Purwakarta - Bandung (sumber gambar : google map) |
Selain Kereta Api (KA) Lokal Jakarta
-Purwakarta, KAI juga punya KA Lokal Purwakarta - Cibatu yang harga tiketnya juga super murah. Buat kamu pejalan dengan
budget pas-pasan harus tahu nih bahwa ongkos
perjalanan dari Purwakarta ke Cibatu itu hanya 8.000 IDR. Wuihhh, murah meriah kan kak. KA Lokal Cibatu adalah kereta lokal yang beroperasi di Provinsi Jawa Barat. Kereta ini singgah di Plered,
Padalarang, Bandung Hall, Kiaracondong, Nagreg dan stasiun kereta lainnya
antara Purwakarta dan Cibatu. Hanya saja dalam sehari hanya ada sekali perjalanan,
Purwakarta – Cibatu berangkat pukul
12.55 siang sedangkan Cibatu – Purwakarta pukul 05.40 pagi. [Update 1 April 2017], waktu keberangkatan
mengalami perubahan : Purwakarta – Cibatu pukul 15.45 sedangkan Cibatu – Purwakarta
pukul 10.00 pagi.
By the way, sebelumnya
saya tak tahu Cibatu itu ada dimananya Jawa Barat? Cari di google, Cibatu adalah
desa di Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Pernah dengar daerah Nagreg?
Jalur lintas selatan di kecamatan ini sering diberitakan terutama pada saat
musim mudik lebaran. Nagreg adalah penghubung Bandung dengan kota-kota di
Priangan Timur, seperti Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Nah, 25 km
setelah Nagreg menuju Garut di situlah Cibatu. Baiklah, mungkin di lain
waktu saya harus ke Garut, biar tau Nagreg sekaligus Cibatu. “Ehemm, teman saya
yang orang Garut ajak saya jalan – jalan dong!” :)
05 Desember 2016…. Belum kesampaian dari KA Lokal Jakarta – Purwakarta, siang ini saya
dan Septi ke Kota Bandung dengan naik KA Lokal Cibatu dari Stasiun Purwakarta. Demi untuk menjawab penasaran saya tentang bagaimana rasanya naik KA lokal. Apa yang membedakan KA lokal dengan KA pada umumnya ? Bagaimana tampilan dalam
gerbong KA Lokal Cibatu dan bagaimana kenyamanannya? Banyak pertanyaan yang
muncul di pikiran saya sebelum naik kereta lokal ini.
Stasiun Purwakarta |
Berbeda dengan KA
jarak jauh, tiket KA lokal hanya bisa dibeli langsung di stasiun keberangkatan.
Berapa jam tepatnya tiket harus dibeli tak ada informasi resminya. Pukul 11.00
an kami sudah berada di depan loket pembelian tiket Stasiun Purwakarta. Ternyata
2 jam sebelum waktu keberangkatan, loket pembelian belum buka. Kami pun harus
sabar menunggu.
Ruang tunggu area loket pembelian Stasiun Purwakarta
Ruang tunggu area loket Stasiun Purwakarta itu tak besar, sambil duduk manis kita bisa memandang bebas ke kawasan peron. Pemandangan yang mencolok ada tumpukan gerbong kereta warna – warni tersusun rapi. Dulunya gerbong-gerbong KRL ekonomi non AC lintas Jabodetabek. Oh iya, itu dinamakan kuburan kereta Purwakarta. Kalau kita searching wisata unik Purwakarta, ini salah satunya, cukup viral juga di media sosial.
Kuburan kereta Stasiun Purwakarta
Menjelang jam
12 atau satu jam sebelum waktu keberangkatan, calon penumpang memadati ruangan loket. Dan loket pembelian KA Lokal Cibatu pun dibuka.
Saya masuk ke dalam antrian...Proses pembeliannya pun simple, hanya menyebutkan tujuan kita dan untuk berapa orang, bayarnya dengan uang cash. Dan kini di tangan sudah ada 2 tiket KA Lokal
Cibatu, tujuan Kiaracondong. Bentuk tiket kereta lokal ternyata berupa secarik kertas
potongan kecil, ada juga barcodenya.
Mengantri membeli tiket kereta (kiri). Tiket KA Lokal Cibatu (kanan)
Keberangkatan menunggu kedatangan kereta yang dari Cibatu tiba di Purwakarta. Untungnya siang ini kereta tiba di Purwakarta tepat waktu. Tak lama setelah dapat tiket kami bisa langsung bisa masuk ke
dalam kereta. Harus melewati pemeriksaan tiket (verified ticket) oleh petugas dulu di pintu masuk. Kemudian kita menyebrangi rel kereta karena KA Lokal Cibatu berada pada jalur 4. Dan menuju ujung rangkaian kereta dimana gerbong ekonomi 1 (sesuai yang tertera pada tiket kita) berada. Jika di kereta jarak jauh ada pramugari yang siap memandu ketika kita naik ke dalam gerbong, KA Lokal mah jangan harap ada ya kak. Palingan adanya bapak security yang jaga di jalur keberangkatan kereta.
