Wednesday 10 August 2016

3 Hari di Tawau

Tawau adalah sebuah kota karesidenan di Sabah, negara bagian Malaysia di Pulau Borneo. Karesidenan itu setara dengan kabupaten. Merupakan kota luar negeri terdepan yang berbatasan langsung dengan negara kita. Tepatnya berbagi perbatasan laut dengan Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan utara, Indonesia.

Sejak berdomisili di Kalimantan Utara, sudah lama saya berencana ingin melihat langsung kota Tawau, kota luar negeri terdekat dari perbatasan negara kita, Indonesia dengan negara tetangga, Malaysia. Jika saya menarik sebuah garis lurus pada google map, jarak dari lokasi tempat saya bekerja ke Tawau hanya 58 mil atau 93 km saja. Ya, perbatasan Indonesia-Malaysia memang dekat. Bahkan frekuensi siaran radio negara tetangga pun bisa ditangkap dengan sangat bagus di sini. Dan setiap kali ke Bandara Juwata Tarakan sewaktu cuti, saya akan melihat maskapai MASwings bertengger di apron bandara. Inilah satu-satunya maskapai tujuan internasional dari Tarakan ke Tawau. Semakin membuat saya penasaran dengan Tawau! Penasaran juga dengan cerita kawan yang mengatakan bahwa kehidupan masyarakat di kota Tawau itu jauh lebih mapan dan sejahtera, paling maju di daerah perbatasan Malaysia-Indonesia. Untuk itulah ketika memiliki waktu dan kesempatan ke Tawau, mengapa tidak! Meskipun dalam 3 bulan terakhir (Juli, 2016) ini sedang hangat-hangatnya pemberitaan media tentang penyanderaan ABK WNI oleh pemberontak Filipina di perairan Sabah, Malaysia yang tak jauh dari Tawau. Saya tetap memberanikan diri solo traveling ke Tawau. Perjalanan ini demi untuk menjawab rasa penasaran saya selama ini tentang raut kehidupan masyarakat negara tetangga kita di kota itu.

Langsung sajaberikut ini saya share secuil cerita perjalanan saya di Tawau.  Sebagai catatan total durasi perjalanan saya sebenarnya adalah 5 hari ( 3 hari di Tawau dan 2 hari untuk perjalanan pergi pulang).
Peta Rute Perjalanan
(Tawau-Semporna-Tawau-Nunukan-Tarakan)

Hari ke-1 : Medan - Kuala Lumpur - Tawau (pergi)
Flight to Tawau
Sebelumya saya bercerita bahwa saya ke Tawau berawal dari ide mencari alternatif rute penerbangan yang tak biasa bagi saya untuk kembali ke lokasi kerja (site Krassi, Kalimantan Utara). Yang pada akhirnya membuat saya memutuskan bahwa bahwa kembali ke site cuti (lebaran) ini saya tak melalui Jakarta melainkan Tawau. Adalah Malaysia Airlines (MAS), maskapai penerbangan yang memiliki rute conecting flight dari Medan ke Tawau (dengan transit di Kuala Lumpur). Saya mendapat tiket penerbangan Medan - Tawau diskonan dari aplikasi Traveloka, sekitar 980 ribu rupiah (one way). Booking nya sebulan sebelum keberangkatan. Bukan promosi, untuk melihat harga tiket penerbangan dari Medan ke Tawau silahkan check di sini.

Pertama kali memasuki terminal kedatangan (domestik) Tawau Airport, saya baru tahu bahwa meskipun paspor saya sudah dicap imigrasi KLIA tadi ternyata sebagai penumpang warga negara asing, saya masih harus melewati pemeriksaan imigrasi lagi di Tawau.  Cap bertuliskan “entered Sabah lengkap dengan tanggal kedatangan dalam halaman paspor saya, inilah tandanya saya sedang berkunjung ke negara bagian Sabah, Malaysia di Pulau Borneo.

