Thursday 14 August 2014

Traveling Need Husnuzhon (Prasangka Baik)

Saat sedang dalam perjalanan ke suatu tempat, pernahkah Anda  mengalami perasaan pasrah, bercampur prasangka baik atau buruk ketika berhadapan dengan suatu kondisi ?...Nah, bagi traveler yang sering berpergian dengan menggunakan pesawat, pasti tidak asing dengan istilah turbulensi. Kondisi ini mengharuskan kita mengenakan sabuk pengaman  ketika terjadi guncangan pesawat di ketinggian puluhan ribu kaki. Tak sedikit traveler termasuk saya sendiri yang masih saja takut & cemas saat sedang mengalami turbulensi di dalam pesawat. “Turbulensi tidak nyaman tapi tidak berbahaya. Ini bagian dari terbang dan tak perlu ditakuti”, Steve Allright – Pilot British Airways.

Di sini saya bukan mau menjelaskan detail tentang turbulensi, penyebabnya, dan akibatnya. Karena saya bukanlah ahli ilmu penerbangan. Di sini saya akan bercerita tentang salah satu pengalaman merasakan turbulensi menakutkan versi saya  yang membuat benar-benar pasrah pada saat itu .

Cumulonimbus di langit Malaysia

Penang, 24 Agustus 2013
Boarding time tiket pesawat Air Asia yang saya booking untuk penerbangan dari Penang ke KL adalah paling pagi yaitu jam 06.10. Dengan jadwal sepagi itu, agar tidak terburu-buru saya harus berangkat dari Taman Pekaka apartemen Rafizan) sekitar jam setengah 5 pagi. Sementara Rapid Penang Bus dari arah George Town menuju Penang Aiport baru beroperasi jam 5.00 pagi. Opsi lain saya harus naik taksi pagi-pagi buta, sendiri pula, dan tentu tarifnya tidak murah jika dibanding naik bus. Saya memutuskan untuk ke Penang Airport menggunakan bus malam terakhir dari arah George Town. Kemudian stay sepanjang malam di aiport hingga keesokan harinya. Tiba di airpot, menuju departure hall yang terletak di dalam gedung airport di lantai 2, mencari kursi yang bisa dijadikan tempat istirahat. Memanfaatkan kursi-kursi empuk KFC yang ada fasilitas sumber colokan listrik adalah pilihan saya. Dengan trik memesan makan malam, saya malah menggunakan kursi dan meja tersebut sambil internetan dan sekedar tiduran menunggu check in counter buka subuh hari. Tohh,,bukan saya saja yang ceritanya mendamparkan diri di airport, di sekitar saya ada beberapa traveler yang juga melakukan hal yang sama.

Penang menuju Kuala Lumpur, 25 Agustus 2013
Penerbangan AK 6223 dari Penang menuju LCCT - Kuala Lumpur terbang sesuai waktu yang di jadwalkan. Karena efek tidur yang tidak berkualitas sewaktu menginap di Penang Airport, saya menghabiskan 50 menit penerbangan ini dengan tidur. Tidak perduli dengan pemandangan sunrise di luar jendela sana. Kembali terbangun ketika pesawat landing di LCCT sekitar jam 8 pagi.

Kuala Lumpur menuju Ho Chi Minh City, 25 Agustus 2013
Tidak banyak yang saya lakukan selam 3 jam transit di LCCT. Kembali check in di International Check In Counter. Boading pass di tangan saya menunjukkan  bahwa jadwal keberangkan  Air Asia AK 1456 adalah jam 12.00. Menuju waiting room LCCT, kemudian menunggu keberangkatan pesawat yang akan menerbangkan saya ke Ho Chi Minh City. Di antara puluhan penumpang, rasa Vietnam mulai terasa di ruang tunggu ini. Bahasa percakapan yang tidak saya mengerti sama sekali.  Jam 11.20, penumpang dipanggil masuk ke dalam pesawat sesuai dengan yang di jadwalkan.

AK 1456 take off, flight to Ho Chi Minh City…
10 menit... lampu merah tanda seat belt dimatikan tanda pesawat sudah pada ketinggian jelajah normal. Keadaan di kabin pesawat masih biasa-biasa saja, percakapan orang-orang Vietnam berasa dimana-mana. Saya pun menyempatkan mengobrol dengan kakak Malaysia di samping saya “dia juga akan berlibur ke Ho Chi Minh City”. 

15 menit...tiba-tiba pesawat mengalami guncangan. Pesawat mulai bergoncang hebat, lampu tanda seat bealt pun kembali dinyalakan. Pramugari mengumumkan bahwa pesawat terbang dengan kondisi cuaca yang buruk dan mengingatkan untuk tetap di kursi mengenakan sabuk pengaman. Pada awalnya turbulensi itu biasa-biasa saja. Namun, beberapa menit kemudian keadaan berubah yang tadinya normal menjadi mencekam. Sesekali memenjamkan mata pasrah kepada Allah, sesekali memandangi  penumpang lain seisi pesawat dari bangku saya dengan berbagai macam ekpresi. Ada yang berdoa dan ada yang berteriak dalam bahasa Vietnam ketika pesawat kembali berguncang hebat melawan cuaca buruk di udara. Berbagai macam prasangka pun menghinggapi pikiran saya. Menghadapi kondisi ini saya mencoba untuk tidak panik dan berusaha untuk berpikiran postif dan tenang. Terus memegang erat pegangan kursi saya ketika pesawat kembali berguncang  dan sesekali terdengar bunyi yang cukup keras. “Pasrah... namun tetap berprasangka baik bahwa penerbangan ini akan baik-baik saja”, InshaAllah..

1.5 jam kemudian..pesawat akhirnya keluar dari kondisi cuaca yang buruk. Daratan Vietnam pun mulai terlihat dari udara.

Dan akhirnya AK 1456 landing di Ho Chi Minh City…Pramugari menginformasikan bahwa sesaat lagi pesawat akan mendarat di Tan Son Nhat International Airport. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bernafas lega saat pesawat ini menyentuh tanah Vietnam. Thank You Allah, terimakasih captain pilot & co-pilot yang telah menghantarkan saya ke Ho Chi Minh City dengan selamat. Dan saya memulai cerita traveling pertama kali ke Ho Chi Minh City dengan senyum dan bahagia. Terlepas dari rasa kelelahan/ jetlag yang mendera & pengalaman tidak mengenakkan selama turbulensi penerbangan dari KL ke Ho Chi Minh City.

Setiap berpergian kemanapun pasti akan menghadapi kondisi apapun entah itu baik atau buruk. Dalam menghadapi hal tersebut hendaknya yang ada dalam pikiran adalah selalu berprasangka baik atau husnuzhon kepada Yang Maha Kuasa. Berprasangka baik akan melahirkan energi positif yang besar. Sehingga akan menambah kepercayaan diri & keyakinan dalam menghadapi kondisi tersebut.

No comments:

Post a Comment