Monday 22 September 2014

Royal Palace, Kemegahan Istana Kerajaan Kamboja


Royal Palace merupakan daya tarik wisata paling populer di Phnom Penh. Kompleks istana seluas 16 Ha ini adalah bangunan tradisional Kamboja dengan arsitektur yang sangat indah. Didominasi oleh warna kuning keemasan dengan arsitektur bangunan perpaduan gaya Khmer dan Perancis. Semakin cantik dengan keberadaan berbagai taman yang memiliki koleksi bunga-bunga tropis, seperti bunga alamanda, bunga sala, bunga euphorbia, bunga jarak hias, dan bunga-bunga cantik lainnya.

Dibangun pada 1866, Royal Palace adalah sedikit dari gedung bersejarah di Phnom Penh yang tidak dirusak pada masa kekejaman Pol Pot (1975 - 1979). Terletak di Samdech Sothearos Boulevard (di antara Street 184 dan Street 240). Buka setiap hari 07.30 – 11.00 dan 14.30 – 17.00. Harga tiket masuk 6.5 USD (sudah termasuk biaya mengunjungi Silver Pagoda di dalamnya).

Istana ini menghadap ke arah timur dan terletak di tepian barat dari Chaktomuk yaitu cabang pertemuan Sungai Tonle Sap dan Sungai Mekong. Chaktomuk dalam bahasa Sansekerta: catur mukkha yang berarti empat muka, sebuah kiasan untuk dewa Brahma yang memiliki empat muka menghadap empat penjuru.

Sunday 21 September 2014

Phnom Penh, I’m OK "Knhum Sok Sabai Chea Tay"

Phnom Penh, Kamboja
Memilih solo traveling berarti harus mempersiapkan rencana perjalanan sendiri. Di destinasi sebelumnya (Singapura, Penang dan Ho Chi Minh City), saya membuat rencana perjalanan (itinerary) secara detail sebagai persiapan pra-traveling. Persiapan meliputi akomodasi (reservasi online atau menginap melalui kenalan couchsurfing), list tempat-tempat yang mau dikunjungi, transportasi yang digunakan, dan beberapa informasi penting lainnya. Tetapi berbeda dengan perjalanan saya ke Phnom Penh. Walaupun hanya berbekal minim informasi, saya tetap memberanikan diri  melanjutkan perjalanan darat menuju ibukota Kamboja ini. Di Phnom Penh mau menginap dimana? dan mau mengunjungi tempat apa?  belum tau. Yang jelas, traveling must go show walau tanpa itinerary :D .

Tuol Sleng Genocide dan Killing Field of Choeung Ek - Saksi Bisu Sejarah Kelam Kamboja

Killing Field of Choeung Ek, Kamboja
Kamboja pernah memiliki sejarah yang kelam di masa kepemimpian Pol Pot. Salah satu bukti nyata kekejaman Pol Pot terdadap rakyat Kamboja dapat dilihat di Tuol Sleng Genocide Museum dan Killing Field of Choeung Ek. Sembari membuka kembali album photo yang saya ambil ketika mengunjungi Phnom Penh, saya mencoba mengumpulkan energi untuk menulis cerita ini. Merinding, takut bercampur perasaan sedih. Begitulah yang saya rasakan ketika mengunjungi kedua tempat tersebut.

Sejarah Kamboja mencatat, pemimpin tentara Khmer Merah ini mulai berkuasa sejak 17 april 1975. Awalnya Pol Pot berkeinginan menjadikan Kamboja sebagai negara yang makmur di bidang agraris. Proyek besar ini disebut revolusi agraris. Namun kemakmuran yang dijanjikan Pol Pot di awal pemerintahan justru menjadi awal masa kegelapan bagi rakyat Kamboja. Supaya penduduk Phnom Penh mau pindah ke pedesaan awalnya ditakut-takuti bahwa Phnom Penh akan dibom Amerika Serikat. Hingga akhirnya cerita ini menjadi kisah menyayat hati , penduduk tidak hanya dipaksa pindah tetapi juga disiksa dan dibunuh secara sadis. Target utama adalah membunuh kaum intelektual yang dianggap pembangkang di masa pimpinan Pol Pot. Kegilaan Pol Pot baru berhenti pada tahun 1979 ketika pasukan Vietnam mengambil alih kekuasaan. Meski hanya berkuasa empat tahun, dampak akibat pembataian Pol Pot ini sungguh tak terbayangkan. Lebih dari dua juta rakyat kamboja harus mati karena rezim yang haus darah itu. Pada tahun 1997, Pol Pot akhirya ditangkap setelah 27 tahun bergerilya di dalam hutan. Setahun kemudian, Pol Pot meninggal sebelum sempat diadili. (dikutip dari berbagai sumber)