Senin, 18 Juli 2016…. Siang
ini saya pulang ke Indonesia melalui Pulau Nunukan. Momen ini sekaligus
menjadi pengalaman pertama kalinya bagi saya melintasi batas negara Malaysia -
Indonesia melalui jalur laut.
Sama seperti hari-hari sebelumnya, langit
bandar Tawau pagi ini pun cerah. Dengan langkah kaki mantap, saya meninggalkan Economy Hostel menuju Pelabuhan Tawau. Dua
hari di sini, membuat saya sudah sangat hapal jalan menuju pelabuhan. Tak jauh!
Melewati Pasar Tanjung Tawau kemudian melewati bangunan baru Tawau Ferry Terminal hingga sampai
lah saya di Pasar Ikan Tawau.
Saat ini Pelabuhan Internasional Tawau masih melalui bangunan
pelabuhan lama yang lokasinya bersebelahan dengan Pasar Ikan Tawau. Begitu
sampai di sini, kesan awal yang terlihat adalah suasana nya yang semrawut.
Para calon penumpang berdiri, memadati bagian luar depan jejeran loket agen tiket kapal. Menunggu panggilan disuruh masuk ke
dalam bangunan pelabuhan. Siapa sangka, bangunan berpagar sederhana di ujung jalan
yang menjorok ke laut itu adalah pintu masuk/keluar negara Malaysia.
Imigrasi Pelabuhan Tawau |
Menunggu di depan jejeran loket agen tiket kapal laut di Pelabuhan Tawau |
Semakin siang, semakin gerah. Bau
keringat manusia semakin kentara. Pemandangan
tumpukan koper/tas besar dimana-mana. Hiburan pada saat menunggu seperti ini
adalah mendengarkan macam-macam dialek bahasa percakapan dari orang-orang di sekitar
saya. Salah satunya begitu tak asing di telinga. Apalagi kalau bukan bahasa
Indonesia dialek Tarakan. Pengucapan ”bah”
di akhir kalimat, itu tandanya.
Para pedagang di sini paham betul
dengan sering wara-wirinya warga negara Indonesia-Malaysia. Lapak dagangannya
tak jauh-jauh dari SIM card (baik itu provider seluler punya Indonesia
maupun Malaysia) dan jasa penukaran uang. Kejadian tak mengenakkan dialami
seorang calon penumpang. Dia berdiri di persis depan meja kerja seorang agen travel. Tiba-tiba saja si kakak agen
tersebut berkata-kata dengan nada yang sangat tinggi. Katanya itu
mengganggunya! Si abang (calon penumpang) itu pun meminta maaf dan berpindah
tempat berdiri. Namun si kakak masih melanjutkan marahnya, panjang pula. Semua
orang di sekitar termasuk saya yang berdiri tak jauh dari tkp hanya bisa
melirik diam. Maklum,,mungkin karena saking berjubelnya manusia yang berdiri di
sini, sesak! Jadi gampang emosian…
Overload |
Entah
kapan, nama kapal yang saya tumpangin dipanggil, padahal waktu di handphone menujukkan hampir pukul 11.30. Penumpang akan dipanggil masuk ke gedung imigrasi
pelabuhan berdasarkan nama kapal dan jadwal keberangkatan…… Mendekati pukul 12.00 siang, barulah calon penumpang MV
Labuan Express 5 disuruh masuk ke dalam gedung pelabuhan. Oh iya, ternyata
bukan hanya MV Labuan Express 5, calon penumpang kapal Purnama Express juga
dipanggil.
Saya pun bergerak maju sesuai barisan antrian. Menggerek koper, melewati pemeriksaan/scanning barang-barang bawaan. Kami lalu diarahkan menuju ruangan sebelahnya, mengisi kursi-kursi yang ada. Tetap saja overload sehingga sebagian orang harus rela berdiri.
Giliran saya diperiksa petugas imigrasi pada pukul 13.00 siang. Tanpa pertanyaan dari petugas saya langsung mendapat cap imigrasi keluar. Saya pun lanjut berjalan menyusuri jalur lorong pejalan. Sebelum masuk ke kapal, kita harus membayar pass Imigration Tawau sebesar 5 MYR atau 16.900 IDR.
