Tawau adalah sebuah kota karesidenan di Sabah, negara bagian
Malaysia di Pulau Borneo. Karesidenan itu setara dengan
kabupaten. Merupakan kota luar negeri terdepan yang berbatasan langsung dengan negara kita. Tepatnya berbagi perbatasan laut dengan
Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan utara, Indonesia.
|
Sejak berdomisili di Kalimantan Utara, sudah lama saya berencana ingin melihat langsung kota Tawau, kota luar negeri terdekat dari perbatasan negara kita, Indonesia dengan negara tetangga, Malaysia. Jika saya menarik sebuah garis lurus pada google map, jarak dari lokasi tempat saya bekerja ke Tawau hanya 58 mil atau 93 km saja. Ya, perbatasan Indonesia-Malaysia memang dekat. Bahkan frekuensi siaran radio negara tetangga pun bisa ditangkap dengan sangat bagus di sini. Dan setiap kali ke Bandara Juwata Tarakan sewaktu cuti, saya akan melihat maskapai MASwings bertengger di apron bandara. Inilah satu-satunya maskapai tujuan internasional dari Tarakan ke Tawau. Semakin membuat saya penasaran dengan Tawau! Penasaran juga dengan cerita kawan yang mengatakan bahwa kehidupan masyarakat di kota Tawau itu jauh lebih mapan dan sejahtera, paling maju di daerah perbatasan Malaysia-Indonesia. Untuk itulah ketika memiliki waktu dan kesempatan ke Tawau, mengapa tidak! Meskipun dalam 3 bulan terakhir (Juli, 2016) ini sedang hangat-hangatnya pemberitaan media tentang penyanderaan ABK WNI oleh pemberontak Filipina di perairan Sabah, Malaysia yang tak jauh dari Tawau. Saya tetap memberanikan diri solo traveling ke Tawau. Perjalanan ini demi untuk menjawab rasa penasaran saya selama ini tentang raut kehidupan masyarakat negara tetangga kita di kota itu.
Langsung saja, berikut ini saya share secuil cerita perjalanan saya di Tawau. Sebagai catatan total durasi perjalanan saya sebenarnya adalah 5 hari ( 3 hari di Tawau dan 2 hari untuk perjalanan pergi pulang).
Peta Rute Perjalanan
(Tawau-Semporna-Tawau-Nunukan-Tarakan)
|
Hari ke-1 : Medan - Kuala Lumpur - Tawau (pergi)
Flight to Tawau |
Pertama kali memasuki terminal kedatangan (domestik) Tawau Airport, saya baru tahu bahwa meskipun paspor saya sudah dicap imigrasi KLIA tadi ternyata sebagai penumpang warga negara asing, saya masih harus melewati pemeriksaan imigrasi lagi di Tawau. Cap bertuliskan “entered Sabah ” lengkap dengan tanggal kedatangan dalam halaman paspor saya, inilah tandanya saya sedang berkunjung ke negara bagian Sabah, Malaysia di Pulau Borneo.
Selama 2 malam ke depan saya menginap di sebuah penginapan murah di pusat kota Tawau. Namanya VS Guest House. Saya memesan sebuah kamar tipe standar melalui aplikasi booking.com hanya beberapa hari sebelum saya tiba di Tawau. Per malamnya dikenai biaya 58 MYR atau sekitar 196.000 IDR (kurs Juli, 2016), dibayar ketika check in.
Untuk mencapai VS Guest House dari Tawau Airport, cukup mudah. Saya menaiki prepaid taxi (taksi pra bayar) Tawau Airport dimana booth nya (konter pemesanan) terletak berdekatan dengan pintu keluar terminal kedatangan. Tarif taksi dari Tawau Airport ke VS adalah 45 MYR atau sekitar 145.000 IDR. Untuk pemesanan taksi, caranya dengan menunjukkan alamat Guest House yang tercantum di akun booking.com saya. Dan kakak petugasnya bilang Jalan Stephen Tan lokasi VS Guest House itu berada di bandar Tawau. Ya dalam bahasa melayu Malaysia, pusat kota itu dinamakan bandar.
