Tuesday 10 February 2015

Pertunjukan Bambu Saung Angklung Udjo Bandung


Angklung merupakan alat musik tradisional Sunda yang telah diakui dunia (oleh UNESCO) sebagai warisan budaya identitas Indonesia. Nah...apabila berwisata ke Bandung jangan lupa untuk mengunjungi Saung Angklung Udjo (SAU). Di sini kita bisa langsung melihat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu.

Saung Angklung Udjo terletak di Jl Padasuka No 118 kota Bandung, Jawa Barat. Untuk mencapai SAU, kita (Saya, Widya, & Syad) menggunakan transportasi umum dari Terminal Leuwi Panjang, naik bus damri tujuan Terminal Cicaheum. Kemudian turun di perempatan Jalan Padasuka (100 meter sebelum Terminal Cicaheum). Lanjut berjalan kaki sekitar 500 meter menuju lokasi SAU. 

   
Peta Lokasi Saung Angklung Udjo, Bandung

Sempat gak yakin bisa menonton pertunjukan SAU karena sesaat sebelum waktu pertunjukan dimulai kita masih terjebak macet di perjalanan. Apalagi pada saat itu kota Bandung diguyur hujan dengan intensitas tinggi (apalagi sudah bulan nya musim hujan #desember). Mau gak mau kita pun harus menembus guyuran hujan ketika berjalan kaki dari simpang Jalan Padasuka hingga lokasi SAU. Beruntung kita masih bisa membeli tiket masuk meskipun pertunjukan angklung saat itu sedang berlangsung. 

Harga tiket pertunjukkan Saung Angklung Udjo , dewasa (WNI): 60.000 IDR,  adult (foreigner): 100.000 IDR, pelajar (WNI): 40.000 IDR, student (foreigner): 60.000 IDR, dan anak-anak di bawah 3 tahun: gratis.

Memasuki Bale Karesemen dimana tempat pertunjukan bambu SAU berlangsung. Bangunan bale ini bergaya klasik dengan struktur atap Sunda dengan ampiteater di dalamnya. Terdapat kursi kayu yang disusun pada tiga sisi, serta panggung untuk Pangrawit (Karawitan).  Suasana nya pun sangat alami dan asri karena dikelilingi oleh tanaman khas Sunda terutama bambu. Membuat siapapun semakin betah menyaksikan pertunjukan SAU.


Penonton bukan hanya orang lokal Indonesia sendiri tetapi juga turis asing (Eropa, Jepang, China, Korea Selatan, dll). Semuanya terlihat sangat bersemangat menyaksikan pertunjukan SAU ini.

Pertunjukan bambu Saung Angklung Udjo berlangsung selama 1.5 jam dimulai jam 15.30 WIB (setiap hari) dibagi menjadi 9 sesi.

Demontrasi Wayang Golek khas tanah Sunda
Umumnya, pementasan  wayang golek berlangsung lebih dari 7 jam pada malam hari, semalam suntuk. Di SAU, hanya ditampilkan demonstrasi wayang golek, antara lain peragaan bagaimana wayang berbicara, menari & berkelahi.

Karena terlambat tiba di SAU kami tidak bisa melihat pertunjukan sesi pertama ini.

Heleran
Sering dimainkan untuk mengiringi upacara tradisional khitanan maupun saat upacara panen padi. Angklung  yang dimainkan oleh anak-anak didikan sekolah SAU ini adalah angklung dengan nada Salendro/ Pentatonis. Yaitu nada asli angklung Sunda yang terdiri dari atas Da Mi Na Ti La Da. Dimainkan dengan nada riang gembira, karena memang ditujukan untuk menghibur.



Tari Tradisional...Tari Topeng
Penari tradisional cilik membawakan tarian klasik Topeng Kandaga, yaitu rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan Ratu Kencana Wungu yang dikejar-kejar oleh Prabu Menakjingga yang tergila-gila padanya. Tarian ini terbagi atas dua babak : babak pertama (tanpa topeng) dan babak kedua (memakai topeng). Topeng tersebut mewakili karakter perwatakan manusia. Menakjingga dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, tempramental, dan tidak sabaran.

  


Angklung Mini.
Angklung-angklung berukuran minimalis ini tidak hanya dipakai sebagai hiasan, namun juga untuk memainkan lagu-lagu sederhana. Kami pun diajak menyanyikan lagu anak-anak popular seperti lagu melati kenaga dan burung kakak tua dengan diiringi musik angklung sederhana yang dibawakan siswa junior Akademi SAU.



Arumba
Arumba merupakan angklung bertangga nada diatonis, dengan tetap menghasilkan nada yang harmonis dan dinamis. Diciptakan pada tahun 1970-an, ARUMBA merupakan singkatan dari Alunan Rumpun Bambu.


Angklung Padaeng
Disebut angklung Do Re Mi, angklung dengan laras nada diatonis yang diciptakan oleh Bapak Daeng Soetigna (alm) pada tahun 1938. Sejak saat itu, angklung tidak hanya digunakan untuk membawakan lagu-lagu daerah tetapi juga lagu-lagu nasional & internasional.

Bermain Angklung Bersama
Inilah sesi yang paling ditunggu-tunggu penonton. Para siswa junior Akademi SAU berjalan ke arah penonton membagikan  satu angklung bernomor nada ke setiap orang. Kemudian kita diajari teknik sederhana bermain angklung. Cara memainkan angklung hanya dengan menggoyangkan dan menggetarkannya dengan kedua tangan. Interaksi dengan penonton dikemas dengan jenaka dan menarik. Hingga akhirnya kita bisa bersama-sama bermain angklung menyanyikan sebuah lagu.


  


Angklung Orkestra
Saat ini angklung juga sering dikombinasikan dengan alat musik modern seperti gitar, perkusi, dll. Siswa senior Akademi SAU menampilkan pertunjukan angklung orkestra dengan membawakan lagu mulai dari jenis pop, klasik, kontemporer baik itu lagu dalam negri maupun lagu mancanegara. Pertunjukan musik  orkestra angklung berkelas dunia yang sangat memukau.


Menari Bersama
Di akhir sesi pertunjukan, beberapa penonton akan diajak oleh siswa junior Akademi SAU ke tengah-tengah panggung pertunjukan . Dengan senyum mereka yang ceria dan menggemaskan mengajak kita untuk bersama-sama menari sambil memainkan permainan tradisional.


Menonton pertunjukan sekaligus belajar bermain angklung di SAU sungguh sebuah pengalaman yang sangat mengesankan. Tidak rugi rasanya mengeluarkan 60 ribu rupiah demi menyaksikan pertunjukan nada-nada merdu musik angklung yang dikemas dengan sangat menarik dan super keren ini.

Menyaksikan pertunjukan bambu secara langsung di SAU tentunya semakin menambah rasa cinta kita akan budaya Indonesia.

Saung Angklung Udjo Bandung, 24 Desember 2014

No comments:

Post a Comment