Konyol!!…. Dalam perjalanan naik kapal dari Tawau menuju Nunukan ini lah kekonyolan yang saya alami. Ceritanya…tiket dari agen travel yang saya miliki ada cap MV Labuan Express 5. Artinya kapal motor yang saya naiki ya MV Labuan Express 5. Ketika baru saja bergerak mengarungi perairan, saya pun melihat ke arah tumpukan pelampung (life jacket) yang berada di atas kursi kedua sisi kapal, labelnya Purnama Express. Nah kak!! “Apa mungkin saya salah naik kapal, karena sewaktu saya naik kapal tadi, ada juga sebuah kapal merapat di sebelahnya”. Saya pun bertanya kepada bapak di sebelah bangku saya. “Pak, ini kapal Purnama Express ke Nunukan kan ?” tanya saya. Beliau pun mengiyakan. Pikiran saya berubah galau. Berusaha mencari solusi…”Tenang Ran, tak apa-apa salah kapal yang penting tujuan tetap sama “Nunukan!” begitulah pikiran saya. Satu hal yang paling dikhawatirkan adalah ketika pemeriksaan tiket oleh petugas. Dari kursi depan, petugas mulai memeriksa. Sebentar lagi barisan kursi saya…”Jika ketahuan sama petugas, pura-pura saja syok…baru tahu tiket yang saya punya adalah Labuan Express. Tak mungkin juga diturunkan di tengah laut!!” begitulah pikiran saya… Akhirnya giliran saya, menyerahkan tiket…..dan dalam hitungan beberapa detik bapak petugas menyerahkannya lagi ke saya. “Hahhh,,untunglah!!”. Kalau saja bapak petugasnya teliti memeriksa nama kapal yang seharusnya saya naik, entah apa yang akan terjadi.
Hahhh,,lupakan kegalauan konyol saya! Mari menghayati perjalanan ini!. Saya pun melemparkan pandangan ke luar jendela buram kapal ini. Samar-samar, panorama di sebelah kiri kapal ini, perairan berlatar daratan di ujung titik pandang. Tebakan saya, itu Pulau Sebatik. Suara deru mesin kapal menjadi musik pengiring perjalanan ini. Saya pun kembali berbincang dengan bapak sebelah saya. Dari cerita beliau, saya baru mengetahui bahwa ada tiket Nunukan-Tawau (pergi pulang), harganya 300.000 IDR. Jauh lebih murah dibanding tiket yang saya pegang Tawau-Nunukan (one way), harganya 75 MYR atau sekitar 253.000 IDR. Nah ini bisa menjadi referensi kak, next time dari Nunukan ke Tawau, langsung saja membeli tiket pp di loket agen resmi pelabuhan.
Kondisi konter imigrasi kedatangan di sini memang tak sebagus Tawau. Bukan sebuah gedung tertutup. Tempat mengantri berada di ruangan terbuka. Malah bisa dibilang mirip seperti loket pembayaran tiket. Tak banyak petugas imigrasi yang wara-wiri di sini. Tak ada strerilisasi ruangan!. Ketika saya dalam barisan antrian, beberapa orang dari luar yang bukan penumpang ataupun bukan petugas pelabuhan berseragam bahkan dengan bebasnya berkeliaran di sini. Ada yang menawarkan hotel ataupun tiket speedboat ke Tarakan.
Meskipun dengan segala kekurangan/lemahnya pengawasan imigrasi kedatangan Pelabuhan Tunon Taka Nunukan ini, satu hal yang membuat saya bangga adalah pelayanannya. Di sini tak, ada pendahuluan antara orang lokal dan orang asing. Sama-sama mengantri dalam barisan yang dibuat terpisah dan sejajar. Bukan seperti di Imigrasi Tawau yang tadi saya alami!.
Saya pun bergerak maju sesuai barisan antrian. Menggerek koper, melewati pemeriksaan/scanning barang-barang bawaan. Kami lalu diarahkan menuju ruangan sebelahnya, mengisi kursi-kursi yang ada. Tetap saja overload sehingga sebagian orang harus rela berdiri.
Jadwal
keberangkatan yang tertera di tiket sudah lewat namun calon penumpang MV
Labuan Express 5 ke Nunukan belum dipersilahkan untuk masuk ke dalam kapal atau
paling tidak langsung mengantri untuk urusan imigrasi?. Tak sesuai jadwal alias
ngaret. Dan tak ada penjelasan dari petugas pelabuhan. Kenyataannya, kita masih
menunggu intruksi selanjutnya. Petugas yang berjaga di pintu masuk ke ruang
imigrasi pun masih belum terlihat.