Menjelang maghrib, taksi bergerak menuju penginapan. Meskipun bukan jalan tol, lalu lintas jalanan dari
bandara ke bandar Tawau sangat lancar. Dari balik jendela kaca taksi, di luar
sana tak ada kata macet. Suasana jalanan menuju bandar Tawau bisa dibilang
cukup senyap. Barisan ruko-roko sepanjang jalan mayoritas bertuliskan aksara
Mandarin. Saya bertanya dalam hati apakah ini Tawau?. Sebuah kota di Sabah, Malaysia kok berasanya seperti di Tiongkok, begitulah yang terbesit di pikiran saya. Adzan
melalui siaran radio menyadarkan saya bahwa benar ini negeri Malaysia bukan Tiongkok .....Tiga puluh lima menit kemudian saya sudah
sampai di penginapan. Dan haripun
sudah gelap ketika saya check in.
Hari ke-2 : Tawau
Saya sendiri bingung ketika saya sudah
berada di Tawau, apa sebenarnya yang ingin saya
lihat. Secara Tawau bukan lah kota wisata. Setelah tadi malam mencari-cari informasi
di internet, jadi lah hari pertama di Tawau, saya habiskan
dengan berjalan kaki random destinasi menjelajah kawasan bandar Tawau. Berjalan kaki hingga lelah dan akhirnya kembali ke penginapan begitulah rencana perjalanan
saya. Jam 9 pagi, barisan
mobil-mobil sedan proton terparkir dengan rapi di tepian Jalan Stephen Tan. Di sini, geliat kehidupan masyarakat tak secepat
yang saya bayangkan. Saya pun terus menyusuri lorong ruko-ruko
pertokoan tua berlantai 2 -3. Berjalan mendekati kawasan pantai bandar Tawau.
Pasar Tanjung Tawau
|
Pasar Tanjung Tawau….Saya berhenti di persimpangan jalan di mana di salah satu sudutnya terdapat sebuah bangunan cukup mencolok dibanding sekitarnya.
Terlihat sebuah tulisan Pasar Tanjung Tawau terpampang di bagian atas bangunan
tersebut. Ya, inilah Pasar Sentral Tawau atau dikenal dengan Pasar Sri Tanjung Tawau. Pasar ini menjual berbagai barang kebutuhan rumah tangga. Nah,
tak hanya orang lokal Tawau tetapi juga masyarakat perbatasan dari Nunukan & Sebatik biasanya berbelanja di sini. Karena katanya harga barang
kebutuhan di Tawau lebih murah.
Baiklah, saya baru akan menjelajah apa saja isi Pasar Tanjung Tawau ini nanti sore. Saya ingin bersantai dulu di kawasan pesisir pantai yang berada tak jauh dari pasar ini. Berjalanlah lurus ke arah selatan menyusuri Jalan Persisiran. Panorama laut Teluk Tawau terpampang di depan mata.
Panorama laut Jalan Persisiran, Tawau |
Berjalan di tepian laut Jalan Persisiran, Tawau :) |
Lanjut berjalan ke ujung barat Jalan Persisiran, terdapat sebuah ruang publik terbuka. Lokasinya juga menghadap langsung ke Teluk Tawau. Pepohonan tumbuh sangat rimbun membuat suasana sejuk. Taman kecil ini terasa lebih hidup karena ada fasilitas bermain buat anak-anak berupa ayunan, perosotan, dll. Ada gazebo dan fasilitas tempat duduk bersantai. Tak heran, bila tempat ini dijadikan sebagai tempat tamasya ala keluarga Tawau. Tak jauh dari sini berdiri megah Masjid Al-Khauthar.
Masjid Al-Kautar....Atau juga dikenal sebagai Masjid Besar Tawau. Harus mampir untuk shalat di masjid ini ya kak! Infonya, Masjid Al-Kauthar merupakan merupakan masjid terbesar di Sabah yang mampu menampung hingga 17,000 jemaah. Masjid ini bergaya arsitektur islamic modern. Hanya memiliki menara tunggal dan kubahnya berwarna hijau. Sangat megah! Masjid ini mempunyai dua tingkat. Tingkat pertama adalah tingkat untuk jemaah lelaki menunaikan shalat, tingkat kedua untuk jemaah perempuan. Namun demikan, di tingkat bawah ada juga yang difungsikan untuk menampung jemaah perempuan sekiranya tingkat satu dan dua telah penuh.