Selama 2 malam ke depan saya menginap di sebuah penginapan murah di pusat kota Tawau. Namanya VS Guest House. Saya memesan sebuah kamar tipe standar melalui aplikasi booking.com hanya beberapa hari sebelum saya tiba di Tawau.  Per malamnya dikenai biaya 58 MYR atau sekitar 196.000 IDR (kurs Juli, 2016), dibayar ketika check in.

Untuk mencapai VS Guest House dari Tawau Airport, cukup mudah. Saya menaiki prepaid taxi (taksi pra bayar) Tawau Airport dimana booth nya (konter pemesanan) terletak berdekatan dengan pintu keluar terminal kedatangan. Tarif taksi dari Tawau Airport  ke VS adalah 45 MYR atau sekitar 145.000 IDR. Untuk pemesanan taksi, caranya dengan menunjukkan alamat Guest House yang tercantum di akun booking.com saya. Dan kakak petugasnya bilang Jalan Stephen Tan lokasi VS Guest House itu berada di bandar Tawau. Ya dalam bahasa melayu Malaysia, pusat kota itu dinamakan bandar.

Menjelang maghrib, taksi bergerak menuju penginapan. Meskipun bukan jalan tol, lalu lintas jalanan dari bandara ke bandar Tawau sangat lancar. Dari balik jendela kaca taksi, di luar sana tak ada kata macet. Suasana jalanan menuju bandar Tawau bisa dibilang cukup senyap. Barisan ruko-roko sepanjang jalan mayoritas bertuliskan aksara Mandarin. Saya bertanya dalam hati apakah ini Tawau?. Sebuah kota di Sabah, Malaysia kok berasanya seperti di Tiongkok, begitulah yang terbesit di pikiran saya. Adzan melalui siaran radio menyadarkan saya bahwa benar ini negeri Malaysia bukan Tiongkok .....Tiga puluh lima menit kemudian saya sudah sampai di penginapan. Dan haripun sudah gelap ketika saya check in.

Setelah bersih-bersih dan shalat maghrib, saya lalu pergi belanja di Servay Hypermarket yang terletak tak jauh dari VS Guest House. Sekedar membeli makanan ringan dan air minum. Malam ini saya hanya ingin santai-santai saja di dalam kamar, tidur-tiduran sambil menonton sinetron Menantu Ting Tong di saluran TV3 #bukanpromosi.

Hari ke-2 :  Tawau
Saya sendiri bingung ketika saya sudah berada di Tawau, apa sebenarnya yang ingin saya lihat. Secara Tawau bukan lah kota wisata. Setelah tadi malam mencari-cari informasi di internet, jadi lah hari pertama di Tawau, saya habiskan dengan berjalan kaki random destinasi menjelajah kawasan bandar Tawau. Berjalan kaki hingga lelah dan akhirnya kembali ke penginapan begitulah rencana perjalanan saya. Jam 9 pagi, barisan mobil-mobil sedan proton terparkir dengan rapi di tepian Jalan Stephen Tan. Di sini, geliat kehidupan masyarakat tak secepat yang saya bayangkan. Saya pun terus menyusuri lorong ruko-ruko pertokoan tua berlantai 2 -3. Berjalan mendekati kawasan pantai bandar Tawau.
Pasar Tanjung Tawau
Pasar Tanjung Tawau….Saya berhenti di persimpangan jalan di mana di salah satu sudutnya terdapat sebuah bangunan cukup mencolok dibanding sekitarnya. Terlihat sebuah tulisan Pasar Tanjung Tawau terpampang di bagian atas bangunan tersebut. Ya, inilah Pasar Sentral Tawau atau dikenal dengan Pasar Sri Tanjung Tawau. Pasar ini menjual berbagai barang kebutuhan rumah tangga. Nah, tak hanya orang lokal Tawau tetapi juga masyarakat perbatasan dari Nunukan & Sebatik biasanya berbelanja di sini. Karena katanya harga barang kebutuhan di Tawau  lebih murah.

