Killing Field of Choeung Ek, Kamboja |
Kamboja pernah memiliki sejarah yang kelam di masa kepemimpian Pol Pot. Salah satu bukti nyata kekejaman Pol Pot terdadap rakyat Kamboja dapat dilihat di Tuol Sleng Genocide Museum dan Killing Field of Choeung Ek. Sembari membuka kembali album photo yang saya ambil ketika mengunjungi Phnom Penh, saya mencoba mengumpulkan energi untuk menulis cerita ini. Merinding, takut bercampur perasaan sedih. Begitulah yang saya rasakan ketika mengunjungi kedua tempat tersebut.
Sejarah Kamboja mencatat, pemimpin tentara Khmer Merah ini mulai berkuasa sejak 17 april 1975.
Awalnya Pol Pot berkeinginan menjadikan Kamboja sebagai negara yang makmur di
bidang agraris. Proyek besar ini disebut revolusi agraris. Namun kemakmuran
yang dijanjikan Pol Pot di awal pemerintahan justru menjadi awal masa kegelapan
bagi rakyat Kamboja. Supaya penduduk Phnom Penh mau pindah ke pedesaan awalnya
ditakut-takuti bahwa Phnom Penh akan dibom Amerika Serikat. Hingga akhirnya
cerita ini menjadi kisah menyayat hati , penduduk tidak hanya dipaksa pindah
tetapi juga disiksa dan dibunuh secara sadis. Target utama adalah membunuh kaum
intelektual yang dianggap pembangkang di masa pimpinan Pol Pot. Kegilaan Pol
Pot baru berhenti pada tahun 1979 ketika pasukan Vietnam mengambil alih
kekuasaan. Meski hanya berkuasa empat tahun, dampak akibat pembataian Pol Pot
ini sungguh tak terbayangkan. Lebih dari dua juta rakyat kamboja harus mati
karena rezim yang haus darah itu. Pada tahun 1997, Pol Pot akhirya ditangkap
setelah 27 tahun bergerilya di dalam hutan. Setahun kemudian, Pol Pot meninggal
sebelum sempat diadili. (dikutip dari berbagai sumber)
Saya mengunjungi
kedua tempat tersebut lebih baik menggunakan tuk tuk (yaitu sejenis becak motor
di Indonesia). Menyewa tuk tuk
sekaligus guide seharian. Selain mengunjungi Tuol Sleng Genocide Museum dan Killing Field of Choeung Ek juga tempat-tempat
menarik lainnya di Phnom
Penh. Dijemput dari guest house di pagi hari, kemudian sorenya kembali ke
penginapan dan akhirnya diantar ke kantor agen bus (melanjutkan perjalanan ke
Siem Reap).
Dengan 20 USD, saya pun menyewa tuk tuk bong (baca : abang) Toni. Info dari berbagai blog yang saya baca, jika pandai menawar harga sewa tuk tuk bisa saja 15 USD. Bagaimanapun, saya malah bersyukur bertemu dengan bong Kamboja yang baik ini. Membantu saya mengatur pertemuan dengan bong Chern (guide saya di Siem Reap). Bong Toni menyarankan untuk mengunjungi Tuol Sleng Genocide terlebih dahulu sebelum Killing Field of Choeung Ek.
Dengan 20 USD, saya pun menyewa tuk tuk bong (baca : abang) Toni. Info dari berbagai blog yang saya baca, jika pandai menawar harga sewa tuk tuk bisa saja 15 USD. Bagaimanapun, saya malah bersyukur bertemu dengan bong Kamboja yang baik ini. Membantu saya mengatur pertemuan dengan bong Chern (guide saya di Siem Reap). Bong Toni menyarankan untuk mengunjungi Tuol Sleng Genocide terlebih dahulu sebelum Killing Field of Choeung Ek.
Tuol Sleng Genocide Museum
Terletak di pusat kota Phnom Penh
tepatnya Street 131,
Sangkat Beoung Keng Kang III, Khan Charmkarmorn. Buka setiap
hari dari jam 8 pagi hingga jam 5
sore. Harga tiket masuk 3 USD. Apabila membutuhkan jasa guide juga tersedia di lokasi, dengan
tambahan biaya tentunya.
Dulunya Tuol
Sleng Genocide adalah gedung sekolah yang fungsinya diubah menjadi penjara dan tempat penyiksaan di masa kepemimpinan
Pol Pot. Sebelum dibawa
ke Choeung Ek, para korban diinterogasi di penjara yang diberi kode S-21
ini.