Masjid Al-Kautar, Tawau |
Menurut informasi wikipedia, mayoritas penduduk Tawau adalah orang Bugis Indonesia. Hmm,, saya pun bertanya-tanya jika memang banyak orang Bugis di sini mengapa selama berjalan-jalan tadi tak satupun saya mendengarkan orang bercakap logat Bugis yang ada hanyalah logat melayu Malaysia. Entahlah!!
Selesai makan siang telat,
berjalan lagi kembali ke Pasar Tanjung Tawau. Menjelajah ke dalam bangunan
pasar ini dari lantai dasar ke lantai 3. Pasar tradisional ini ternyata cukup
teratur dan bersih. Ulasannya akan saya bahas di bagian berbeda. Di sini,
saya teringat untuk memesan tiket kapal
kembali ke Tarakan.
Agen penjualan tiket kapal ke Tarakan dan Nunukan ada di Pelabuhan Tawau.
Lokasinya bersebelahan dengan Pasar Ikan. Saya berhasil membeli tiket kapal
(Tawau - Nunukan) untuk keberangkatan lusa, Senin tanggal 18 Juli 2016. Untuk
tiket kapal dari Tawau ke Tarakan baru
berlayar hari selasa begitu kata agen kapal yang saya tanyai. Harga tiket MV
Labuan Express 5 (departure time schedule : 11.30 am) Tawau – Nunukan yakni 75
MYR atau sekitar 253.000 IDR. Ada cerita ketika saya membeli tiket kapal
kembali ke Indonesia via Tawau ini.
Kalau mengingatnya membuat saya senyum-senyum sendiri.
Tak terasa kaki mulai
lelah, saya memutuskan kembali ke penginapan. Di perjalanan saya kembali
menyempatkan mampir ke Tawau
Bazaar atau
yang dikenal dengan
nama Pasar Gantung Tawau. Salah satu pintu masuk pasar ini berada tak
jauh dari Penginapan VS masih di Jalan Stephen Tan. Di sinilah, pusat
perniagaan yang menjual merchandise khas Tawau seperti, T-shirts, sarung,dll bahkan batik
impor Indonesia ternyata banyak dijual di pasar ini. Satu lagi bangunan ikonik religi Tawau yang wajib dikunjungi yakni Masjid
Bandar Tawau. Yang terletak ujung timur Jalan Stephen Tan, bersimpangan
dengan Jalan Masjid.
Masjid Bandar Tawau |
Senja hari, saya menyempatkan mengengok panorama matahari tenggelam di Teluk Tawau dari kawasan Jalan Persisiran.
Hari ke-3 : Tawau –
Semporna - Tawau
Pagi
ini saya telat keluar dari VS. Terlalu santai tetapi sebenarnya mager aka malas gerak. Saya
berencana ke Semporna hari ini. Tak lupa menitipkan koper karena sudah pasti
saya akan kembali sore hari ke
Tawau.
Semporna merupakan sebuah kota (setara kecamatan) dari Divisi Tawau,
terletak di pesisir timur negara bagian Sabah. Masih ingat dengan Pulau Sipadan
& Pulau Ligitan? Pulau yang dulu
dipersengketakan antara negara kita dan Malaysia, sekarang milik
Malaysia. Keindahan kedua pulau itu kini menjadi destinasi wisata bahari
berkelas internasional, andalan Malaysia di Pulau Borneo. Nah, akses utama
menuju ke sana adalah dari Semporna. Semporna merupakan kota di
tepian laut pertemuan antara Laut Sulu dan Laut Sulawesi. Tak heran wisata
bahari sangat lekat dengan Semporna.
Tujuan saya ke Semporna sebenarnya bukan untuk ke Pulau Sipadan atau ke Pulau Ligitan tetapi hanya untuk melihat suasana di sana. Sekedar ingin tahu bagaimana panorama laut di sana.