Baiklah, saya baru akan menjelajah apa saja isi Pasar Tanjung Tawau ini nanti sore. Saya ingin bersantai dulu di kawasan pesisir pantai yang berada tak jauh dari pasar ini. Berjalanlah lurus ke arah selatan menyusuri Jalan Persisiran. Panorama laut Teluk Tawau terpampang di depan mata.
Panorama laut Jalan Persisiran, Tawau
Jalan PersisiranPelataran di Jalan Persisiran memang cocok buat dijadikan tempat nongkrong, menikmati panorama laut Teluk Tawau. Di sisi timur terdapat sebuah dermaga kecil tempat bersandarnya speed boat atau kapal-kapal motor kecil. Pemisah pelataran dengan jalan raya yakni barisan pepohonan palem. Pantai Teluk Tawau tak memiliki pasir. Bebatuan kerakal menumpuk di sepanjang bibir pantainya sebagai pembatas air laut dengan daratan.

Berjalan di tepian laut Jalan Persisiran, Tawau :)
Suasananya bisa dibilang sepi pada siang ini. Teriknya siang bukan masalah, birunya laut dan langit Tawau pada siang hari begitu menggoda saya untuk duduk di salah satu sudut pelataran. Hembusan angin laut membuat suasana hati semakin santai. Melepas pandang ke arah laut dan tentu saja memotret panoramanya. Daratan nun di seberang lautan adalah Pulau Sebatik, utara-timur milik Malaysia dan barat-selatan punya Indonesia. Ahh, saya suka tempat ini! Cocok buat menyepi dan cari inspirasi, hehe…

Lanjut berjalan ke ujung barat Jalan Persisiran, terdapat sebuah ruang publik terbuka. Lokasinya juga menghadap langsung ke Teluk Tawau. Pepohonan tumbuh sangat rimbun membuat suasana sejuk. Taman kecil ini terasa lebih hidup karena ada fasilitas bermain buat anak-anak berupa ayunan, perosotan, dll. Ada gazebo dan fasilitas tempat duduk bersantai.  Tak heran, bila tempat ini dijadikan sebagai tempat tamasya ala keluarga Tawau. Tak jauh dari sini berdiri megah Masjid Al-Khauthar.

Masjid Al-Kautar....Atau juga dikenal sebagai Masjid Besar Tawau. Harus mampir untuk shalat di masjid ini ya kak! Infonya, Masjid Al-Kauthar merupakan merupakan masjid terbesar di Sabah yang mampu menampung hingga 17,000 jemaah. Masjid ini bergaya arsitektur islamic modern. Hanya memiliki menara tunggal dan kubahnya berwarna hijau. Sangat megah! Masjid ini mempunyai dua tingkat. Tingkat pertama adalah tingkat untuk jemaah lelaki menunaikan shalat, tingkat kedua untuk jemaah perempuan. Namun demikan, di tingkat bawah ada juga yang difungsikan untuk menampung jemaah perempuan sekiranya tingkat satu dan dua telah penuh. 

Masjid Al-Kautar, Tawau
Setelah mengunjungi Masjid Al-Kautar, saya lanjut berjalan menyusuri Jalan Dunlop. Sebenarnya jalanan ini sudah saya jelajah pagi-pagi tadi ketika mencari ATM Maybank. Di perjalanan saya menemukan sebuah tempat makan bernama Terminal Cafe. Saya lalu mampir makan siang di sini. Ternyata menu yang ditawarkan tak asing bagi saya, kebanyakan adalah makanan khas Bugis. “Ahh gak di Tarakan gak di Tawau coto selalu ada”.  Oh iya, santapan siang saya bukan lah coto rasa Tawau tetapi nasi lemak ayam ala Tawau dengan minuman favorit  saya, es teh tarik. Harga menu makan siang saya ini adalah 8 MYR atau sekitar 27.000 IDR.

