Sunday, 21 September 2014

Tuol Sleng Genocide dan Killing Field of Choeung Ek - Saksi Bisu Sejarah Kelam Kamboja

Killing Field of Choeung Ek, Kamboja
Kamboja pernah memiliki sejarah yang kelam di masa kepemimpian Pol Pot. Salah satu bukti nyata kekejaman Pol Pot terdadap rakyat Kamboja dapat dilihat di Tuol Sleng Genocide Museum dan Killing Field of Choeung Ek. Sembari membuka kembali album photo yang saya ambil ketika mengunjungi Phnom Penh, saya mencoba mengumpulkan energi untuk menulis cerita ini. Merinding, takut bercampur perasaan sedih. Begitulah yang saya rasakan ketika mengunjungi kedua tempat tersebut.

Sejarah Kamboja mencatat, pemimpin tentara Khmer Merah ini mulai berkuasa sejak 17 april 1975. Awalnya Pol Pot berkeinginan menjadikan Kamboja sebagai negara yang makmur di bidang agraris. Proyek besar ini disebut revolusi agraris. Namun kemakmuran yang dijanjikan Pol Pot di awal pemerintahan justru menjadi awal masa kegelapan bagi rakyat Kamboja. Supaya penduduk Phnom Penh mau pindah ke pedesaan awalnya ditakut-takuti bahwa Phnom Penh akan dibom Amerika Serikat. Hingga akhirnya cerita ini menjadi kisah menyayat hati , penduduk tidak hanya dipaksa pindah tetapi juga disiksa dan dibunuh secara sadis. Target utama adalah membunuh kaum intelektual yang dianggap pembangkang di masa pimpinan Pol Pot. Kegilaan Pol Pot baru berhenti pada tahun 1979 ketika pasukan Vietnam mengambil alih kekuasaan. Meski hanya berkuasa empat tahun, dampak akibat pembataian Pol Pot ini sungguh tak terbayangkan. Lebih dari dua juta rakyat kamboja harus mati karena rezim yang haus darah itu. Pada tahun 1997, Pol Pot akhirya ditangkap setelah 27 tahun bergerilya di dalam hutan. Setahun kemudian, Pol Pot meninggal sebelum sempat diadili. (dikutip dari berbagai sumber)

Sunday, 14 September 2014

I'm OK "Gwaenchanha"


Lyrics Romanization & Translation :  Yuna (AOA) - I'm OK (Marry Him If You Dare OST)

neujeun bam haneure geollin sumanheun byeoldeul
(The many stars hanging on the late night sky)
jakjiman naege bichi doeeojun jeo byeol
(They are small but those stars become my light)
eonjena geuraetdeut naman baraboneun deut
(Like always, it’s like they’re only looking at me)
bitnaneun Rising star
(The shining and rising star)

maeil himdeulgo jichyeo oeroul ttae
(When things are hard, exhausting and lonely)
hangsang gateun goseseo isseojun neo
(You are always there at the same place)
ttaettaero sangcheobatgo nunmuldo heureujiman
(Sometimes, I get scars and tears fall but)
Oh don't stop never give up
(Oh don’t stop, never give up)

sesangi nal jiltuhaedo I'm OK
(Even if the world is jealous of me, I’m OK)
sarangi nal tteonagado I'm OK
(Even if love leaves me, I’m OK)
eonjena seontaegeun naega hanikka
(Because I always make the choice)
geu nuga mwora haedo neo hana neo hanamyeon dwae
(No matter what anyone says, I only need you)

Thursday, 11 September 2014

Melintasi Batas Negara Vietnam dan Kamboja

 From Ho Chi Minh City to Phnom Penh (source : google map)
Tadinya saya berencana menaiki bus tengah malam yang akan membawa saya menuju Kamboja. Namun pada malam terakhir saya di Ho Chi Minh, chi Linh mengajak saya dinner sekaligus hangout bersama temannya. Jadi, saya memutuskan untuk berangkat dari Ho Chi Minh ke Phnom Penh menggunakan bus jam 09.30 pagi keesokan harinya. Saya memesan langsung tiket bus Kumho Samco (Saigon - Phnom Penh) melalui VietSea Tourist  seharga  11 USD atau sekitar 230.000 VND.