Bangunan di sini terdiri dari Gedung A,B,C dan D.
Gedung A dan Security of
Regulation
Gedung A yang berlantai 3 ini merupakan tempat para
korban diinterogasi, dianiaya dan di siksa dengan berbagai macam alat dan cara. Ranjang dan alat-alat penyiksaan masih dibiarkan di masing-masing ruangan
meskipun sudah tidak utuh lagi. Persis di depan Gedung A terdapat juga bekas penyiksaan
dengan cara lainnya yaitu digantung. Sungguh keji :'(
Gedung B berisi foto-foto korban dari mulai anak kecil hingga orang dewasa
baik laki-laki dan perempuan. Sebelum korban
disiksa, mereka difoto terlebih dahulu dengan berbagai ekspresi. Kemudian
korban yang telah disiksa dengan sadis juga difoto para kaki tangan Pol Pot. Melihat foto-foto korban yang disiksa
secara membabi buta, membayangkannya saja membuat saya merinding dan takut :’(
.
Gedung B
Mereka adalah korban kekejaman Pol Pot. Hati berasa sesak melihat foto-foto pemuda ini. Pol Pot begitu tega menghabisi nyawa generasi muda
penerus Kamboja ini. Sungguh biadab & kejam!!
Kumpulan baju yang dipakai para korban
Anak-anak pun tak luput dari kekejaman Pol Pot. Mereka dipakasa untuk bekerja melakukan pekerjaan berat seperti membajak sawah dan pekerjaan lainnya.
Anak-anak pun tak luput dari kekejaman Pol Pot. Mereka dipakasa untuk bekerja melakukan pekerjaan berat seperti membajak sawah dan pekerjaan lainnya.
Gedung C adalah penjara para korban. Tempatnya lebih tidak manusiawi, merupakan ruang kelas yang diberi sekat-sekat kecil seperti
kandang hewan untuk memenjarakan para korban. Gedung
dilingkari kawat-kawat besi tajam yang bertujuan agar tidak ada yang kabur.
Gedung C
Gedung
D berisi alat-alat penyiksaan.
Yang membuat saya merinding adalah di lantai gedung terdapat ceceran noda darah
para korban yang telah mengering.
Melihat apa yang ada
di Tuol Sleng Genocide membuat saya tak
ingin berlama-lama di sini .
Bukti nyata yang telah menorehkan sejarah penuh kelam bagi rakyat Kamboja.
Tempat dimana dahulu dipenuhi orang-orang yang didera penderitaan lahir bathin
menunggu ajal yang siap menunggu di depan mata. Menyedihkan …
Perjalanan
menuju Killing Field of
Choeung Ek. Sebagian besar jalanan kota Phnom Penh dalam kondisi berdebu.
Killing Field of Choeung Ek
Killing Field of Choeung Ek berjarak 15 km dari pusat
kota Phnom Penh. Terletak di Choueng Ek Commune, Dangkor District, Phnom
Penh. Buka setiap dari dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Harga tiket masuk 6 USD (sudah termasuk audio tour
).
Dari lebih dari 300 ladang pembantaian yang tersebar di Kamboja, Killing Field of Choeung Ek lah yang paling terkenal kekejamannya. Dan sebenarnya masih banyak ladang pembataian
lainnya di seluruh pelosok Kamboja yang sampai sekarang bahkan belum diketahui
lokasinya. Apa saja yang ada di Killing Field of Choeung Ek, berikut rangkumannya.
Denah Killing Field of Choeung Ek
Audio tour dalam bahasa Inggris akan menjelaskan tentang apa yang sesungguhnya terjadi di ladang pembantaian ini.
Stop number 1 : Introduction. Pol Pot and Khmer
Rouge march into Phnom Penh, 17th April
1975.
Begitu memasuki
situs Killing Field of Choeung Ek ini, terlihat sebuah “Memorial
Stupa” berdiri kokoh. Monumen ini didirikan untuk mengenang korban
yang telah dibunuh secara keji di sini.
Memorial Stupa - Killing Field of Choeung Ek
Di dalam Memorial Stupa terdapat lemari yang dipasang kaca dan
terdiri dari beberapa tingkat. Dimana di setiap tingkatnya terdapat puluhan
tengkorak kepala manusia. Di bagian paling bawah monumen ini terdapat baju-baju
para korban yang sudah lapuk. Baru saja saya memulai tur, bulu kuduk saya
berdiri melihat tumpukan tengkorak yang tidak diketahui identitasnya
itu.
