Saturday 3 September 2016

Menginap di Economy Hostel, Tawau

Economy Hostel, tempat saya menginap pada malam terakhir perjalanan saya di Tawau (17 Juli 2016 – 18 Juli 2016). Penginapan murah meriah!. Sebuah kamar tipe standar, per malamnya hanya 30 ringgit atau sekitar 101.000 rupiah. Fasilitasnya ada wi-fi gratis (free) di seluruh area hostel, kamar ber-AC, room with window. Dengan dimensi yang menurut saya cukup luas. Berasa nyaman  bagi saya yang seorang diri satu orang menginap di kamar  yang seyogianya bisa diisi oleh 2 orang.  Jangan underestimate dulu ketika melihat kondisi bangunan dari luar gedung ruko. Economy Hostel memang terlihat tua tetapi kamar yang saya tempati cukup bersih. Hanya saja kamar mandi nya berada di luar kamar.
Bagian belakang bangunan Economy Hostel
Dilihat dari Jalan Kenanga, Bandar Tawa
u

Lokasinya berada di lantai 2, terhimpit barisan ruko tuo di Jalan Klinik. Dari Masjid Bandar Tawau hanya berjalan puluhan meter saja. Penandanya ruko ketiga dari  Kedai Kopi Yum Yum. Lihat peta google di bawah ini ;

Dari Masjid Bandar Tawau ke Economy Hostel

Tampilan Economy Hostel, Tawau ;

Kamar tipe standar
Koper  jadi ganjalan pintu!
Pemandangan dari jendela kamar!

Economy Hostel, Tawau has story....

Hanya semalam di Economy Hostel, di sini lah saya baru tahu tentang sisi lain kehidupan di Tawau. Mulanya berkenalan dengan bapak pengelola Economy Hostel, pak Ardin. Ya, wajah humble beliau membuat saya berani bertanya tentang Tawau. Rupanya beliau adalah seorang asli Bugis Indonesia yang telah puluhan tahun hidup menetap di Tawau. Ketika tahu saya adalah orang Indonesia, beliau yang awalnya berbicara dalam bahasa Malaysia jadi berbicara dalam bahasa Indonesia.

Beliau cerita betapa maraknya peredaran obat-obatan terlarang di Tawau akhir-akhir ini. Polisi sering razia ke hotel-hotel. Saya pun kaget! Berarti kota yang saya datangi ini termasuk #maaf sarangnya pengedar narkoba begitulah pikiran saya waktu itu. Karena itu, pak Ardin tak akan mau menerima orang sembarangan menginap di sini. Katanya beliau langsung menolak jika ada calon penghuni yang bertanya adalah pecandu narkoba. “Bapak bisa tahu darimana dia pecandu narkoba?” tanya saya penasaran. “Dari ciri-ciri fisiknya, saya langsung tahu!” kata pak Ardin. Hahh, keraguan saya tentang keamanan di Economy Hostel terjawab. Kalau ingat-ingat kejadian digerebek polis Tawau ketika saya menginap di VS, ahhh ngeri juga!

Cerita lainnya yakni betapa banyak orang Indonesia yang bekerja di perkebunan sawit Sabah hingga akhirnya menetap bahkan menjadi warga negara Malaysia. Buktinya suku bugis Indonesia menjadi penduduk mayoritas di Tawau. Taraf ekonomi yang lebih baik dibanding di kampung halamannya, itulah alasan beliau betah hidup di Tawau. 

No comments:

Post a Comment