Menurut informasi wikipedia, mayoritas penduduk Tawau adalah orang Bugis Indonesia. Hmm,, saya pun bertanya-tanya jika memang banyak orang Bugis di sini mengapa selama berjalan-jalan tadi tak satupun saya mendengarkan orang bercakap logat Bugis yang ada hanyalah logat melayu Malaysia. Entahlah!!

Selesai makan siang telat, berjalan lagi kembali ke Pasar Tanjung Tawau. Menjelajah ke dalam bangunan pasar ini dari lantai dasar ke lantai 3. Pasar tradisional ini ternyata cukup teratur dan bersih. Ulasannya akan saya bahas di bagian berbeda. Di sini, saya  teringat untuk memesan tiket kapal kembali ke Tarakan.

Agen penjualan tiket kapal ke Tarakan dan Nunukan ada di Pelabuhan Tawau. Lokasinya bersebelahan dengan Pasar Ikan. Saya berhasil membeli tiket kapal (Tawau - Nunukan) untuk keberangkatan lusa, Senin tanggal 18 Juli 2016. Untuk tiket  kapal dari Tawau ke Tarakan baru berlayar hari selasa begitu kata agen kapal yang saya tanyai. Harga tiket MV Labuan Express 5 (departure time schedule : 11.30 am) Tawau – Nunukan yakni 75 MYR atau sekitar 253.000 IDR. Ada cerita ketika saya membeli tiket kapal kembali ke Indonesia via Tawau ini.  Kalau mengingatnya membuat saya senyum-senyum sendiri.

Tak terasa kaki mulai lelah, saya memutuskan kembali ke penginapan. Di perjalanan saya kembali menyempatkan mampir ke Tawau Bazaar atau yang dikenal dengan nama Pasar Gantung Tawau. Salah satu pintu masuk pasar ini berada tak jauh dari Penginapan VS masih di Jalan Stephen Tan. Di sinilah, pusat perniagaan yang menjual merchandise khas Tawau  seperti, T-shirts, sarung,dll bahkan batik impor Indonesia ternyata banyak dijual di pasar ini. Satu lagi bangunan ikonik religi Tawau yang wajib dikunjungi yakni Masjid Bandar Tawau. Yang terletak ujung timur Jalan Stephen Tan, bersimpangan dengan Jalan Masjid.

Masjid Bandar Tawau
Senja hari, saya menyempatkan mengengok panorama matahari tenggelam di Teluk Tawau dari kawasan Jalan Persisiran.

Hari ke-3 :  Tawau – Semporna - Tawau
Pagi ini saya telat keluar dari VS. Terlalu santai tetapi sebenarnya mager aka malas gerak. Saya berencana ke Semporna hari ini. Tak lupa menitipkan koper karena sudah pasti saya akan kembali sore hari ke Tawau.

Semporna merupakan sebuah kota (setara kecamatan) dari Divisi Tawau, terletak di pesisir timur negara bagian Sabah. Masih ingat dengan Pulau Sipadan & Pulau Ligitan? Pulau yang dulu dipersengketakan antara negara kita dan Malaysia, sekarang milik Malaysia. Keindahan kedua pulau itu kini menjadi destinasi wisata bahari berkelas internasional, andalan Malaysia di Pulau Borneo. Nah, akses utama menuju ke sana adalah dari Semporna. Semporna merupakan kota di tepian laut pertemuan antara Laut Sulu dan Laut Sulawesi. Tak heran wisata bahari sangat lekat dengan Semporna.

Tujuan saya ke Semporna sebenarnya bukan untuk ke Pulau Sipadan atau ke Pulau Ligitan tetapi hanya untuk melihat suasana di sana.  Sekedar ingin tahu bagaimana panorama laut di sana.

