Awalnya saya mengira Kota Nunukan
itu berada di wilayah daratan Borneo. Ternyata tidak! Ibukota Kabupaten Nunukan
ini merupakan sebuah pulau, namanya Pulau Nunukan. Pulau ini bersebelahan
dengan Pulau Sebatik, pulau terdepan Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan
Utara (Kaltara), Indonesia.
Sebagai daerah pulau, Nunukan
hanya bisa dijangkau dengan jalur udara jalur laut. Untuk jalur udara, lama
penerbangan oleh pesawat perintis (Susi Air & Kalstar) dari Bandara Nunukan
ke Bandara Juwata, Tarakan hanya 20 menit saja. Sedangkan untuk jalur perairan seperti
perahu motor cepat (speedboat) membutuhkan waktu perjalanan sekitar 2 jam.
Di postingan 3 Hari di Tawau sebelumnya saya sempat menyinggung bahwa saya memesan tiket speed boat dari seorang calo tiket. Yakk,, kalau ingat kejadian itu saya kapok. Cukup sudah jadi korban tipu-tipu calo tiket speed boat di Nunukan. Seharusnya
saya membeli tiket speed boat langsung di loket resmi pelabuhan.
Tiket speed boat itu adalah CB Tri Putri Tunggal Dewi untuk keberangkatan dari Nunukan ke Tarakan pukul 07.40 pagi. Berangkat dari
Pelabuhan Liem Hie Djung, orang lokal
menyebutnya Pelabuhan Tanah Merah. Karena saya
menginapnya di Hotel Melati Indah (kawasan Pelabuhan Tunon Taka), saya harus naik
angkot untuk mencapai pelabuhan Pelabuhan Liem Hie
Djung
(sama dengan Tarakan, di Nunukan angkot minibus
dipanggil taksi). Kalau mau jalan kaki, butuh waktu 35 menit (2,8 km). Jangan lupa untuk mengatakan ke bapak supir
untuk mengantarkan kita ke Pelabuhan Tanah Merah ya kak!.
Nah, ini adalah
cerita ketika
untuk pertama kalinya saya melakukan perjalanan naik
speedboat dari Nunukan ke Tarakan.
Selasa, 19 Juli 2016…Nyaris saja saya ketinggalan speed boat! Tentu saja nyaris, saya baru
sampai di pelabuhan 10 menit sebelum keberangkatan. “Lagian itu salah saya,
kenapa baru bergerak dari hotel jam 07.20 pagi”. Untungnya, perjalanan naik
angkot ke dari Pelabuhan Liem Hie Djung hanya butuh sekitar
10 menit. Begitu angkot merapat di pintu masuk pelabuhan, saya langsung menyerahkan
ongkos 10.000 rupiah ke bapak supir. Turun dari angkot, buru-buru masuk ke
dalam gedung pelabuhan. Ternyata untuk masuk ke ruang keberangkatan speed boat Pelabuhan Liem Hie Djung, kita harus bayar retribusi sebesar 2.000 rupiah.
Tak ada waktu santai buat
saya memandang secara detail bagian dalam gedung pelabuhan ini. Saya yang menggendong rasel dan
menggerek koper merah, terus berjalan cepat menuju tempat
speed boat CB Tri Putri Tunggal
Dewi bersandar. Sekalinya, saya salah masuk lorong keberangkatan. Lalu
berbalik mundur ke belakang lalu berjalan cepat ke lorong sebelah kiri.
Hahhh,,,barulah bernafas lega
ketika saya sudah berada di dalam
speed
boat.
 |
Dalam kondisi terburu-buru pun saya masih sempat-sempatnya memotret. Saya suka dengan tampilan lorong-lorong keberangkatan Pelabuhan Liem Hie Djung. |
Di dalam speed boat B Tri Putri Tunggal Dewi....Formasi kursinya 2-2, kecuali di
barisan belakang. Spasi antar barisan kursi lumayan luas cukuplah untuk tempat meletakkan barang bawaan saya. Kursinya empuk dan nyaman tak
kalah dengan kursi pesawat. Tampilannya jelas terlihat sangat terawat, bersih
pula. Pelampung ditempatkan tepat di atas masing-masing kursi penumpang dan di bawah kursi dekat jendela, sangat
mudah dijangkau jika terjadi kondisi tidak aman dalam perjalanan.Penumpang
duduk sesuai nomor kursi yang tertera di tiket! Saya tidak terlalu
memperhatikan berapa sesungguhnya kapasitas dalam speed boat ini mungkin bisa mengangkut 20-30 penumpang. Mengalihkan
padang ke bagian depan speed boat. Terdapat
sebuah layar LCD tergantung. Diputar sebuah film pada layar tersebut, hiburan sepanjang
perjalanan. Di bawah depannya atau tepatnya
dekat kursi motoris, ada sebuah alat navigasi GPS dan radio komunikasi. Dan ternyata ada CCTV nya juga. Kursi-kursi tak
terisi penuh penumpang. Samping kursi saya kosong, saya pun bisa merapat ke
kursi dekat jendela. Itulah gambaran tentang speed boat CB Tri Putri Tunggal
Dewi (Nunukan - Tarakan).
 |
Di dalam speed boat CB Tri Putri Tunggal Dewi (Nunukan - Tarakan) |
Speed boat kini melaju, menghempas di atas perairan Selat Sebatik. Saya pun terhanyut
dalam pandangan ke luar jendela. Di luar sana (sisi kanan perjalanan speed boat) terpampang panorama berlatar
hijaunya daratan Pulau Nunukan. Tak ada penampakan gedung-gedung seperti Tawau.
Sebuah kapal pelni besar yang sedang berlayar, salah satu pemandangan mencolok
yang saya lihat. “Hahhh,,kapan-kapan saya harus melakukan perjalanan dengan
kapal pelni!”. Mengalihkan pandang ke bagian kiri badan speed boat, di luar sana adalah Pulau Sebatik nya negara kita Indonesia. Panoramanya
sangat kontras dengan Pulau Nunukan. Kerapatan warna hijau di Pulau Sebatik
menunjukkan pulau ini sangat jarang penduduk.... Dua puluh menit kemudian, Pulau Nunukan
menghilang dari jangkauan pandangan saya. Speed
boat kini melaju di perairan yang lebih luas, Laut Sulawesi. Menyusuri perairan Kalimantan Utara ke arah selatan menuju Pulau Tarakan!
No comments:
Post a Comment