Jam 9
pagi ketika langit Tawau sudah sangat terang, saya pun melangkahkan kaki menuju
stasiun bus ke Semporna. Saya
mengalami kesulitan untuk menemukan stasiun bus ke Semporna ini. Karena tak bisa bisa membedakan mana local bus station, short-distance bus
terminal dan long-distance bus
terminal. Awalnya saya mengira bus ke Semporna berada di terminal bus yang
berada di ujung timur Jalan Stephen Tan, ternyata tidak. Terminal ini hanya
untuk bus dalam wilayah kota Tawau, daerah pedesaan sekitarnya seperti Balung
dan Merotai dan bus ke Tawau
Airport. Disebut sebagai Terminal Bas Jalan Stephen
Tan (local
bus station). Saya
pun bertanya kepada seorang pakcik dimana lokasi bus ke Semporna. “Kat Sabindo”
begitu katanya. Yang dimaksud si pakcik adalah Sabindo Plaza. Ya,
kompleks pertokoan ini sempat saya lewati ketika berjalan dari Masjid Al-Kautar
kemarin. Tak lupa
berterimakasih, saya pun menuju ke kawasan Sabindo
Plaza. Berjalan sekitar 800 meter!
Kompleks
pertokoan Sabindo Plaza di depannya terdapat sebuah lapangan persegi cukup
luas. Di selatannya atau sepanjang Jalan
Chen Fook saya menemukan barisan
bus besar berwarna hijau. Saya pun mendekat dan bertanya apakah di sini bus
menju Semporna. Ternyata tidak. Seorang pakcik mengatakan bahwa terminal ini untuk adalah
bas menuju Kota Kinabalu. Nah, ini rupanya long-distance bus
terminal Tawau yang dimaksud. Beliau pun
menunjukkan lokasi terminal
bus ke Semporna. Terjata tak begitu jauh dari sini. Penandanya adalah bangunan lover
cake house yang ada di seberang
bangunan Sabindo Plaza. Saya
harus berjalan lagi sekitar 250 meter. Tepatnya berada di Lorong Sabindo
Square 1. Lokasi terminal ini berada di tengah-tengah bangunan Sabindo Square. Sehingga
dinamakan Terminal Sabindo Square (Tawau short-distance terminal).
Transportasi umum dari Tawau ke Semporna yang
saya tumpangin adalah sebuah minibus. Merk Toyota
dengan komposisi kursi 3 baris (satu barisnya diisi 3 penumpang dewasa) dan
satu kursi di samping supir, jadi total kapasitas nya yakni 10
orang penumpang. Ketika kursi penumpang terisi penuh barulah minibus berangkat. Saya menunggu sekitar 30 menit untuk keberangkatan.
Ongkos minibus dari Tawau ke Semporna adalah 10 MYR atau sekitar 34.000 IDR. Ongkos pulangnya nanti pun sama saja.
Ongkos minibus dari Tawau ke Semporna adalah 10 MYR atau sekitar 34.000 IDR. Ongkos pulangnya nanti pun sama saja.
From minibus (Tawau - Semporna) window
|
Jarak dari bandar Tawau ke Semporna sekitar
107 km dan dapat ditempuh dengan transportasi minibus selama 1,5 jam saja
pulangnya nanti malah saya mencatat 1 jam saja. Jarak 107 km
dengan waktu tempuh 1 jam di jalanan Pulau Borneo! Membuat saya tersadar betapa
pemerintah Malaysia sangat mengedepankan prinsip pembangunan merata hingga ke
daerah terdepan negaranya ini. Bagaimana sesungguhnya potret jalan nasional Negeri
Sabah, Malaysia di sepanjang perjalanan dari Tawau ke Semporna ceritanya lihat di sini kak!.
.........................................
Tiba di Semporna mendekati jam 1 siang. Saya
turun di pemberhentian terakhir minibus. Penandanya adalah fuel station Petron. Jika
mau kembali ke Tawau, naik minibusnya
dari bus stop dekat fuel station
tersebut.