Jam 9 pagi ketika langit Tawau sudah sangat terang, saya pun melangkahkan kaki menuju stasiun bus ke Semporna. Saya mengalami kesulitan untuk menemukan stasiun bus ke Semporna ini.  Karena tak bisa bisa membedakan mana local bus station, short-distance bus terminal dan long-distance bus terminal. Awalnya saya mengira bus ke Semporna berada di terminal bus yang berada di ujung timur Jalan Stephen Tan, ternyata tidak. Terminal ini hanya untuk bus dalam wilayah kota Tawau, daerah pedesaan sekitarnya seperti Balung dan Merotai dan bus ke Tawau Airport. Disebut sebagai Terminal Bas Jalan Stephen Tan (local bus station). Saya pun bertanya kepada seorang pakcik dimana lokasi bus ke Semporna. “Kat Sabindo” begitu katanya.  Yang dimaksud si pakcik adalah Sabindo Plaza. Ya, kompleks pertokoan ini sempat saya lewati ketika berjalan dari Masjid Al-Kautar kemarin Tak lupa berterimakasih, saya pun menuju ke kawasan Sabindo Plaza. Berjalan sekitar 800 meter!

Kompleks pertokoan Sabindo Plaza di depannya terdapat sebuah lapangan persegi cukup luas. Di selatannya atau sepanjang Jalan Chen Fook saya menemukan barisan bus besar berwarna hijau. Saya pun mendekat dan bertanya apakah di sini bus menju Semporna. Ternyata tidak. Seorang pakcik mengatakan bahwa terminal ini untuk adalah bas menuju Kota Kinabalu. Nah, ini rupanya long-distance bus terminal Tawau yang dimaksud. Beliau pun menunjukkan lokasi terminal bus ke Semporna. Terjata tak begitu jauh dari sini. Penandanya adalah bangunan lover cake house yang ada di seberang bangunan Sabindo Plaza. Saya harus berjalan lagi sekitar 250 meter. Tepatnya berada di Lorong  Sabindo  Square 1. Lokasi terminal ini berada di tengah-tengah bangunan Sabindo SquareSehingga dinamakan  Terminal Sabindo Square (Tawau short-distance terminal).

Transportasi umum dari Tawau ke Semporna yang saya tumpangin adalah sebuah minibus. Merk Toyota dengan komposisi kursi 3 baris (satu barisnya diisi 3 penumpang dewasa) dan satu kursi di samping supir, jadi total kapasitas nya yakni 10 orang penumpang. Ketika kursi penumpang terisi penuh barulah minibus berangkat. Saya menunggu sekitar 30 menit untuk keberangkatan.

Ongkos minibus dari Tawau ke Semporna adalah 10 MYR atau sekitar 34.000 IDR. Ongkos pulangnya nanti pun sama saja.
From minibus (Tawau - Semporna) window
Jarak dari bandar Tawau ke Semporna sekitar 107 km dan dapat ditempuh dengan transportasi minibus selama 1,5 jam saja pulangnya nanti malah saya mencatat 1 jam saja. Jarak 107 km dengan waktu tempuh 1 jam di jalanan Pulau Borneo! Membuat saya tersadar betapa pemerintah Malaysia sangat mengedepankan prinsip pembangunan merata hingga ke daerah terdepan negaranya ini. Bagaimana sesungguhnya potret jalan nasional Negeri Sabah, Malaysia di sepanjang perjalanan dari Tawau ke Semporna ceritanya lihat di sini kak!.
.........................................
Tiba di Semporna mendekati jam 1 siang. Saya turun di pemberhentian terakhir minibus. Penandanya adalah fuel station Petron.  Jika mau kembali ke Tawau, naik minibusnya  dari bus stop dekat fuel station tersebut.
Sebelum melanjutkan berjalan kaki menjelajah bandar Semporna, saya pun makan siang dulu di Restoran Al Hajee yang berlokasi tepat di tempat saya turun dari minibus. Makanan yang dijual di restoran ini mayoritas merupakan makanan seafood. Saya memilih memesan nasi goreng & segelas teh tarik dingin. Harga menu makan siang saya ini adalah 6,5 MYR atau sekitar 22.000 IDR.
Masjid Ar-Rahman, Semporna....Dari Restoran Al Hajee saya pun berjalan mendekati kawasan tepian laut. Menyusuri ruko pertokoan menuju ujung jalan. Sampailah saya di depan sebuah masjid yang berwarna sangat menawan. MashaAllah! Namanya Masjid Ar-Rahman atau dikenal dengan nama Masjid Pekan Semporna. Bangunannya berwarna biru muda dengan kubah perak. Keindahan arsitektur masjid ini bahkan menarik hati wisatawan asing untuk sekedar berfoto-foto. Saya pun singgah untuk menunaikan kewajiban shalat dzuhur jamak ashar. 

