Economy Hostel, tempat
saya menginap pada malam terakhir
perjalanan saya di Tawau (17 Juli 2016 – 18 Juli 2016). Penginapan murah meriah!. Sebuah kamar tipe standar, per malamnya hanya 30 ringgit atau sekitar 101.000 rupiah.
Fasilitasnya ada wi-fi gratis (free) di seluruh area hostel, kamar
ber-AC, room with window. Dengan dimensi
yang menurut saya cukup luas. Berasa nyaman
bagi saya yang seorang diri satu
orang menginap di kamar yang seyogianya
bisa diisi oleh 2 orang. Jangan underestimate dulu ketika melihat
kondisi bangunan dari luar gedung ruko. Economy Hostel memang terlihat tua
tetapi kamar yang saya tempati cukup bersih. Hanya saja kamar mandi nya berada
di luar kamar.
Bagian belakang bangunan Economy Hostel Dilihat dari Jalan Kenanga, Bandar Tawau |
Lokasinya berada di lantai 2, terhimpit barisan
ruko tuo di Jalan Klinik. Dari Masjid Bandar Tawau hanya berjalan puluhan meter
saja. Penandanya ruko ketiga dari Kedai
Kopi Yum Yum. Lihat peta google di bawah ini ;
Dari Masjid Bandar Tawau ke Economy Hostel |
Tampilan Economy Hostel, Tawau ;
Kamar tipe standar |
Koper jadi ganjalan pintu! |
Pemandangan dari jendela kamar! |
Economy Hostel, Tawau has story....
Hanya semalam di Economy Hostel, di sini lah saya baru tahu tentang sisi lain
kehidupan di Tawau. Mulanya berkenalan dengan bapak
pengelola Economy Hostel, pak
Ardin. Ya, wajah humble beliau
membuat saya berani bertanya tentang Tawau. Rupanya beliau adalah seorang asli Bugis Indonesia yang telah puluhan tahun hidup menetap di Tawau. Ketika tahu saya adalah orang Indonesia, beliau
yang awalnya berbicara dalam bahasa Malaysia jadi berbicara dalam bahasa
Indonesia.
Beliau cerita betapa maraknya peredaran obat-obatan
terlarang di Tawau akhir-akhir ini. Polisi sering razia ke hotel-hotel. Saya pun kaget! Berarti kota yang saya
datangi ini termasuk #maaf sarangnya pengedar narkoba begitulah pikiran saya
waktu itu. Karena itu, pak Ardin tak akan mau menerima orang sembarangan
menginap di sini. Katanya beliau langsung menolak jika ada calon penghuni yang bertanya
adalah pecandu narkoba. “Bapak bisa tahu
darimana dia pecandu narkoba?” tanya saya penasaran. “Dari ciri-ciri fisiknya, saya langsung tahu!” kata pak Ardin. Hahh, keraguan saya tentang keamanan di Economy Hostel terjawab. Kalau
ingat-ingat kejadian digerebek polis Tawau ketika saya menginap di VS, ahhh
ngeri juga!
Cerita lainnya yakni betapa banyak orang Indonesia
yang bekerja di perkebunan sawit Sabah hingga akhirnya menetap bahkan menjadi
warga negara Malaysia. Buktinya suku bugis Indonesia menjadi penduduk mayoritas di Tawau. Taraf ekonomi yang lebih baik
dibanding di kampung halamannya, itulah alasan beliau betah hidup di Tawau.
No comments:
Post a Comment