Sebelum melanjutkan berjalan kaki menjelajah
bandar Semporna, saya pun makan siang dulu di Restoran Al Hajee yang berlokasi
tepat di tempat saya turun dari minibus. Makanan yang dijual di restoran ini
mayoritas merupakan makanan seafood. Saya
memilih memesan nasi goreng & segelas teh tarik dingin. Harga menu
makan siang saya ini adalah 6,5 MYR atau sekitar 22.000 IDR.
Masjid Ar-Rahman, Semporna....Dari Restoran Al Hajee saya
pun berjalan mendekati kawasan tepian laut. Menyusuri ruko pertokoan menuju ujung jalan. Sampailah saya di depan sebuah masjid yang berwarna sangat menawan.
MashaAllah! Namanya Masjid Ar-Rahman atau dikenal
dengan nama Masjid Pekan Semporna. Bangunannya berwarna biru muda
dengan kubah perak. Keindahan arsitektur masjid ini bahkan menarik hati
wisatawan asing untuk sekedar berfoto-foto. Saya pun singgah untuk
menunaikan kewajiban shalat dzuhur jamak ashar.
Dan di luar, hujan tiba-tiba turun....
Dan di luar, hujan tiba-tiba turun....
Masjid Ar-Rahman, Semporna |
Untunglah hujan yang tiba-tiba
mengguyur Semporna tidak berlangsung lama. Saya pun bisa melanjutkan jalan kaki
saya menuju kawasan wisata tepi laut Semporna. Berbekal petunjuk jalan google map yang saya capture di handphone kemaren malam.
Menyusuri Jalan Causeway dari
Masjid Ar-Rahman ke arah tenggara, melewati
keramaian pasar tradisional Semporna. Mendapati sebuah bundaran jalan, teruskan
langkah lurus. Kurang lebih 300 meter kemudian,
ambillah persimpangan jalan sebelah kiri. Gapura bertuliskan “Gerbang
Laluan ke Taman Marin Tun Sakaran” itu tandanya. Tinggal berjalan sekitar 200
meter lagi!
Semporna Seafront
|
#selfie Semporna Seafront |
Panorama laut Semporna |
Sorenya di Tawau, saya tak lagi tinggal di VS Guest House. Saya pindah ke sebuah penginapan tak jauh dari VS Guest House. Namanya Economy Hostel, tepatnya berlokasi di Jalan Klinik. Sebenarnya secara tak sengaja saya menemukan hostel murah ini kemaren sore. Karena saya hanya memesan kamar VS Guest House untuk 2 malam, saya pun mencari penginapan yang lebih murah untuk satu malam selanjutnya. Sebuah kamar tipe standar dikenai biaya 30 MYR atau sekitar 101.000 IDR per malamnya.
Rupanya bapak pengelola hostel ini adalah seorang asli Bugis Indonesia. Beliau telah puluhan tahun hidup menetap di Tawau. Banyak cerita yang saya dapat dari beliau tentang Tawau ketika menginap di hostel ini.
Malam hari, sepanjang Jalan Masjid (sekitaran Masjid Bandar Tawau) bermunculan lapak-lapak penjual makanan (street food). Lokasi wisata kuliner paling ramai di bandar Tawau. Suasananya sangat meriah. Ada penampilan band live music di salah satu sudut lapak street food !.
Hari ke-4 : Tawau - Nunukan
Pasar Ikan Tawau |
Hari ini saya pulang ke Indonesia melalui Pulau Nunukan. Jam 9 pagi, saya pun melangkahkan kaki menuju Pelabuhan
Tawau. Di perjalanan melewati Tawau Ferry Terminal. Dari luar pagar, terlihat gedungnya masih baru dan megah. Namun, saat ini Pelabuhan
Internasional Tawau menuju
Nunukan dan Tarakan, Indonesia masih melalui bangunan pelabuhan lama. Lokasinya bersebelahan dengan Pasar Ikan Tawau. Tak jauh!