Dan di luar, hujan tiba-tiba turun....

Masjid Ar-Rahman, Semporna
Untunglah hujan yang tiba-tiba mengguyur Semporna tidak berlangsung lama. Saya pun bisa melanjutkan jalan kaki saya menuju kawasan wisata tepi laut Semporna. Berbekal petunjuk jalan google map yang saya capture di handphone kemaren malam. Menyusuri Jalan Causeway  dari Masjid Ar-Rahman  ke arah tenggara, melewati keramaian pasar tradisional Semporna. Mendapati sebuah bundaran jalan, teruskan langkah lurus. Kurang lebih 300 meter kemudian,  ambillah persimpangan jalan sebelah kiri. Gapura bertuliskan “Gerbang Laluan ke Taman Marin Tun Sakaran” itu tandanya. Tinggal berjalan sekitar 200 meter lagi!

Semporna Seafront
#selfie Semporna Seafront
Semporna Ocean Tourism Resort Centre…. Di sini ada penginapan, restoran, pedangang souvenir, dll. Kita diajak menjejaki jalan kayu berwarna merah terakota di atas permukaan laut Semporna, Teluk Darvel. Tiket masuknya gratis tetapi jika ingin melihat live aquarium kita harus membayar 2 MYR atau sekitar 7.000 IDR. Wisata murah meriah untuk memuaskan diri memandang panorama lautMenurut informasi, Kepulauan Tawi-Tawi, Filipina yang belakangan ini ramai diberitakan media ternyata tak jauh dari perairan Semporna ini. Jika masih tinggal di Kaltara, kapan-kapan kalau mau ke Filipina, dari sini aja! Lebih dekat” 
Panorama laut Semporna
Saya membatasi waktu kunjungan saya hanya sampai jam 3 sore. Setelah itu saya akan kembali berjalan kaki ke stasiun minibus lalu pulang ke Tawau.

Sorenya di Tawau, saya tak lagi tinggal di VS Guest House. Saya pindah ke sebuah penginapan tak jauh dari VS Guest House. Namanya Economy Hostel, tepatnya berlokasi di Jalan Klinik. Sebenarnya secara tak sengaja saya menemukan hostel murah ini kemaren sore. Karena saya hanya memesan kamar VS Guest House untuk 2 malam, saya pun mencari penginapan yang lebih murah untuk satu malam selanjutnya. Sebuah kamar tipe standar dikenai biaya 30 MYR atau sekitar 101.000 IDR per malamnya

Rupanya bapak pengelola hostel ini adalah seorang asli Bugis Indonesia. Beliau telah puluhan tahun hidup menetap di Tawau. Banyak cerita yang saya dapat dari beliau tentang Tawau ketika menginap di hostel ini. 
Malam hari, sepanjang Jalan Masjid (sekitaran Masjid Bandar Tawau) bermunculan lapak-lapak penjual makanan (street food). Lokasi wisata kuliner paling ramai di bandar Tawau. Suasananya sangat meriah. Ada penampilan band live music di salah satu sudut lapak street food !. 

Hari ke-4 :  Tawau - Nunukan
Tawau Ferry Terminal 

Pasar Ikan Tawau
Hari ini saya pulang ke Indonesia melalui Pulau Nunukan. Jam 9 pagi, saya pun melangkahkan kaki menuju Pelabuhan Tawau. Di perjalanan melewati Tawau Ferry Terminal. Dari luar pagar, terlihat gedungnya masih baru dan megah. Namun, saat ini Pelabuhan Internasional Tawau menuju Nunukan dan Tarakan, Indonesia masih melalui bangunan pelabuhan lama. Lokasinya bersebelahan dengan Pasar Ikan Tawau. Tak jauh!