Stop number 2 : Truck Stop. Him Huy, Khmer Rouge Guard and
Executioner.
Stop number 3 : Dark and Glommy Detention.
Adalah tempat di
mana para korban diangkut dari Tuol Sleng dan penjara-penjara lain di
negara ini. Ketika truk tiba, biasanya para
korban dieksekusi segera. Namun, karena jumlah
korban yang akan dieksekusi meningkat. Hingga mencapai 300 orang per hari, eksekutor tidak
mampu untuk membunuh mereka semua dalam satu hari. Mereka
pun ditahan untuk dieksekusi pada hari berikutnya. Tempat penahanan dibangun
dari kayu dengan atap baja galvanis. Temboknya dibagi menjadi dua lapisan kayu
yang dibuat gelap untuk mencegah tahanan melihat satu sama lain. Dark &
Glommy Detention dibongkar pada tahun 1979. Jadi pada saat ini kita tak bisa
lagi melihat tempat tahanan mengerikan ini.
Stop number 4 : The Executioners Working Office.
Pada masa itu, kantor eksekutor telah
dilengkapi fasilitas listrik yang memungkinkan mereka untuk melakukan eksekusi,
membaca dan menandatangani daftar nama korban di malam hari.
Stop number 5 : Former Chinese Ceremonial Kiosk.
Stop number 6 : Chemical Subtances Storage Room.
Disini adalah tempat penyimpanan bahan kimia seperti D.D.T (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane)
yang biasa dipakai untuk racun serangga. Eksekutor menyebarkan bahan kimia ini
kepada tubuh korban segera setelah eksekusi. Tujuannnya untuk mengurangi bau
bangkai tubuh korban tercium yang berpotensi akan menimbulkan kecurigaraan di
sekitar ladang pembantaian. Tujuan yang kedua untuk membunuh korban yang
dikubur hidup-hidup. Ya Allah, tega sekali mereka melakukan perbuatan kejam
ini.
Stop number 7 : Mass Grave.
Ketika penggalian tahun 1980,
diidentifikasi sebanyak 450 korban ditemukan di kuburan massal ini. Tengkorak dan tulang belulang manusia di temukan di tempat ini.
Tempat penemuan tengkorak dan
tulang belulang manusia
(mass grave)
Stop number 8 : Killing Tools Storage Room.
How people were killed.
Stop number 9 : Chinese Grave. Bones and Teeth
Fragments.
Stop number 10 : Longan Orchard. People worked
to death by Angkar.
Stop number 11 : Walk on path by lake. Music and
Memories “A Memory from Darkness” by Him Sophy.
Stop number 12 : Survivor Stories .
Di bagian ini
diceritakan kisah nyata dari para survivor yang selamat dari kekejaman di
masa Pol Pot. Tentu saja cerita itu akan menyayat hati kita. Diantaranya
cerita ;
Loss of an infant
Witness to a killing
Rape leads to shame
One man’s story
The first day, forced
to leave home
In the village, his
cousin killed in front of him
Anger, isolation, his
mother’s dream, hope
Arrested and beaten;
saved by stranger sacrifice
Escape to America, returns
for revenge, healing
Stop number 13 : Mass Gave. Ditemukan
sekitar 166 korban tanpa kepala di sini.
Stop number 14 : Glass Box. Sewaktu penggalian kuburan massal
ini tahun 1980, pakaian para korban dikumpulkan dan ditempatkan dalam sebuah
kotak kaca yang dapat dilihat saat ini. Pakaian ini terlihat sangat lusuh,
kebanyakan di antaranya masih terlihat darah korban yang mengering.
Stop number 15 : The Killing Tree. Di tempat ini
anak-anak dibunuh dengan cara yang sangat kejam.
Stop number 16 : Glass Box. Mengerikan melihat
kumpulan tulang belulang dan gigi para korban yang ditempatkan di sebuah wadah
kaca.
Stop number 17 : The Magic Tree. Pohon ini
digunakan untuk menggantung alat pengeras suara (loudspeaker), dipakai
para eksekutor untuk membuat suara mereka terdengar keras sekaligus untuk
tujuan mengurangi efek erangan korban yang sedang dieksekusi.
Stop number 18 : Memorial Stupa.
Stop number 19 : Farewell. Dengan “Oh Phnom Penh
Instrumental & Oh Phnom Penh Vocal” sebagai penutup.
Phnom Penh, 29 Agustus 2013
Semoga tragedi kemanusiaan yang menyedihkan ini tidak menimpa negara manapun di masa kini dan mendatang.
No comments:
Post a Comment