantauprapat belum pernah saya lihat. Padahal
dulu sewaktu SD, gambar Candi Bahal seringkali saya pandangi di RPUL,
buku favorit saya”.
Peta Lokasi Candi Bahal I
Cara Menuju Candi Bahal….Letaknya yang terbilang jauh dari ibukota Provinsi Sumatera Utara, sudah
bisa kita bayangkan betapa butuh perjuangan menempuh perjalanan darat yang
lama. Benar sekali kak! Jika kita
berangkat dari Kota Medan setidaknya butuh waktu sekitar 9 jam perjalanan untuk
mencapai lokasi Candi Bahal.
Saya tak perlu membayangkan perjalanan darat sejauh itu. Akhirnya keinginan
saya untuk menyambangi Candi Bahal baru tercapai ketika cuti lebaran kemaren
(Rabu, 13 Juli 2016). Perjalanan
pergi pulang dari Rantauparapat ke Candi bahal dalam sehari tentu bisa
dilakukan. Menjelang tengah hari, bersama dek ratna dan ayah (masternya jalanan ke arah Tapsel ) yang menyetir
mobil, berangkatlah kami ke sana.
Perkiraan ayah tak melesat, kami yang berangkat tengah hari dari
Rantauprapat, sampai di sana pukul 15.20 WIB. Butuh waktu perjalanan sekitar 3,5
jam (sudah termasuk waktu beristirahat, berhenti sejenak 20 menit di tengah perjalanan).
Berkendara menyusuri Jalan Lintas Timur Sumatera via Kota Pinang menuju Gunung
Tua, ibukota Kabupaten Padang Lawas Utara. Kabupaten yang dulunya bagian dari
Kabupaten Tapanuli Selatan (pemekaran tahun 2007). Dari pusat kota yakni Pasar Gunung Tua,
ambillah jalan menuju arah Binanga. Di google
map dikatakan Jalan Sibuhuan – Gunung Tua. Sekitar 17 km setelahnya kita
akan menemukan sebuah plang besi penunjuk arah di sisi kanan jalan. Hanya 800
meter lagi!. Di tengah-tengah perkebunan sawit, di sinilah Candi Bahal berada. Potret sepanjang jalan dari Rantauprapat ke Gunung Tua (pergi pulang sehari) lihat di sini.

Kondisi jalan (atas : Jalan Sibuhuan – Gunung Tua, tengah : persimpangan jalan menuju Desa Bahal, bawah : jalan ujung Desa Bahal menuju situs Candi Bahal)
Tiket masuk ke Candi Bahal pun
terbilang murah hanya 2.000 IDR saja/orang. Untuk biaya parkir beda lagi (yang sebenarnya tak ada tarif resmi yang
ditetapkan pemda, bea parkir di sini dikelola masyarakat lokal).
Plang nama bertuliskan Candi
Bahal I menyambut kita ketika memasuki candi ini.
Mengingat usianya yang ribuan tahun. Tentunya candi ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Sayangnya di
sini saya tak menemukan satupun papan informasi
yang menjelaskan sejarah
situs Candi Bahal, tak seperti situs
candi bersejarah sebelumnya
yang pernah saya kunjungi. Padahal hal ini sangat penting. Sehingga
wisatawan yang datang berkunjung
ke sini, tak hanya sekedar berfoto-foto tetapi juga menambah pengetahuan
sejarah kita tentang sejarah panjang yang
dimiliki Candi Bahal.
Saya pun mengutip informasi
tentang Candi Bahal dari website wikipedia. Candi Bahal merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Panai. Kerajaan Panai atau Pane merupakan kerajaan Budha
yang pernah ada pada abad ke-11 sampai ke-14 di pesisir timur Sumatera Utara. Lokasi
kerajaan ini tepatnya di lembah sungai Panai dan Barumun. Kerajaan ini kurang
dikenal akibat minimnya sumber sejarah dan sedikitnya prasasti yang menyebutkan
kerajaan ini.
![]() |
Si kakak dan adek wefie-an di Candi Bahal |
Jadilah kegiatan yang bisa dilakukan di sini yakni menengok
ke sekeliling pelataran candi yang luasnya sekitar 3000 m². Santai dan
berfoto-foto ria!! Sembari menikmati sejuknya angin yang berhembus sepoi-sepoi
di Padang Lawas Utara ini.
Dan berikut adalah potret Candi Bahal I yang saya dokumentasikan;
Pagar bata merah batu setinggi 60 cm dan tebal sekitar 1 m mengelilingi Candi Bahal I |
Mendekatlah ke bangunan utama Candi Bahal I yang terletak di tengah pelataran ! |
Bangunan utama Candi Bahal I |
Dari sisi yang berbeda, Dek Ratna berlatar bangunan utama Candi Bahal I |
Arca batu di dasar tangga bangunan utama Candi Bahal |
Keunikan lain dari Candi
Bahal I yakni atapnya yang berupa stupa berbentuk silinder, dengan
tinggi sekitar 2,5 meter. Pahatan untaian bunga melingkari tepian atap
|
Pondasi batu atau panggung berbentuk bujur sangkar di depan bangunan utama Candi Bahal I |
Sudah lama sekali sejak Candi Bahal terakhir dipugar dan diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara (Bapak Raja Inal Siregar, 1991). |
Sayangnya karena waktu yang sudah sore, membuat kami harus kembali ke Rantauprapat. Belum sempat berkunjung ke Candi Bahal II (padahal jaraknya hanya 1 kilometer dari Candi Bahal I)dan Candi Bahal III. Semoga di lain waktu ya kak! “Ada yang mau berkunjung ke sini?”.
No comments:
Post a Comment