Selagi menunggu…saya pun
mengobrol dengan seorang ibu di sebelah saya. Saya penasaran dengan barang
bawaan beliau yang sangat santai. Hanya sebuah tas tenteng dan 2 kantong
plastik bening berisi barang kebutuhan sehari-hari (sayur mayur dsb). Ibu yang tinggalnya
di Sungai Nyamuk, Pulau Sebatik bercerita bahwa beliau habis berbelanja di Pasar
Tanjung Tawau. Alasan beliau, jauh lebih murah dibanding Sebatik ataupun Pulau
Nunukan. Dulu, sewaktu speed boat
dari Sebatik langsung ke Tawau masih beroperasi, beliau bahkan lebih sering ke
Tawau. Jika ditotalin uang belanja si ibu + biaya transportasi
Sebatik-Nunukan-Tawau pp, jatuhnya masih lebih murah dibanding jika si ibuk
berbelanja di Pulau Sebatik/ Pulau Nunukan. Saya pun teringat biaya makan siang
standar saya selama di Tawau. Jika saya bandingkan dengan Tarakan, harganya
bisa setengahnya, jujur lebih murah
di Tawau.
Di Tawau itu biaya hidup
lebih murah, harga barang-barang kebutuhan pokok terjangkau, fasilitas kesehatan dan sekolah (negara) ok dan infonya gaji ringgit di Tawau
lumayan. “Kebayang kan kak, mengapa Tawau itu sangat menggiurkan bagi
masyarakat perbatasan negara kita”. Semoga
ini lebih menyadarkan kita untuk lebih memperhatikan pembangunan daerah
perbatasan…
Suara petugas membangunkanku dari
lamunan…Calon penumpang sudah boleh masuk ke ruang imigrasi keberangkatan.
Tapi,,,yang pertama disuruh mengantri di pintu masuk adalah pemegang paspor
Malaysia, pemegang paspor hijau setelahnya! Setahu saya, proses imigrasi itu
tak ada istilah orang lokal didahulukan baru orang asing, barisan antriannya
dipisah dan sejajar. Ini pertama kalinya saya alami!! Jadinya saya pun harus menunggu lagi, tunggu antrian orang
lokal habis. Begini kah nasib pemegang
paspor hijau di Imigrasi Tawau. Ada yang pernah mengalami kejadian seperti ini di Tawau?
Menunggu masuk ke ruangan pemeriksaan imigrasi |
Giliran saya diperiksa petugas imigrasi pada pukul 13.00 siang. Tanpa pertanyaan dari petugas saya langsung mendapat cap imigrasi keluar. Saya pun lanjut berjalan menyusuri jalur lorong pejalan. Sebelum masuk ke kapal, kita harus membayar pass Imigration Tawau sebesar 5 MYR atau 16.900 IDR.
Bersama
penumpang lainnya, saya masuk ke kapal dan langsung mengambil kursi barisan
tengah bagian tengah. Ya, Penumpang memang bebas memilih tempat duduk. Tak ada penomoran kursi! Kapal pun bergerak meninggalkan daratan
Tawau pukul 13.30.
………….
Tiket kapal laut Tawau-Nunukan saya |
Konyol!!…. Dalam perjalanan naik kapal dari Tawau menuju Nunukan ini lah kekonyolan yang saya alami. Ceritanya…tiket dari agen travel yang saya miliki ada cap MV Labuan Express 5. Artinya kapal motor yang saya naiki ya MV Labuan Express 5. Ketika baru saja bergerak mengarungi perairan, saya pun melihat ke arah tumpukan pelampung (life jacket) yang berada di atas kursi kedua sisi kapal, labelnya Purnama Express. Nah kak!! “Apa mungkin saya salah naik kapal, karena sewaktu saya naik kapal tadi, ada juga sebuah kapal merapat di sebelahnya”. Saya pun bertanya kepada bapak di sebelah bangku saya. “Pak, ini kapal Purnama Express ke Nunukan kan ?” tanya saya. Beliau pun mengiyakan. Pikiran saya berubah galau. Berusaha mencari solusi…”Tenang Ran, tak apa-apa salah kapal yang penting tujuan tetap sama “Nunukan!” begitulah pikiran saya. Satu hal yang paling dikhawatirkan adalah ketika pemeriksaan tiket oleh petugas. Dari kursi depan, petugas mulai memeriksa. Sebentar lagi barisan kursi saya…”Jika ketahuan sama petugas, pura-pura saja syok…baru tahu tiket yang saya punya adalah Labuan Express. Tak mungkin juga diturunkan di tengah laut!!” begitulah pikiran saya… Akhirnya giliran saya, menyerahkan tiket…..dan dalam hitungan beberapa detik bapak petugas menyerahkannya lagi ke saya. “Hahhh,,untunglah!!”. Kalau saja bapak petugasnya teliti memeriksa nama kapal yang seharusnya saya naik, entah apa yang akan terjadi.