Lintasan kereta Stasiun Purwakarta
KA Ekonomi Lokal Cibatu
Bagaimana dengan tampilan KA Lokal Cibatu? Begitu masuk ke dalam gerbong kereta, benar - benar surprise. Tak seburuk yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata kondisinya lumayan bagus dan bersih. Formasi kursi 3 -2 saling menghadap,
ber-AC ada colokan listrik pula. Kursinya pun terbilang nyaman. Saya tak menyangka kereta murah meriah
ini oke juga. Kondisi gerbong kereta sama dengan naik kereta ekonomi AC jarak jauh. Jadi anggapan bahwa perjalanan dengan kereta
murah selalu tak nyaman itu tak sepenuhnya benar ya kak! Apalagi di gerbong yang
kami tempati tak banyak penumpang bahkan sebagian besar kursinya masih kosong hingga ke Bandung. Ahh, berasa naik kereta
pribadi ala KA Lokal Cibatu.
Interior gerbong KA Lokal Cibatu (kiri). Naik KA Lokal Cibatu, kita gembira :) (kanan)
Bagaimana dengan panorama perjalanan naik kereta dari Purwakarta ke Bandung? Sesuai tiket, seharusnya kami duduk di barisan kiri gerbong. Namun karena barisan kursi sebelah kanan lebih menawarkan pemandangan yang lebih bagus, kami pun pindah. Untungnya barisan kanan itu banyak yang kosong. Sama seperti kereta dari/menuju Bandung
lainnya, KA Lokal Cibatu pun menawarkan pemandangan yang tak perlu lagi
diragukan keindahannya. Panoramanya sangat memanjakan mata. Kereta meliuk -liuk
menyusuri jalur rel membelah perbukitan. Warna hijau mendominasi panorama. Ladang
- ladang padi menguning dan kebun – kebun sayur di lereng bukit. Waduk Jatiluhur,
Gunung Lembu, Bongkok dan Parang terlihat menawan dari dalam kereta, tak lama
setelah kami meninggalkan Kota Purwakarta.
Kereta ke/dari Bandung punya ciri khas yang tak dimiliki jalur kereta lainnya yakni melalui banyak jembatan kereta api. Ketika kereta lewat jembatan di sinilah momen deg-degan itu. Lewat Desa Cisomonga, kereta lewat Jembatan Cisomang. Jembatan ini memiliki panjang 243 meter dengan jalur rel ganda ini. Sebelah kiri masih kokoh berdiri Jembatan Cisomang lama berusia satu abad lebih yang tak dipakai lagi.
Kereta ke/dari Bandung punya ciri khas yang tak dimiliki jalur kereta lainnya yakni melalui banyak jembatan kereta api. Ketika kereta lewat jembatan di sinilah momen deg-degan itu. Lewat Desa Cisomonga, kereta lewat Jembatan Cisomang. Jembatan ini memiliki panjang 243 meter dengan jalur rel ganda ini. Sebelah kiri masih kokoh berdiri Jembatan Cisomang lama berusia satu abad lebih yang tak dipakai lagi.
Satu lagi
keunikan perjalanan kereta menuju/dari Bandung yakni antara Stasiun Maswati dan
Stasiun Sasaksaat, kereta melewati terowongan peninggalan Kolonial Belanda.
Namanya Terowongan Sasaksaat. Panjangnya sekitar 949 meter, membelah Perbukitan
Cidepong.Yang paling buat
deg-degan ketika kereta menyusuri Jembatan Cikubang. Inilah jembatan kereta api
terpanjang di Indonesia dengan panjang 300 meter dengan jalur rel
tunggal. Meski usianya telah lebih dari satu abad, pilar baja jembatan ini
masih kukuh berdiri dengan tinggi 80 meter dari dasar sungai Cikubang. “Konstruksi
jaman dulu awet-awet yak!”.
Kereta singgah
di setiap stasiun sekitar 2 – 4 menit. Kecuali di Stasiun Padalarang, KA Lokal
Cibatu berhenti cukup lama sekitar 15 menit. Berhenti di setiap stasiun inilah
yang membuat perjalanan KA Lokal Cibatu sedikit lebih lambat dibanding kereta
non lokal.
Potret Bumi Parahyangan, antara Purwakarta dan Padalarang
Potret Bumi Parahyangan, antara Purwakarta dan Padalarang
Setelah kereta
melewati Stasiun Padalarang barulah pemandangan di luar sana didominasi rumah –
rumah penduduk, semakin mendekati Bandung semakin padat permukiman. Dan
akhirnya kami sampai di Stasiun Kiaracondong, Bandung. Butuh sekitar 2,5 jam
perjalanan naik KA Lokal Cibatu dari Purwakarta ke Bandung. Naik kereta murah
bukan berarti tak on time. KA Lokal
Cibatu tiba di Bandung sesuai dengan jadwal yang tertera di tiket yang kami
punya.
Begitulah cerita perjalanan saya perdana naik KA Lokal Cibatu. Yuk kak naik kereta ke Bandung! Naik KA Lokal Cibatu itu sudah murah, nyaman dan menyenangkan. Bonusnya bersiap - siap lah terpukau oleh panorama alam bumi Parahyangan sepanjang perjalanan.
No comments:
Post a Comment