Seyogianya pukul 11.30, keberangkatan MV Labuan Express 5 ke Nunukan. Namun, baru jam 12.00 kami disuruh antri untuk melewati proses imigrasi. Itupun tak langsung boleh mengantri pemeriksaan imigrasi pukul. Masih harus menunggu. Sejam kemudian, barulah saya dapat giliran. Sebelum masuk ke kapal kita harus membayar pass Imigration Tawau  sebesar 5 MYR atau 16.900 IDR.  

Tak sesuai jadwal tiket yang saya punya alias ngaret!. Ini karena keimigrasian dari Tawau ke Nunukan tak sesimple yang saya bayangkan. Mengantri lama dan prosesnya terkesan diskriminasi antara warga asing dan lokal Malaysia. 

Akhirnya, kapal bergerak meninggalkan Pelabuhan Tawau pukul 13.30....Indonesia, aku datang!! :)

Berakhir sudah perjalanan saya 3 hari di Tawau. Sebuah waktu perjalanan yang sangat singkat memang untuk menuliskan pandangan saya tentang kota ini.  Namun demikian, apa yang saya lihat dan alami selama di sana pada akhirnya mengubah gambaran awal saya tentang Tawau. Bye bye Tawau!
Extended stories....
Berlabuh di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan
Selamat datang kembali di Indonesia :)

Jam di handphone menujukkan pukul 15.10 sore ketika kapal merapat di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan. “Bahagia nya ketika melihat merah putih berkibar di langit tempat saya berpijak kini!”. Sayangnya, saya tak lagi mendapatkan tiket speedboat ke Tarakan sore ini. Saya pun memutuskan menginap di sebuah hotel tak  jauh dari pelabuhan. Namanya Hotel Melati Indah. Per malam dikenai biaya 300.000 IDR. Besok pagi saya baru akan ke Tarakan. Begitulah rencana saya.

Saya memesan tiket speed boat dari seorang agen calo. Saya harus membayar 450.000 IDR. Belakangan saya baru tahu ternyata harga sebenarnya yang tertera pada tiket speed boat (Nunukan – Tarakan) hanya 230.000 IDR sahaja. Syahh, saya menjadi korban scam (penipuan). “Salah saya yang tak mau repot mencari tahu dan membeli tiket speed boat di loket resmi. Ikhlaskan saja kak!”. Kejadian ini menjadi catatan bagi saya untuk kedepannya lebih berhati-hati. Ya, tipu-tipu calo sudah menjadi kasus klasik di negeri kita!

Hari ke-5 : Nunukan – Tarakan – back to site (pulang)
Speed boat dari Pulau Nunukan ke Tarakan berangkat dari Pelabuhan Liem Hie Djung atau orang lokal menyebutnya Pelabuhan Tanah Merah. Karena itu saya masih harus naik angkot lagi dari depan Hotel Melati Indah. Ongkosnya 10.000 IDR. Sama dengan Tarakan, di Nunukan minibus angkot (angkutan kota) dipanggil taksi. 

Pukul 07.40, speed boat CB Tri Putri Tunggal Dewi membawa saya menuju Tarakan. Perjalanan laut dari Pulau Nunukan ke Tarakan menghabiskan waktu dua jam. Di Tarakan, mampir dulu ke kantor, nanti sore saya pun kembali ke habitat yang sebenarnya oh site Krassi.


 Tawau 
Sabah, Malaysia
15.07.2016 - 18.07.2016

1 comment:

  1. hebat bgt kak, jalan2 sendiri ke tawau,, sya pgen bgt ksna, insyaAllah tahun depan mau berlebaran disana.. kgen bgt dgn makanan khas malaysia.. yaitu teh tarik, mie goreng, nasi lemak,,

    ReplyDelete