Kondisi fisik di dalam kapal sedikit klasik aka tua |
Hahhh,,lupakan kegalauan konyol saya! Mari menghayati perjalanan ini!. Saya pun melemparkan pandangan ke luar jendela buram kapal ini. Samar-samar, panorama di sebelah kiri kapal ini, perairan berlatar daratan di ujung titik pandang. Tebakan saya, itu Pulau Sebatik. Suara deru mesin kapal menjadi musik pengiring perjalanan ini. Saya pun kembali berbincang dengan bapak sebelah saya. Dari cerita beliau, saya baru mengetahui bahwa ada tiket Nunukan-Tawau (pergi pulang), harganya 300.000 IDR. Jauh lebih murah dibanding tiket yang saya pegang Tawau-Nunukan (one way), harganya 75 MYR atau sekitar 253.000 IDR. Nah ini bisa menjadi referensi kak, next time dari Nunukan ke Tawau, langsung saja membeli tiket pp di loket agen resmi pelabuhan.
Di dalam kapal ini, ada pedagang
berjalan yang menjual makanan ringan dan minuman. Haus, belilah sebotol air
mineral 600 ml, harganya 2 ringgit. Transaksi pembayaran bisa juga menggunakan
rupiah.
Menantikan munculnya sinyal Telkomsel Indonesia…Menurut informasi
si bapak sebelah saya, sebentar lagi sinyal
Telkomsel akan muncul. Nah,, ini tanda bahwa tak lama lagi kapal akan memasuki
wilayah laut teritorial Indonesia. Pedagang berjalan muncul menjajakan SIM card Indonesia ini. Dan… saya pun
menengok ke layar handphone, pukul 14.42…jaringan seluler berubah menjadi tanda
edge! Tidak stabil, masih hilang muncul. Yayy, secara tak resmi saya sudah berada di wilayah NKRI.
Di sini, ada jasa penukaran uang
di kapal ini dengan kurs (Juli, 2016) 1
MYR setara dengan 3.200 IDR. Rates nya
sangat bagus, tak kalah dengan money charger resmi di luar sana. Si bapak
pemilik money charger berjalan,
sangat cekatan menukarkan lembaran uang ringgit ke rupiah. Ketika uang yang
ditukar dalam jumlah besar, beliau hanya menggunakan kalkulator cabe untuk
menghitung.
Hampir satu setengah jam sudah
lama perjalanan ini. Jam di handphone menujukkan pukul 15.10 sore ketika kapal
merapat. Penumpang beranjak dari kursi. Masing-masing membawa barang
bawaanya. Tak ketinggalan porter-porter ikut masuk dalam riuhnya penumpang yang
memasuki pelabuhan. Mereka menawarkan jasa nya. Saya pun terus berjalan,
mendekati plang bertuliskan “Selamat Datang di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan” di
ujung jembatan. Belok kiri, mengantarkan kita menuju bagian pemeriksaan
imigrasi Nunukan.
Kapal motor merapat di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan |
Jembatan pelabuhan yang sederhana |
Menuju loket keimigrasian |
Kondisi konter imigrasi kedatangan di sini memang tak sebagus Tawau. Bukan sebuah gedung tertutup. Tempat mengantri berada di ruangan terbuka. Malah bisa dibilang mirip seperti loket pembayaran tiket. Tak banyak petugas imigrasi yang wara-wiri di sini. Tak ada strerilisasi ruangan!. Ketika saya dalam barisan antrian, beberapa orang dari luar yang bukan penumpang ataupun bukan petugas pelabuhan berseragam bahkan dengan bebasnya berkeliaran di sini. Ada yang menawarkan hotel ataupun tiket speedboat ke Tarakan.
Meskipun dengan segala kekurangan/lemahnya pengawasan imigrasi kedatangan Pelabuhan Tunon Taka Nunukan ini, satu hal yang membuat saya bangga adalah pelayanannya. Di sini tak, ada pendahuluan antara orang lokal dan orang asing. Sama-sama mengantri dalam barisan yang dibuat terpisah dan sejajar. Bukan seperti di Imigrasi Tawau yang tadi saya alami!.
Mengantri di Imigrasi Kedatangan Pelabuhan Tunon Taka Nunukan |
Paspor saya pun akhirnya ada cap
imigrasi kedatangan Nunukan, Indonesia! Seketika ada rasa bahagia dalam diri yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Apalagi ketika
melihat merah putih berkibar di langit tempat saya berpijak kini. Meskipun kehidupan di negara tetangga begitu menggiurkan tetapi hidup di negara sendiri tetaplah selalu dirindukan, itu menurut saya!.
Selamat
datang kembali di Indonesia kak :)
|
Peta Lokasi Pulau Nunukan, Indonesia (sumber gambar : google map) |
No comments:
Post a Comment