Seyogianya pukul 11.30, keberangkatan MV
Labuan Express 5 ke Nunukan. Namun, baru jam 12.00 kami disuruh antri untuk
melewati proses imigrasi. Itupun tak langsung boleh mengantri pemeriksaan
imigrasi pukul. Masih harus menunggu. Sejam kemudian, barulah saya dapat giliran. Sebelum masuk ke kapal kita
harus membayar pass Imigration Tawau sebesar 5 MYR atau 16.900 IDR.
Tak sesuai jadwal tiket yang saya punya alias ngaret!. Ini karena keimigrasian dari Tawau ke Nunukan tak sesimple yang saya bayangkan. Mengantri lama dan prosesnya terkesan diskriminasi antara warga asing dan lokal Malaysia.
Tak sesuai jadwal tiket yang saya punya alias ngaret!. Ini karena keimigrasian dari Tawau ke Nunukan tak sesimple yang saya bayangkan. Mengantri lama dan prosesnya terkesan diskriminasi antara warga asing dan lokal Malaysia.
Akhirnya, kapal bergerak meninggalkan Pelabuhan
Tawau pukul 13.30....Indonesia, aku datang!! :)
Berakhir sudah perjalanan saya 3 hari di Tawau. Sebuah waktu perjalanan yang sangat singkat memang untuk menuliskan pandangan saya tentang kota ini. Namun demikian, apa yang saya lihat dan alami selama di sana pada akhirnya mengubah gambaran awal saya tentang Tawau. Bye bye Tawau!
Berakhir sudah perjalanan saya 3 hari di Tawau. Sebuah waktu perjalanan yang sangat singkat memang untuk menuliskan pandangan saya tentang kota ini. Namun demikian, apa yang saya lihat dan alami selama di sana pada akhirnya mengubah gambaran awal saya tentang Tawau. Bye bye Tawau!
Extended stories....
Jam di handphone menujukkan pukul 15.10 sore ketika kapal merapat di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan. “Bahagia nya ketika melihat merah putih berkibar di langit tempat saya berpijak kini!”. Sayangnya, saya tak lagi mendapatkan tiket speedboat ke Tarakan sore ini. Saya pun memutuskan menginap di sebuah hotel tak jauh dari pelabuhan. Namanya Hotel Melati Indah. Per malam dikenai biaya 300.000 IDR. Besok pagi saya baru akan ke Tarakan. Begitulah rencana saya.
Saya memesan tiket speed boat dari seorang agen calo. Saya harus membayar 450.000 IDR. Belakangan saya baru tahu
ternyata harga sebenarnya yang tertera pada tiket speed boat (Nunukan – Tarakan) hanya 230.000
IDR sahaja. Syahh, saya menjadi korban scam (penipuan). “Salah saya yang tak mau repot mencari tahu dan membeli tiket speed boat di loket resmi. Ikhlaskan saja kak!”. Kejadian ini menjadi catatan bagi saya untuk kedepannya lebih berhati-hati. Ya, tipu-tipu calo sudah menjadi kasus klasik di negeri kita!
Hari ke-5 : Nunukan
– Tarakan – back to site (pulang)
Speed boat dari Pulau Nunukan ke Tarakan berangkat dari Pelabuhan
Liem Hie Djung atau orang lokal menyebutnya Pelabuhan Tanah Merah. Karena itu saya masih
harus naik angkot lagi dari depan Hotel Melati Indah. Ongkosnya 10.000 IDR. Sama dengan Tarakan, di Nunukan minibus angkot (angkutan kota) dipanggil taksi.
Pukul 07.40, speed
boat CB Tri Putri Tunggal Dewi membawa saya menuju Tarakan. Perjalanan
laut dari Pulau Nunukan ke Tarakan menghabiskan waktu dua jam. Di Tarakan, mampir dulu ke kantor, nanti sore saya pun kembali ke
habitat yang sebenarnya oh site
Krassi.
Tawau
Sabah, Malaysia
15.07.2016 - 18.07.2016
hebat bgt kak, jalan2 sendiri ke tawau,, sya pgen bgt ksna, insyaAllah tahun depan mau berlebaran disana.. kgen bgt dgn makanan khas malaysia.. yaitu teh tarik, mie goreng, nasi lemak,,
ReplyDelete